Mengerikan! Jumlah kasus penyebaran Covid-19 di Papua dari hari ke hari terus meningkat. Hanya dalam kurun waktu 26 hari, sudah ada 61 orang positif terpapar virus corona.
MENURUT data Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua per Sabtu, 11 April 2020, dari total jumlah kumulatif 61 orang yang positif ini, 45 pasien sedang dalam perawatan di rumah sakit, 9 orang telah sembuh, dan 7 orang meninggal. Sementara jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) adalah 59 dan sebanyak 3.143 Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Pertanyaannya, dari mana sebenarnya sumber penularan virus ini masuk ke Papua? Bukankah pesawat dan kapal laut yang mengangkut penumpang dari dan keluar Papua, sudah resmi tidak beroperasi sejak 26 Maret 2020 hingga hari ini?
Berdasarkan data yang dihimpun papuabangkit.com, sekurang-kurangnya terdapat empat (4) klaster yang menjadi sumber penularan virus corona ini ke Papua. Tiga klaster berasal dari luar Papua, yakni Bogor, Lembang dan Gowa. Sementara salah satunya adalah penularan atau transmisi lokal di Kota Jayapura.
Bogor, dalam catatan kasus, adalah klaster pertama yang menjadi sumber penularan Covid di Provinsi Papua. Itu terungkap, saat penemuan kasus positif Covid-19 di RSUD Merauke pada 22 Maret 2020. Sebelum sakit dan dinyatakan sebagai warga Papua pertama yang positif terpapar virus corona, Andi Rahmad Najib menghadiri Seminar Bisnis Syariah (Tanpa Riba), 25-28 Februari 2020 di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Andi kini sudah dinyatakan sembuh. Namun selain Andi, rupanya ketika itu ada sejumlah orang yang masuk kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Kota Jayapura yang juga mengikuti seminar yang sama. Syukurnya, sebagian besar sudah menjalani test dan dinyatakan negatif.
“Klaster Bogor ini mata rantainya cepat putus. Saya lihat karena mereka rata-rata orangnya sangat kooperatif. Inisitiaf sendiri untuk isolasi, cepat-cepat periksa diri di petugas, tanpa takut atau malu. Ini contoh yang bagus,” ujar dr. Aaron Rumainum, M.Kes Wakil Juru Bicara Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua.
Berikut adalah Klaster Lembang. Pada 3-5 Maret 2020, Gereja Bethel Indonesia (GBI) menggelar seminar keagamaan di Lembang, Bandung Barat. Ribuan peserta hadir. Dua pekan kemudian, Indonesia dihebohkan dengan kematian seorang pendeta di RS Hasan Sadikin Bandung pada 21 Maret 2020. Beberapa hari kemudian, istrinya menyusul untuk berpulang menghadap Sang Khalik.
Hasil tracing tim Gugus Tugas Jawa Barat, rupanya telah terjadi penyebaran virus pada seminar itu. Sejumlah pendeta yang pulang ke daerahnya masing-masing, sebagian sudah tertular dan kemudian diperiksa. Rata-rata positif. Dan…menularkan orang lain. Ada yang sudah meninggal, ada yang sedang dirawat, tetapi ada yang sembuh dan dinyatakan negatif.
Kota Emas, Timika menjadi pintu masuknya penyebaran virus Klaster Lembang di Papua. Ini terkuak, ketika Tim Gugus Percepatan Pengendalian (TGTPP) Covid-19 Kabupaten Mimika melakukan tracing terhadap dua pasien Covid di wilayah itu. Jejaknya mengarah ke salah seorang pendeta berinisial DN, yang meninggal pada tanggal 16 Maret 2020 di Timika.
Juru Bicara TGGP Covid-19 Kabupaten Mimika, Reynold Ubra mengatakan, pihaknya menemukan bahwa baik pasien 02 dan 03 di Mimika, terkait erat dengan kematian seorang pendeta di Timika yang pernah menghadiri acara keagamaan di Lembang Jawa Barat, awal Maret lalu.
“Dari pendalaman kasus dan informasi yang kami peroleh, ternyata kasus 02 dan 03 ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan kejadian kematian salah satu peserta yang hadir di Lembang. Kami berasumsi, ini satu rangkaian kejadian dan sumber penularannya sama mereka berada pada tempat dan waktu yang sama,” kata Reynold Ubra, Rabu, 01 April 2020.
Duka Pertama di Papua
Pada Jumat, 3 April 2020, satu pasien positif Covid di Mimika berinisal DL, dikabarkan meninggal. Ia tercatat sebagai pasien Covid di Papua yang paling pertama meninggal akibat keganasan virus corona.
Dalam foto yang beredar di medsos, pada pertengahan Maret, atau dua pekan sebelum meninggal, DL sempat mengikuti kegiatan keagamaan di Kota Jayapura, 12-14 Maret 2020. Ia pun terlihat dekat dengan TH, seorang pengurus gereja yang akhirnya juga sakit dan dinyatakan positif di Jayapura. TH meninggal pada Selasa, 7 April 2020 di RS Marthen Indey. Sedih! Lalu apakah terjadi penularan di saat kegiatan itu?
“Tapi dari hasil tracing kami, asumsi itu salah. Sebab saat kegiatan di Jayapura, DL sempat sekamar dengan 3 orang lain. Kita sudah periksa ketiga orang itu pakai PCR, semuanya negatif. Jadi kami menyimpulkan, pasien yang meninggal ini tidak terpapar dari DL. DL sendiri, kemungkinan terpapar dari pendeta DN, keluarganya di Timika itu. Dengar-dengar katanya ia ikut memandikan jenazah DN karena mereka keluarga,” ujar dr Aaron Rumainum.
Klaster Lembang yang bersumber dari DN di Timika yang meninggal, rupanya juga menularkan 2 pasien baru, sepasang suami istri di Merauke yang menghadiri pemakamannya saat itu.
“Kedua pasien ini sempat berkunjung ke Timika dan Waena, Kota Jayapura, sebelum kembali ke Merauke menggunakan pesawat Lion Air pada 24 Maret 2020,” kata Plt. Kepala Dinas Kesehatan Merauke dr. Nevile Muskita di Posko Satgas Covid-19 Merauke, Sabtu, 4 April 2020.
Informasi yang beredar, pasangan suami istri dari Merauke ini, bermalam di rumah keluarganya di Waena. Tetapi Puji Tuhan, keluarga itu tidak terpapar. Pihak Satgas sudah melakukan pemeriksaan. Hasilnya negatif.
Kematian pasien positif Covid berinisial LB, pemilik toko di Timika pada Senin, 6 April 2020 di RSUD Mimika, juga dipastikan, masih berkaitan dengan Klaster Lembang. Selain dekat dengan pasien pertama yang meninggal, ia pun menghadiri pemakaman pendeta DN di Timika.
Klaster lain yang ikut menyumbang penyebaran Covid di Papua adalah kegiatan Ijtima Jamaah Tabligh se-Asia di Gowa, Sulawesi Selatan pada 19-20 Maret 2020. Kendati menuai protes dan giat itu akhirnya dibatalkan, namun ribuan peserta terlanjur datang dan berkumpul.
Sepulangnya ke daerah masing-masing, sebagian dari peserta membawa virus mematikan ini, sehingga ikut menyumbang bertambahnya kasus Covid-19 di Papua, terutama di Kabupaten Jayapura, Keerom dan Sarmi.
Penularan Lokal
Yang paling mengerikan, selain ketiga klaster di atas yang menyumbang kasus Covid impor, besar kemungkinan sudah ada penularan lokal di Papua, dimana beberapa pasien yang ditemukan tidak bepergian ke luar Papua.
Juru Bicara Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua, dr. Silwanus Sumule, Sp.OG(K) mengatakan bahwa dari studi epidemologi Tim Satgas Covid Papua, pihaknya memastikan terdapat sejumlah kasus positif di Kota Jayapura yang merupakan hasil penularan lokal.
“Petugas epidemologis kami sudah men-trace, menelusuri riwayat kontak, ternyata beberapa pasien ini tidak pernah kemana-mana. Mereka di Kota Jayapura saja. Jadi kami bisa menyimpulkan bahwa sudah ada kasus penularan lokal di Kota Jayapura. Dan ini jelas berbahaya,” tegas Sumule.
Kasus itu ditemukan, ketika satu keluarga di Perumnas III, Waena terkena Covid. Sang ayah, berinisial AP, setelah dirawat beberapa hari sebagai pasien Covid di ruang isolasi, meninggal pada Minggu dini hari, 5 April 2020. Sementara sang anaknya yang terpapar, sedang dalam perawatan. Kabar baiknya, sang istri ternyata negatif.
“Mereka ini murni tidak pergi kemana-mana. Ini yang kami sebut sebagai kasus penularan lokal,” tegas dr. Aaron.
Satgas Covid Papua tegas meminta agar semua warga Papua yang pernah berkontak dengan sejumlah pasien maupun pernah mengikuti kegiatan di atas, melapor diri kepada petugas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan.
“Kami mohon kerjasamanya kepada semua orang yang punya riwayat kontak dengan pasien, datang ke dinas kesehatan di kabupaten masing-masing. Tolong datang dengan sukarela, bantu kami kita putuskan penyebaran virus ini. Kalau tidak bapa ibu mati, ya kita semua juga kena, mati semua. Petugas kesehatan kami sudah empat yang tertular,” kata Jubir Satgas Covid Papua, dr. Silwanus Sumule. (Gusty Masan Raya/Toding)