Oleh Dr. Robby Kayame, SKM,M.Kes* Dr. dr. Arry Pongtiku, M.HMElianus Tabuni, Mgr, MSc, Arief Rahman, SKM**

—————

“Perubahan adalah keniscayaan. Saat kita diam dan enggan bergerak, maka yakinlah perubahan itu akan menggilas kita,” tulis Lilian Nema.

 

PRESIDEN JOKO WIDODO dalam keterangan pers 15 Mei 2020 mengatakan “Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan, itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru. Tapi kehidupan yang berbeda itu bukan kehidupan yang penuh pesimisme atau ketakutan.” Kita akan hidup berdampingan dengan virus corana, karena virus ini memang tidak akan hilang sama sekali tetapi dapat ditekan dan tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Pertanyannya, apakah Papua siap menuju gaya atau pola hidup baru di masa pandemic Covid-19 yang dikenal new normal ini? New normal berarti kita memasuki kehidupan baru, kita akan kembali produktif dengan tetap menerapkan mekanisme pencegahan. Usaha-usaha pencegahan dilakukan seperti tidak berkumpul, jaga jarak , cuci tangan setelah beraktivitas, pakai masker, makan bergizi dan berolah raga.

Pada saat yang sama, pendekatan karantina untuk pintu masuk ke satu wilayah dan pengamatan penyakit (surveilans) akan dikedepankan. Pemerintah akan melakukan berbagai langkah membantu masyarakat dengan kehidupan new normal. Tulisan ini akan menjelaskan beberapa data epidemiologis dan modeling Covid-19 Papua untuk menuju new normal. Untuk menjelaskan fenomena ini didiskusikan Basic Reproduction Number, Point Prevalence Rate, Angka Kumulatif positif, Angka Kasus Harian/Mingguan, Angka Penemuan Kasus Positif (Case Detection Rate), Angka Kesembuhan (success Rate) dan Angka Kematian (Case Fatality Rate).

Kebijakan Pemerintah Papua untuk menutup pintu masuk ke wilayah dan melakukan PSDD (Pembatasan Sosial Diperluas dan Diperketat), penemuan kasus yang tinggi yang diiringi pemeriksaan tes masif Covid-19 menekan laju penyebaran Covid-19 di Bumi Cenderawasih ini. Saat ini, beban perawatan Covid-19 masih dirasakan terutama di Kota Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Biak. Persiapan, sosialisasi dan partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk masuk menuju new normal.

WHO memberikan 6 (enam ) syarat memasuki new normal. Pertama, kemampuan untuk mengendalikan penularan. Kedua, sistem kesehatan mampu mendeteksi, mengetes,mengisolasi dan melakukan pelacakan kontak terhadap semua kasus positif. Ketiga, meminimalisasi resiko wabah, khususnya di fasilitas kesehatan dan panti jompo. Keempat, sekolah, kantor dan lokasi penting lainnya bisa dan telah menerapkan upaya pencegahan. Kelima, resiko kasus impor ditangani. Keenam, komunitas masyarakat sudah benar-benar teredukasi, terlibat dan diperkuat untuk hidup dalam kondisi normal yang baru.

Lalu bagaimana penerapannya di Indonesia? Pemerintah Pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memberikan tiga (3) syarat memasuki new normal. Pertama, angka tingkat penularan (Ro) Basic Reproduction Number di Indonesia dan daerah yang hendak dilonggarkan PSBB-nya berada di bawah 1. WHO mensyaratkan Ro-nya atau Ro pada waktu T (tertentu) Rt -nya, setidaknya dalam waktu 14 hari di bawah 1. Kedua, perbandingan jumlah kasus Covid-19 tak boleh melebihi 60 persen infrastruktur kesehatan yang digunakan. Artinya, jika suatu rumah sakit memiliki 100 tempat tidur, hanya 60 tempat tidur digunakan untuk merawat pasien Covid-19. Ketiga, jumlah tes yang cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk suatu negara atau daerah.

Beberapa data epidemiologis dan modeling yang mendukung Papua menuju new normal adalah:

I. Basic Reproduction Number (Ro/Rt)

Rt adalah angka reproduksi efektif Covid-19 di setiap wilayah/negara. Ia memberi gambaran tentang kondisi epidemi terkini lewat estimasi jumlah rata-rata penularan yang terjadi per satu kasus infeksi. Angka Rt berubah dari waktu ke waktu, dan dapat dipakai untuk mengukur laju penularan virus secara real-time. Jika Rt di atas 1.0, setiap infeksi akan menyebabkan lebih dari satu infeksi lain (virus menyebar dengan cepat). Sebagai contoh: Rt = 2 berarti satu pasien yang terinfeksi akan menulari rata-rata dua pasien lainnya. Jika Rt di bawah 1.0, setiap infeksi akan menyebabkan kurang dari satu infeksi lainnya, dan virus akan berhenti menyebar.

World Health Organization (WHO) maupun hasil riset epidemiologi terbaik menjadikan Rt sebagai parameter penting untuk menentukan strategi dan durasi lockdown (pembatasan wilayah). Seiring rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penting untuk terus memantau angka Rt demi memahami implikasi kebijakan tersebut pada tingkat persebaran virus.

Ro atau R naught seperti campak 12-18 dan melalui aerosol (udara), batuk rejan atau pertusis 5,5. Dahulu, Flu Spanyol yang terjadi 100 tahun lalu 1,4-2,8. Covid-19 diperkirakan di Indonesia memilki Ro 2.5. Artinya, 1 orang dapat menularkan 2 sampai 3 orang atau dalam 10 orang positif Covid-19 dapat menularkan 25 orang.

Cara-cara yang sangat efektif dan murah untuk mengurangi angka tingkat penularan adalah melakukan upaya pencegahan social distancing (hindari berkumpul di keramaian/tinggal di rumah), physical distancing (jaga jarak minimal 2 meter satu dengan yang lain), hygiene (cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kebersihan), menggunakan masker, dan meningkatkan stamina (olahraga dan gizi). Rt juga dipengaruhi dengan kemampuan kita untuk melakukan pemeriksaan Rapid Test dan PCR. Dengan tes masif dan skrining penduduk yang beresiko, kita akan menemukan kasus positif dan selanjutnya kita obati dan disolasi sehingga tidak menularkan ke orang lain dalam bahasa Inggris dikenal test, tracing, treat, and isolation.

Angka Rt dihitung dengan pemodelan matematika. Model pelacakan Rt terinspirasi oleh karya Bettencourt & Ribeiro (2008) serta Systrom (2020), dan telah dikalibrasi untuk menggambarkan kondisi COVID-19 di Indonesia. Park et al. (2020) memperkirakan masa inkubasi corona virus berlangsung dalam 4–6 hari, dengan interval serial (jarak antara infeksi pertama dan infeksi berikutnya) 4–8 hari. Untuk model ini, interval serial yang digunakan adalah 7 hari.

Garis abu menunjukkan terdapat kemungkinan 90% bahwa estimasi angka Rt yang sesungguhnya berada dalam rentang ini. Seiring peningkatan jumlah tes, kepercayaan terhadap estimasi pun meningkat dan dapat menyebabkan garis abu menyempit.

Pada grafik Rt pada publikasi bonza.com tanggal 30 Mei 2020, Rt sebesar 1,26 . Pada saat ini masih ada perbedaan data dari Pusat dan Provinsi Papua karena data positif PCR Labkesda dan Timika Freeport belum semua tercatat di Pusat. Dengan memasukkan data harian kasus Covid-19 lebih lengkap pada aplikasi epidemiologi estimates, maka kita mendapat grafik Rt di Papua seperti ini dengan interval kepercayaan yang tinggi 95% .

Pada tanggal 31 Mei 2020, Rt Papua sebesar 1. Kita perlu menurunkan Rt di bawah 1 dan mempertahankan angka ini paling sedikit 14 hari. Yang menarik pada grafik ini adalah garis putus-putus pada bagian atas dan bawah. Kalau pada gambar di atas grafik dari bonza.com disebut garis abu menunjukkan makin ke ujung makin menyempit, artinya pemeriksaan dan deteksi tinggi mengurangi kasus-kasus yang tersembunyi. Data masih fluktuatif. Kita perlu mempertahankan Rt di bawah 1 dengan melakukan test dan usaha-usaha pencegahan. Papua juga harus mempersiapkan sosialisasi untuk menuju new normal.

II. Point Prevalence Rate (PR)

Adalah data yang menggambarkan masalah atau beban kesehatan di suatu wilayah pada waktu tertentu. Point Prevalence Rate dihitung dengan Jumlah Kasus dirawat/tercatat pada saat itu dibagi jumlah penduduk dikali 10,000. PR Covid-19 per tanggal 30 Mei adalah 525/3,435,430 x 10,000 = 1,52 per 10,000 populasi. Angka Eliminasi atau bebas penyakit dalam arti penyakit itu tidak dianggap masalah kesehatan masyarakat dengan indikator < 1/10,000 populasi. Ada 13 kabupaten Kota yang terpapar Covid-19 dan 16 kabupaten yang belum terlapor kasus. Dalam perjalanannya, ada 2 kabupaten yang sebelumnya merah, saat ini telah hijau yaitu Supiori dan Mamberamo Tengah sehingga beban Covid-19 di Papua ada pada 11 kabupaten/kota per tanggal 30 Mei 2019 pada grafik di bawah ini.

Beban Covid terbesar diberi warna merah berada di Kota Jayapura dengan jumlah di rawat 302 orang, kemudian kabupaten Mimika yang dirawat 129 orang, kabupaten Jayapura 37 orang dan kabupaten Biak Numfor 26 orang. Yang oranye kabupaten Nabire, Keerom dan Boven Digoel. Sedangkan kuning Merauke, Jayawijaya, Sarmi,Kep.Yapen dan Waropen. Selebihnya, kabupaten lain yang hijau adalah yang  belum ada kasus.

 III. Penemuan Kasus Baru (Case Detection rate)

Penemuan kasus positif yang tinggi adalah kunci dalam memutuskan rantai penularan. Kasus positiflah yang bertanggungjawab terhadap penyebaran Covid-19. Penemuan kasus yang tinggi dikarenakan model penemuan kasus aktif, melakukan Rapid Tes Masif di populasi yang beresiko seperti pasar (pedagang, penjual ikan,penjual sayur), sopir, pemukiman di tempat padat, petugas kesehatan, asrama, penjara.

Kontak erat dengan penderita yang positif Covid-19. Papua berada diurutan ke-3 penemuan kasus yang tinggi di Indonesia dengan CDR = 171,4 per 100,000 populasi seperti yang dilansir oleh Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 27 Mei 2020. Penemuan kasus Covid-19, baik kasus import maupun kasus transmisi lokal dilakukan dengan pelacakan kontak atau tracing dan pemeriksaan tes masif.

IV. Angka Positif Kumulatif dan Angka Kasus Harian/Mingguan

Untuk tingkat provinsi, Angka Kasus Positif Kumulatif yang baik adalah trend kasusnya naik kemudian menetap atau bergerak ke kanan garis datar. Artinya, tidak ada kasus baru. Pada gambar Trend Kasus di bawah ini, nampaklah pada baris terbawah dari 4 grafik yang ada dalam 1 gambar tersebut.

Kumulatif Covid-19 masih menunjukkan trend kenaikkan fluktuatif. Hal ini karena Papua melakukan test masif kemudian konfirmasi PCR belum teratur karena beberapa kali kehabisan reagen. Papua telah mengaktifkan 2 mesin PCR (Polimerase Chain Reaction Real Time) di Mimika, 2 mesin PCR di Kota Jayapura, TCM di Yapen juga sudah di suplai catrige di beberapa kabupaten sehingga mesin TCM (Test cepat Molekuler) yang fungsinya sama seperti PCR. Papua memiliki 13 mesin TCM.

Melihat Angka trend Kasus Positif Kumulatif dan Kasus Harian perubahannya sangat signifikan dapat dilihat di tingkat kabupaten. Contoh perubahan itu terjadi di Merauke, Kabupaten Jayapura, Mamberamo Tengah dan Supiori yang menunjukkan tanda-tanda penurunan atau tidak ada penambahan kasus baru.

Angka kasus harian atau pun kasus mingguan jika pemeriksaan PCR dapat berjalan dengan lancar, maka kita akan mendapat bentuk kurva grafik seperti lonceng yaitu grafik akan naik sampai ke puncak kemudian menurun seperti kurva lonceng. Grafik ini terkendala karena pemeriksaan PCR dan beberapa kali kehabisan reagen. Dengan pemeriksaan masif Rapid Test data di provinsi pertanggal 26 Mei 2020 dari Instalasi farmasi Dinas kesehatan Provinsi Papua telah mendistribusikan 80,015 Rapid Test.

Beberapa kabupaten juga telah mengadakan sendiri Rapid test. Diharapkan paling tidak sekitar 200.000 penduduk dapat dites untuk menemukan kasus-kasus yang tersebunyi kemudian dikonfirmasi dengan PCR. Test PCR yang telah dilakukan 5.040 sampel. Secara umum didapat pula Rapid Tes dilakukan pada populasi umum menunjukkan angka reaktif 4-5%. Jika kasus Rapid Positif (reaktif) kita lakukan test PCR sekitar 16-17 % positif.

Data juga menunjukkan bahwa pasien Rapid Test positif dengan gejala klinis dan di rawat di rumah sakit yang disebut PDP (Pasien Dalam Pengawasan) jika di test PCR 60% positif artinya kemampuan petugas kesehatan/Rumah Sakit untuk menangkap dan mendiagnosa orang yang dicurigai Covid-19 di Papua sudah baik. Rapid Test digunakan sebagai tool atau screening/penapisan, apakah di populasi ada masalah dengan Covid-19 melalui titer anti body IgM dan IgG. Sedangkan diagnose pasti dengan melihat keberadaan virus hidup melalui konfirmasi PCR. Papua melakukan metode penemuan aktif (active case detection).

Gambar grafik yang sama dengan temuan kasus per hari dibuat dalam laporan mingguan. Dalam Surveilans Penyakit menular atau potensi wabah dikenal laporan harian dan laporan mingguan. Hasil temuan tertinggi kasus positif pada minggu ke-21.

V. Angka Kesembuhan (Success Rate) dan Angka Kematian (Case Fatality Rate)

Worldometer pertanggal 31 Mei 2020 peduduk dunia yang terpapar Covid-19 sebanyak 6.190.767. Dari kasus yang telah dievaluasi sebesar 3.130.442 orang, yang mengalami kesembuhan sebesar 2.758.977 (88%) dan Kematian sebesar 371.465 (12%). Dari waktu ke watu trend Covid-19 di dunia, angka kesembuhan terus meningkat dan trend kematian menurun. Dengan jumlah kasus 26.473 Indonesia menempati urutan 33 jumlah kasus Covid 19 dari 215 negara yang terpapar. Kematian Covid -19 di Indonesia sebesar 1.613 kasus (6%) dan kesembuhan sebanyak 7.308(27%).

Untuk Papua jumlah kasus Covid pertanggal 31 Mei 2020 sebanyak 815 kasus dengan angka kesembuhan 219 kasus (27%) dan kematian 12 kasus (1%). Angka kesembuhan atau Success Rate Kasus Covid-19 di Papua kurang lebih sama dengan data Indonesia. Kasus kematian Covid-19 di Papua relative kecil yaitu 1%. Kematian kasus Covid-19 di Papua umumnya dilatarbelakangi penyakit penyerta (Comorbidity) yaitu Diabetes, hipertensi, penyakit Jantung, penyakit paru, usia lanjut, HIV/AIDS dan gangguan ginjal kronis. Kebanyakan kasus Covid-19 ditemukan dalam keadaan tak bergejala dan gejala ringan karena dilakukan penemuan dini melalui tes masif.

VI. Fasilitas Kesehatan dan Sistem Karantina/Surveilans

Di Provinsi Papua, terdapat 45 Rumah Sakit, dimana 16 diantaranya menjadi Rumah Sakit Rujukan Covid-19. Di Kota Jayapura, Rumah sakit Abepura telah menjadi rumah sakit darurat Covid-19 yang merawat kasus-kasus ringan. Sedangkan rumah sakit mitra lainnya menjadi rumah sakit yang menangani kasus sakit sedang. Untuk kasus berat tempat rujukannya adalah RSUD Jayapura.

Di kota Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayapura, Biak dan Nabire jumlah perawatan pasien sudah penuh karena kasus Covid-19 di Papua penyebarannya terkonsentrasi. Kasus tanpa gejala dan gejala ringan mendominasi kasus Covid-19 di Papua karena penemuan secara aktif. Bappenas mensyaratkan fasilitas Covid-19 maksimal 60% sedangkan 40% untuk penyakit yang lain jika aturan new normal diberlakukan. Sumber Daya Manusia Kesehatan Papua dan peralatan juga masih terbatas. Di bawah ini diperlihatkan beberapa fasilitas kesehatan yang ada di Papua dipilih 17 rumah sakit.

Ke depan, jika new normal diberlakukan, Papua harus memiliki sistem karantina yang handal dan penambahan SDM untuk menangani kasus Covid-19 Import. Negara Australia sangat terkenal dengan sistem karantinanya. Pemerintah Papua harus berhati-hati jika membuka pintu penerbangan dan pintu pelabuhan laut karena situasi Covid-19 di berbagai provinsi di Indonesia belum stabil serta cakupan test Covid-19 di provinsi lain dan di Indonesia pada umumnya masih rendah.

Perlakuan khusus bagi orang yang akan keluar masuk ke Papua harus benar-benar bebas Covid-19 dengan mengecek suhu tubuh, gejala klinis, dan pemeriksaan Rapid Test atau PCR. Sistem pengamatan penyakit perlu terus ditingkatkan. Dinas kesehatan Provinsi Papua telah merekrut perawat, dokter tenaga sukarelawan, sementara  kabupaten juga telah dibentuk tenaga epidemiologi lapangan untuk memperkuat Surveilans ke depan.

Tantangan lain di Papua bukan hanya beban penyakit lain seperti TB, HIV/AIDS, malaria, kusta, penyakit tidak menular (diabetes, hipertensi), dan cakupan imunisasi masih rendah, tetapi juga tantangan budaya masyarakat yang pola hidup sosial masih tinggi, dimana pertemuan sosial, acara adat, upacara kematian dan keagamaan adalah hal utama.

Di sisi lain, Papua masih sangat terbatas jumlah SDM kesehatan dengan penyebaran yang belum merata, terutam ke wilayah Pegunungan Tenga. Hingga hari ini, terdapat  tenaga medis dokter (1077), perawat (9912), bidan (2602), kefarmasian (471), Kesmas (574), Kesling(252), Gizi(335), fisoterapi (51) dan teknis medis (118).

Kesimpulan

Berdasarkan data epidemiologis dan modeling dapat kita katakan bahwa data Covid-19 di Papua menunjukkan trend yang menggembirakan. Dimana dapat diperlihatkan lewat Basic Reproduction Number/angka Reproduksi Virus per tanggal 31 Mei 2020 Rt =1 dan harus perlu diturunkan Rt minimal 14 hari ke depan. Telah terjadi perlambatan reproduksi virus Covid-19. Point Prevalence Rate (PR) beban penyakit Covid-19 di Papua adalah 1,52 per 10,000 penduduk dengan beban kesehatan terkonsentrasi di 4 kabupaten(berwarna merah) yaitu Kota Jayapura, Mimika, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Biak Numfor.

Ada 18 kabupaten berwarna hijau dan 5 kabupaten berwarna kuning. Angka Penemuan Kasus Positif (Case Detection Rate) di provinsi ini cukup tinggi yaitu 171,4 per 100,000 populasi dalam usaha memutuskan rantai penularan, dan trend kasus positif kumulatif tingkat provinsi masih naik yang mulai berkurang/bertahan seperti Merauke, dan Kabupaten Jayapura, dan Mamberamo Tengah. Angka Kesembuhan di Papua cukup baik yakni 27%, dirawat 72% dan angka kematian 1%. Kasus-kasus tak bergejala dan ringan banyak ditemukan karena deteksi dini dengan angka kesembuhan yang tinggi serta kematian yang rendah.

Pemberlakuan new normal bukan hanya melihat data epidemiologis tetapi perlu sekali persiapan yang baik melalui sosialisasi dan uji coba. WHO dan Bappenas telah mengeluarkan syarat-syarat sebelum memulai new normal. Dalam kehidupan new normal, kita akan terus belajar mempertahankan dan mengedepankan usaha-usaha pencegahan seperti jaga jarak, menghindari berkumpul/keramaian, cuci tangan dan menggunakan masker, menjaga stamina tubuh.

Kita harus memperkuat sistem karantina untuk pintu-pintu masuk serta surveilans penyakit. Peran serta masyarakat dan segenap stakeholders untuk bekerjasama adalah hal mutlak menuju new normal. Tantangan budaya, geografis, keterbatasan tenaga medis serta sarana prasarana, keterbatasan pengetahuan masyarakat di depan mata. Maka diperlukan kehati-hatian untuk masuk ke hidup baru new normal tetapi harus optimis. New normal dapat dimulai dengan 18 kabupaten berwarna hijau. Trend penanggulangan Covid-19 di Papua menunjukkan kemajuan yang baik harus terus dipertahankan dan mengedepankan usaha-usaha pencegahan. Roda produktivitas dan perekeonomian, pendidikan juga harus digerakkan untuk menopang kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia.

*Penulis Adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua , ** Tim Data dan Informasi Posko Dinkes Covid-19. Korespondensi: [email protected]

 

Kepustakaan

  1. https://kumparan.com, “Jokowi Bicara New Normal Kembali Produktif Dengan Protocol Covid-1” akses 15 Mei 2020
  2. Kementerian Kesehatan RI, Covid-19 Dalam Angka, 27 Mei 2020.
  3. https://bonza.com, “Melacak Penyebaran Covid-19: Memantau Angka Reproduktif Efektif,” 31 Mei 2020

 

Facebook Comments Box