Ilustrasi salah satu SPBU di Pulau Jawa (Foto: Google)

DEKAI (PB.COM)—Pemerintah Kabupaten Yahukimo berencana untuk membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kampung Pepera, Distrik Suator di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Asmat. Hal ini untuk mengembalikan program BBM Satu Harga yang pernah dicanangkan Presiden Jokowi, 2016 lalu di Yahukimo, Papua.

Untuk itu, Selasa (20/08/2019), tim Pertamina Pusat dipimpin Heru Gunadi melakukan penataan lokasi pembangunan SPBU di Pepera.

“Kunjungan ini dilakukan tim Pertamina untuk merealisasikan pembangunan jober pertamina,” kata Heru.

Menurut Heru, Pertamina memilih di Kampung Pepera karena lokasi ini sangat strategis dimana Yahukimo bisa mensuplay BBM ke daerah yang ada di pegunungan tengah lainnya. Selain itu, dengan ini pihak Pertamina juga bisa mendekatkan diri  kepada masyarakat yang ada di Pepera.

“Setelah lakukan penataan, tim Pertamina akan lakukan kolaborasi antara pemkab yahukimo dan pemkab Asmat setelah adanya kajian fisibility study,” katanya.

Heru juga menjelaskan, pihaknya tidak bergantung pada Pemkab Yahukimo untuk pembangunan pelabuhan guna mendatangkan BBM. Sebab Pertamina akan mendatangkan langsung BBM menggunakan kapal.

“Yang penting satuan harga bisa memenuhi kuota minyak pada masyarakat,” tegasnya.

Pllt. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Yahukimo John F. Ronsumbre mengatakan, melihat dari persoalan dasar di wilayah Pegununagn Tengah Papua atau Lapago, peluang yang dibuka Kabupaten Yahukimo ini sangat bagus bagi pemenuhan kebutuhan BBM di kabupaten-kabupaten lain si sekitarnya.

“Bupati Yahukimo melihat suatu harapan baru lewat gerbang kawasan Selatan Papua  yang memungkinkan. Dengan dibangunnya SPBU ini, kami yakin dapat menjawab semua masalah kemahalan harga BBM di yahukimo. Kami siap bersinergi dengan Pertamina untuk tujuan ini,” kata Ronsumbre.

Sebelumnya, Bupati Yahukimo Abock Busup, MA mengatakan, selain membangun SPBU di Pepera, pihaknya juga akan membangun Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di Bandara Nop Goliat, Dekai.

Menurut Abock, persoalan hilangnya program BBM Satu Harga yang pernah dicanangkan oleh Presiden Jokowi terjadi karena suplay BBM ke Yahukimo sangat bergantung pada pasang-surutnya air disungai Brasa.

“Kalau sungai Brasa surut atau kering kapal yang angkut BBM tidak bisa masuk, BBM jadi langka, harga jadi tinggi, Ada yang Rp 50 ribu bahkan sampai Rp 100 ribu,” kata Abock. (Paul Karma/Diskominfo Yahukimo)

Facebook Comments Box