Plt. Direktur RSUD Jayapura drg. Aloysius Giyai, M.Kes

JAYAPURA (PB.COM)-Kepala Dinas Kesehatan Papua drg. Aloysius Giyai, M.Kes sudah empat bulan dipercayakan menjadi Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur RSUD Jayapura oleh Gubernur Papua Lukas Enembe, SIP.MH.

Sejumlah gebrakan sudah dan sedang dilakukannya, terutama penataan lingkungan rumah sakit, pembangunan sejumlah sarana seperti Unit Gawat Darurat (UGD), dan kerja keras mengejar Akreditasi Paripurna dengan SNARS edisi 1 pada Desember 2019.

Lalu bagaimana dengan suka duka dan tantangan mantan Direktur RSUD Abepura ini dalam bekerja mengubah image fasilitas kesehatan rujukan tertinggi di Provinsi Papua ini yang sudah terlanjur dicap buruk oleh mata publik?

“Jujur saja RSUD Jayapura masih sangat jauh dari semua aspek. Baik itu sisi medis, keperawatan, dan manajemen. Buruklah. Tapi ada sinyal positif dari Tim KARS dalam simulasi kemarin bahwa melihat semangat modal dukungan Pemda selaku pemilik yang sangat tinggi dan juga kami selaku manajemen yang serius ingin mengubah RSUD Jayapura melalui kesempatan akreditasi ini. Kami langsung pilih SNARS edisi 1 dan kalau pun jatuh ya di Paripurna Bintang Lima,” katanya.

Ditemui di sela-sela giat Studi Banding rombongan RSUD Jayapura di RSUD Abepura, Selasa (26/11/2019), pria kelahiran Onago, Kabupaten Deiyai, 8 September 1972 ini mengakui hal paling berat yang dihadapinya ialah mengubah karakter para pegawai. Hal ini yang membuat pelayanan kesehatan menjadi sorotan publik bertahun-tahun.

“Saya sejak awal  jadi Plt. Direktur sudah tegaskan siapapun pegawainya, wajib jalankan tupoksinya. Harus disiplin, bekerja dengan sepenuh hati dan kasih. Sekarang mereka perlahan-lahan mulai ikuti irama kerja saya. Kalau saya undang pertemuan semua hadir,” kata Aloysius.

Kendati demikian, Aloysius tidak patah semangat. Pengalamannya mengubah RSUD Abepura yang dulu kumuh menjadi rumah sakit plat merah terbaik di Provinsi Papua pada 2009-2014 justru dimulai dari mengubah karakter manajemen.

“Rumah sakit ini sebenarnya punya kekuatan besar. SDM yang sangat cukup, punya subspesialis, perawatnya juga cukup walau masih 1 berbanding 7 sedangkan dokter masih 1 berbanding 10, seharusnya 1 berbanding 5. Jika kompak saya percaya akan mengubah pelayanan dan itu target saya,” ujarnya.

Bahkan, untuk mengatasi itu, Aloysius tak segan-segan mengambil sikap tegas kepada seluruh karyawannya agar segera meningkatkan kompetensinya dengan memenuhi sejumlah persyaratan sesuai tuntutan akreditasi.

“Saya sedang keluarkan surat dokter yang tak punya SIP, para perawat yang belum punya STR akan kami tegas keluarkan. Yang kontrak akan langsung kami keluarkan jika tidak memenuhi STR. Yang tenaga kotrak tapi tak disiplin akan saya keluarkan. Bahkan saya juga sudah bentuk Pokja tangani binatang yang berkeliaran seperti anjing, kucing, dan tikus di lingkungan rumah sakit. Ludah pinang, rokok dan miras saya larang tegas. Seluruh ruangan sedang kami cat. Ini demi kenyamanan pengunjung dan mutu standar pelayanan,” tegasnya.

Lelaki yang sudah menulis 5 buku ini pun mengakui bangga karena saat ini RSUD Abepura menjadi rumah sakit milik pemerintah paling bagus di Provinsi Papua. Karena itulah, melihat kesiapan dan kesigapan Tim Akreditasi  RSUD Abepura dalam menghadapi proses akreditasi Paripurna Bintang 5, ia dan tim akreditasi RSUD Jayapura datang belajar di sini.

“Bukan karena saya mantan direktur RSUD Abepura maka kami belajar di sini. Tapi fakta menunjukkan RSUD Abe paling baik, paling kompak dan mantap. Untuk apa kita buang biaya studi keluar Papua jauh-jauh kalau di sini bisa jadi tempat kami belajar,” kata Aloysius.

Tetap semangat Aloysius! Salus Aegroti Suprema Lex Est-Keselamatan Pasien Adalah Hukum Tertinggi.  (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box