SETIAP orang berhak dan berkuasa menciptakan sejarahnya sendiri. Anda dan saya, juga memiliki itu. Tentang sejarah, kita rakyat di Papua, sudah semestinya angkat topi tanda kagum dan hormat untuk dua sosok pemimpin fenomenal yang baru saja dilantik memimpin Papua untuk periode kedua. Mereka adalah Lukas Enembe, SIP.MH dan Klemen Tinal, SE.MM, yang akrab dikenal LUKMEN. Mereka telah sukses menciptakan sejarah sebagai sepasang pemimpin petahana yang memimpin Papua dua periode berturut-turut.

LUKMEN, nama yang begitu popular di kalangan masyarakat Papua, sejak Pemilihan Gubernur 2012 silam, ketika dua putra Pegunungan Tengah Papua ini bersatu maju dan memenangkan Pilgub Papua. Menelisik ingatan sejenak ke masa itu, saya terbayang, andai saja Klemen Tinal dengan jargon Papua Mandiri-nya mendapat perahu Golkar, mungkin saja tak akan terdengar nama seperti LUKMEN, yang mengawinkan dua sosok hebat ini.

Juga ketika gonjang-ganjing dan manuver sejumlah tokoh mencari tiket di Pilgub Papua 2018, di berbagai kesempatan saat menjawab wartawan, Lukas Enembe dengan tenang menjawab santai, seakan menegaskan ini: “LUKMEN tetap solid, kami tak satu tak tercerai hingga periode kedua.” Dan jadilah pasangan ini memenangkan Pilgub Papua pada Pilkada Serentak 27 Juni 2018. Bahkan, dengan memperoleh suara fantastis 1.939.539 atau 67,54%. Mengalahkan Jhon Wempi Wetipo dan Habel Melkias Suwae.

Saya teringat, saat kampanye Perdana di Lapangan Theys Eluay, Sentani, Kamis, 1 Maret 2018,  Wakil Sekretaris Jenderal PKS, Abdul Hakim yang tampil dalam orasinya di atas panggung mengelu-elukan nama LUKMEN. Menurut Abdul, Papua sangat penting bagi  negara karena itu harus dipimpin oleh pemimpin berjiwa martir dan pahlawan seperti LUKMEN.

Ingat, LUKMEN. Kalau dalam bahas Inggris, Look Man, lihatlah laki-laki ini, lambang pria sejati. Laki-laki adalah lambang keberanian, kepeloporan dan perjuangan yang tiada henti. Kami kader PKS siap dukung LUKMEN hingga tanggal 27 Juni,” begitu kata Hakim.

Di kalangan generasi milenial, nama LUKMEN melejit. Dengan desain logo dan huruf ala grup musik Reggae Rasta Mania, merah kuning hijau, membuat nama  ini begitu cepat melekat di hati mereka. Kampanye politik sukses. Dengan ini,  mempresentasikan bahwa LUKMEN bangkit dari masa mudanya, mengukir sejarah politik di usia muda, dan mengajak kaum muda Papua bersama-sama membangun Papua.

Oleh karena itu, sepatutnya kita berterima kasih kepada siapapun, entah itu itu Lukas dan Klemen sendiri, atau tim sukses yang ada di belakangnya, yang telah memadukan dua sosok pemimpin besar ini dalam satu nama magis: LUKMEN. Dan seperti keyakinan orang Latin yang melihat nama sebagai tanda (nomen est omen), kita pun yakin bahwa makna LUKMEN, tak hanya sekedar simbol pria gagah atau pahlawan seperti interpretasi si Abdul, tetapi juga mengandung arti keberuntungan, kemakmuran (Lucky Man).

Saya bersyukur, diberi kepercayaan turut mengambil bagian dalam perjuangan untuk memenangkan LUKMEN menuju periode kedua ini, menangani Tim Kreatif. Ketika itu, pada suatu petang, iseng-iseng saya berusaha membuat singkatan dari nama LUKMEN. Dari beberapa yang sempat melintas di kepala, jadilah dua singkatan yang saya rasa cocok untuk dijadikan jargon atau tagline kampanye: Lanjutkan Untuk Kembali Menang dan Lanjutkan Untuk Kerja Membangun Negeri.

Secara logika, kedua singkatan ini saling mempersyaratkan. Bahwa untuk melanjutkan KERJA di periode kedua, maka LUKMEN harus MENANG untuk kedua kalinya dalam Pilkada. Mengulang sukses kemenanganya pada periode pertama dengan meraup 1.199.657 suara atau 52 persen mengalahkan pasangan Noakh Nawipa-Johannes Wob 178.830 suara (8 persen), MR Kambu-Blasius A Pakage 301.349 suara (13 persen), Habel Melkias Suwae-Yop Kogoya 415.382 suara (18 persen), Wellington Wenda-Weynand Watory 153.453 suara (7 persen), dan Alex Hesegem-Marthen Kayoi 72.120 suara (3 persen).

Kini, LUKMEN sudah kembali menang. Yang tersisa adalah, mereka harus Lanjutkan Untuk Kerja Membangun Negeri. Kerja untuk menuntaskan program-program prioritas yang belum selesai pada periode pertama. Sejumlah agenda nasional seperti menjadi Tuan Rumah Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Tahun 2020, persoalan kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan kemiskinan, masih menyisakan PR besar yang belum terurai. Kerja mengemban amanah dan cita-cita membawa rakyat Papua menuju peradaban baru, yang bisa bangkit, mandiri, sejahtera untuk merasakan keadilan di atas tanahnya yang kaya akan emas.

Akhirnya harus diakui, torehan sejarah politik LUKMEN bakal tetap dikenang oleh kalangan muda Papua. Berkat jalan politik yang dibuka LUKMEN, saya percaya, saat ini, sejumlah calon pemimpin masa depan Papua tengah berupaya menyiapkan diri untuk mengikuti jejak suksesnya. Sebab, LUKMEN telah mengajarkan kepada mereka bahwa keterbatasan di masa lalu dan belenggu stigma bukanlah alasan untuk tidak bangkit menjadi seorang pemimpin. Berkat LUKMEN, semua anak Papua kini punya harapan dan cita-cita untuk kelak bisa menorehkan sejarahnya menjadi seorang pemimpin di atas negerinya sendiri. (Gusty Masan Raya/Rubrik Oase Majalah Papua Bangkit Edisi September 2018)

Facebook Comments Box