Frans Pigai dengan kopi Moanemani hasi olahannya.

MOANEMANI (PB)—Kopi produksi Kelompok Tani Enauto dan Moanemani di Kabupaten Dogiyai mulai dilirik investor asing dari Inggris. Potensi permintaan kopi produksi lokal masyarakat Dogiyai ini muncul setelah petani kopi setempat mempromosikan hasil  sumber daya alam Dogiyai pasca bantuan dari Pemprov Papua melalui Program Gerbang Mas Hasrat Papua di media sosial, Facebook.

Frans Pigai selaku salah satu mentor dua kelompok tani di Distrik Kamuu, Dogiyai ini mengaku investor asing dari Inggris telah datang dan meminta sample dua gram kopi.

“Iseng-iseng saya promosikan kopi ini lewat medsos, dan belum lama ini ada investor dari Inggris yang datang kesini untuk melihat secara langsung proses pengelolaan kopi kami,” kata Frans kepada media di kantornya yang tak jauh dari Bandara Muanemani, Dogiyai, Selasa (13/03/2018).

Sebelumnya kata, Frans, pihaknya tidak dapat mempromosikan hasil masyarakat, lantaran proses produksi kopi terbilang lama. Ia baru dapat menjalankan misinya tersebut, setelah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi melalui Dinas Koperasi dan UKM Pemkab Dogiyai berupa 12 unit mesin pengelola kopi beserta bangunannya kepada dua kelompok tani di Dogiyai.

Frans Pigai bersama Koordinator Bidang Humas Tim Kampanye KPB II.

“Dengan bantuan mesin dari Pemprov Papua pada 2016 lalu itu sangat membantu, sehingga saya memberanikan diri untuk mulai mempromosikan hasilnya kepada publik khususnya masyarakat di luar Papua bahkan luar negeri,” akunya

Frans Pigai, yang sebelumnya pernah ikut pelatihan di Bondowoso ini mengatakan, memang kelanjutkan dari survey itu, ia masih menunggu informasi lebih lanjutnya. Sehingga jika memang nanti ada permintaan kopi dalam jumlah besar, pihaknya meminta dorongan pemerintah untuk operasionalisasi agar dapat meningkatkan hasil pengelolaan kopi tersebut lebih banyak.

“Memang saat ini hasil yang kami peroleh dari pengelolaan kopi hanya bisa untuk dikonsumsi secara lokal dan terbatas, sehingga jika ada dorongan dari pemerintah tentunya kami akan menjaring semua petani kopi di Dogiyai agar dapat memanfaatkan sumber ini sebagai mata pencaharian,” jelasnya.

Frans menambahkan, bantuan mesin dari Program Gerbang Mas LUKMEN JILID I sangat menolong kelompok tani kopi, terutama mempersingkat produkai kopi yang sebelumnya membutuhkan waktu 30-60 hari, menjadi 14-20 hari.

“Jadi kalau dulu kami proses pembuatan dilakukan manual bisa sampai sebulan bahkan dua bulan, sekarang hanya membutuhkan waktu dua pekan lebih. Saya juga berharap, pemimpin yang baik dan pro rakyat seperti Lukas dan Klemen terpilih lagi untuk memimpin Papua,” kata Frans. (Stysan/Tim Humas KPB II)

 

Facebook Comments Box