GUNDUKAN tanah merah masih tampak basah usai dikeruk Hitachi, alat penggali besi warna kuning itu di tepi liang lahat. Hujan gerimis baru saja reda. Langit di atas Pemakaman Buper Waena, siang itu, masih menyisakan mendung. Ketika enam laki-laki berpakaian putih bak astronot, menurunkan peti jenazah ke liang sedalam 3 meter yang baru digali itu.
“Satu, dua, tiga….” Mereka terdengar menghitung. Dan serempak menarik tangannya agar tak terhimpit peti yang diturunkan perlahan.
“Tarik talinya pelan-pelan. Mulai ya, satu dua tiga….” Salah satu terdengar memerintah.
Dan akhirnya peti putih dengan panjang 1,7 meter itu berhasil diturunkan ke dalam tanah. Satu per satu mereka kemudian bergerak menjauh dari liang. Membiarkan eksavator Hitachi itu menggaruk tumpukan tanah di pinggir liang dan menutupi peti di bawahnya.
Beberapa sanak keluarga yang berduka, berdiri memandang dari jauh. Seorang ibu, yang tak kuasa menahan tangis, memilih untuk kembali ke mobil dipapah anak lelakinya.
“Tadi pagi kami dikontak komandan URC. Langsung gerak ke RS Dian Harapan,” kata Maxi Simaela.
“Ada rasa takut tertular?” Tanya saya.
“Dulu. Saat pertama kali. Takut bawa virus ke rumah, tularkan ke anak istri. Tapi akhir-akhir ini, karena sudah terbiasa jadi tidak takut lagi.”
“Ya namanya tugas kemanusiaan, kami siap, apapun resikonya,” kata Hidayat Wairoy menimpali.
Maxi dan Hidayat sama-sama dari Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP). Keduanya masuk dalam Tim Unit Reaksi Cepat (URC) Covid-19 Papua bersama Darwin Rumbiak, Camelius Logo, dan Ali Fidmatan. Tugas utama tim ini adalah mengevakuasi pasien kecelakaan atau pasien Covid di rumahnya ke fasilitas kesehatan untuk mendapat perawatan.
Selain itu, mereka juga bertugas menguburkan pasien terkait Covid, baik yang positif maupun yang masih berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Mereka bekerjasama dengan rumah sakit setempat untuk mengangkat peti naik ke mobil Ambulance dan menurunkannya di lokasi penguburan, hingga ke liang lahat yang sudah disiapkan.
Hari itu, Kamis, 21 Mei 2020. Mereka menguburkan dua PDP. Yang satu seorang laki-laki beinisial AT (51), seorang lagi SW (32), perempuan. Keduanya sama-sama dirawat di RS Dian Harapan, Waena. Hasil Rapid Test, AT dan SW dinyatakan reaktif.
Keesekoan harinya, Jumat, 22 Mei 2020 malam, Juru Bicara Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua, dr. Silwanus Sumule, Sp.OG(K) mengumumkan bahwa ari 2 PDP yang meninggal dan dikuburkan kemarin, ada 1 yang positif.
“SW positif. Hasil swabnya baru keluar Pkl. 22 WIT pada 21 Mei 2020 kemarin. Kami menyampaikan turut berbelasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan,” kata Silwanus.
Maxi dan Hidayat kaget. Sedikit kuatir.
“Tapi kita selalu pakai APD dan juga proses kremasi jenazah sudah sesuai standar. Mudah-mudahan aman,” kata Darwin Rumbiak, Kepala Bidang Respon Emergency UP2KP yang aktif mem-back up URC.
UP2PK adalah lembaga pengawal pelayanan kesehatan di Provinsi Papua yang lahir pada 12 Oktober 2013. Adalah dokter Aloysius Giyai yang memeloporinya dan memimpin lembaga ini hingga kini sebagai direktur eksekutif. Pada awal April 2020, ketika Covid melanda Papua dan angka kasus kian hari kian bertambah, Aloysius mengumpulkan seluruh staf nya di Jalan Baru Abepura.
Dalam rapat itu diputuskan, sebagian staf UP2KP masuk menjadi anggota URC membantu Polres Jayapura Kota. Sementara sebagian lainnya melayani warga yang Rapid Test-nya Reaktif yang dikarantina terpusat di Badan Diklat BPSDM Kotaraja, mem-back up sejumlah personil Kesdam XVII/Cenderawasih.
Sebenarnya, Selain UP2KP, tim URC Covid-19 Papua terdiri dari beberapa institusi, yaitu Polres Jayapura Kota, Kodim 1701/Jayapura, RSUD Jayapura, dan RSUD Abepura. Ini terlihat pada Senin, 20 April 2020, ketika mereka melakukan simulasi evakuasi jenazah atau pasien di Taman Imbi, Kota Jayapura.
Namun dalam prakteknya, hanya Polres Jayapura Kota dan UP2KP yang lebih banyak aktif di lapangan. Karena institusi lain mengambil peran lain dalam penanganan Covid ini.
“Pihak Polresta ajak UP2KP gabung ya ini tawaran yang baik untuk kerjasama kemanusiaan di masa Covid ini. Ajakan ini merupakan penghargaan untuk UP2KP. Begitu dikontak langsung UP2KP bergerak cepat dan menuju tempat kejadian untuk membantu aparat TNI/Polri, RSUD Abepura dan RSUD Jayapura untuk membantu pasien yang terpapar corona,” kata Aloysius Giyai.
Kuburkan Belasan Orang
Komandan Tim URC Polres Jayapura Kota, Iptu Zainuddin Ashari, Amd.Kep.SH mengatakan, selama tiga bulan lebih, Tim URC Covid-19 telah menguburkan belasan pasien terkait virus Corona ini. Paling banyak adalah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) alias belum berstatus positif Covid.
Mulanya pada Kamis, 30 April 2020, Tim URC menguburkan salah seorang PDP di Taman Makam Pahlawan Abepura. Pasien yang adalah salah seorang pensiunan militer ini meningga di Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan sampel beberapa jam sesudah penguburan, almarhum ternyata negatif alias tidak terjangkit Covid-19.
Kemudian, pada Senin, 4 Mei 2020, URC kembali menguburkan 2 pasien PDP yang meninggal di RSUD Jayapura. Mereka menjemput dan menguburnya ke Pekuburan Buper, Waena.
“Pada Jumat, 22 Mei 2020, tim URC lagi-lagi memakamkan 2 pasien PDP yaitu MW (67) dan MT (60). MW meninggal dengan penyakit penyerta prostat dan darah tinggi. Sementara MT awalnya mengalami sesak nafas,” urai Ashari.
Senin, 25 Mei 2020, tim URC memakamkan 1 jenazah pasien reaktif Rapid Test di tempat pemakaman khusus Covid di Buper Waena. Pasien yang meninggal adalah NT, ibu rumah tangga berusia 45 tahun yang berdomisili di APO Kali. Pasien meninggal secara tiba-tiba pada Senin siang.
Di antara semua pengalaman, sebuah insiden paling mengecewakan para pemikul peti jenazah ini terjadi pada Rabu, 26 Mei 2020. Ketika itu, Tim URC menguburkan salah seorang PDP pria berinisial (YM) beralamat di Jalan Proyek Waena. Sejak Selasa, 26 Mei 2020 petang, almarhum yang dirawat di RS Dian Harapan Waena, dinyatakan meninggal. Berdasarkan Rapid Test, YM reaktif. Sementara swab-nya sedang dalam pemeriksaan di Litbangkes Papua.
Tim pemakaman pasien Covid dari UP2KP bersama petugas dari RS Dian Harapan dikawal anggota Pospol Heram, bergerak dari rumah sakit sejak Pkl. 09.30 menuju ke Pemakaman Buper Waena. Namun saat tiba, makam belum digali oleh para petugas yang berasal dari UPTD Pemakaman pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Jayapura.
“Kami sudah bawa jenazah tiba di lokasi pemakaman Buper sejak jam 10 pagi. Tetapi kubur belum digali. Petugas yang biasa gali kubur dengan alat berat belum datang. Mereka terlambat datang sehingga kita kubur jam 2 siang. Kami tunggu empat jam lebih dengan pakaian Hazmat, panas sekali. Tolong Dinas PUPR evaluasi kinerja anak buah,” kata Ali Fidmatan, salah seorang anggota Tim penguburan Jenazah Covid dari UP2KP.
Menurut Ali, akibat molornya penguburan lantaran liang kubur yang belum siap, keluarga dari pasien yang meninggal sempat ribut dan bersitegang dengan relawan dari UP2KP. Tetapi berkat penjelasan dan pendekatan persuasif dengan mereka, akhirnya keluarga bisa menerima.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Jayapura Nofdi J. Rampi, S.Sos, MM menegaskan bahwa ini adalah murni miskomunikasi. Ia mengaku baru menerima info terkait penyiapan makam Pkl. 10.30 WIT dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, dr. Ni Nyoman Sri Antari.
“Ketika ada informasi masuk, saya punya persiapan itu paling cepat 1-3 jam. Sebab saya harus kumpulkan anak-anak, karena mereka tinggal di beberapa tempat berbeda. Kemudian, alat itu naik ke armada truk dibawa dari Kantor Walikota ke Pemakaman Buper. Kebetulan tadi BBM solar dari alat itu menipis jadi harus isi dulu,” kata Nofdi.
Nofri bilang, pihaknya sama sekali tidak lalai atau kurang tanggap dalam insiden itu. Sebab ia sudah sepakat dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura bahwa minimal sesudah informasi yang diterima dari rumah sakit tentang rencana pemakaman, minimal mereka butuh 2-3 jam untuk persiapan pemakaman.
“Jadi mestinya jenazah jangan naik dulu. Jadi jenazah sudah naik duluan baru kasih info kami. Jadi komunikasi saja yang agak kurang baik tadi.
Selang beberapa hari, tepatnya Jumat, 29 Mei 2020, Tim URC Covid-19 mengevakuasi jenazah seorang pria tanpa identitas di kompleks Perumahan Furia Puskopad, Kelurahan Wahno, Distrik Abepura ke RS Bhayangkara. Ia meninggal di rumah yang ditempatinya sendiri. Tim turun setelah mendapat laporan dari Ketua RW setempat.
Evakuasi Sejumlah Pasien
Selain mengevakuasi dan menguburkan jenazah terkait Covid, Tim URC sepanjang April hingga Juni 2020 juga telah berjasa mengevakuasi sejumlah pasien untuk dibawa ke fasilitas kesehatan.
Misalnya pada Kamis, 7 Mei 2020, sekitar Pkl. 21.00, mereka mengevakuasi salah seorang warga Kampwolker Perumnas III yang mengalami kecelakaan di sekitar wilayah tempat tinggalnya. Wanita asal Biak itu dievakuasi ke RS Dian Harapan untuk mendapatkan pertolongan medis. Korban berjenis kelamin perempuan asal Biak itu dievakuasi ke Rumah Sakit Dian Harapan.
Pada Minggu, 7 Juni 2020, tim URC mengevakuasi pasien berinisial S, salah seorang tahanan positif Covid yang sedang hamil dari Polsek Abepura ke RSUD Abepura. Wanita ini tiba-tiba sakit dan alami pendarahan. Ia adaah 1 dari 27 tahanan Polres Jayapura Kota penderita Covid-19 yang saat ini dikarantina di Polsek Abepura akibat penuhnya rumah sakit di Kota Jayapura.
Kemudian, Senin, 8 Juni 2020 malam, pihaknya mengevakuasi salah seorang tahanan laki-laki dari sel tahanan Polres Jayapura Kota ke RS Bhayangkara. Berdasarkan laporan yang diterima Tim URC, tahanan berjenis kelamin laki-laki itu tiba-tiba mengeluh nyeri dada, sesak nafas, dan sakit tenggorokan.
Pada Selasa, 9 Juni 2020 siang, Tim URC bersama petugas medis rumah sakit yang dituju juga mengevakuasi seorang tahanan wanita yang sedang hamil 6 bulan berinisial NB dari sel Polsek Abepura ke RSUD Abepura. NB pingasan dan dievakuasi tim Selasa siang.
Pada Senin, 15 Juni 2020 malam, Tim URC turun menjemput 5 pasien positif Swab yang ‘ngeyel’ dan tak mau menjalani perawatan. Mereka berdomisili di Kompleks Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Hamadi, Distrik Jayapura Selatan. Padahal, Pemerintah Kota Jayapura sudah menyediakan Hotel Sahid sebagai tempat perawatan dan karantina pusat, menyusul penuhnya seluruh rumah sakit di kota ini.
“Sempat bersitegang saat di lokasi, jadinya kami panggil Polsek Jayapura Selatan back-up kami,” kata Komandan Tim URC Polres Jayapura Kota, Iptu Zainuddin Ashari, Amd.Kep.SH.
Pada Selasa, 16 Juni 2020, sejumlah pasien beruntun dievakuasi URC. Pada petang hari, tim menjemput salah seorang pasien yang jatuh pingsan di rumahnya di Perumnas II Waena, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram. Pria berinisi W ini didiagnosa mengidap kolesterol tinggi. Keluargan datang ke Patmor 6 di Perumnas III meminta tolong. Polisi berkoordinasi dengan URC dan tim turun evakuasi ke RS Dian Harapan.
Ashari menambahkan, di hari itu, mereka juga mengevakuasi pasien berinisial M (70) di Jalan Alpokat III, Koya Barat, Distrik Muara Tami. Wanita berusia 7o tahun ini adalah pasien yang sudah dinyatakan positif setelah menjalani pemeriksaaan swab.
“Karena ada laporan masuk pasien tidak mau datang, makanya kami ditelp Ibu Rahma Sibi dari Dinas Kesehatan Kota turun siang tadi ke kediaman yang bersangkutan dan kami bawa untuk menjalani perawatan medis di Hotel Sahid Entrop,” kata Ashari.
Pasien yang berulang kali dievakuasi Tim URC ialah para tahanan di Polsek Abepura dan Mapolresta Jayapura. Mereka rata-rata pasien positif Covid.
Terakhir, pada Sabtu, 4 Juli 2020 menjadi pengalami yang cukup mengecewakan Ashari dan timnya. Tim URC mendapat laporan bahwa ada seorang pasien perempuan berinisial MA (62) beralamat di Batu Putih Bawah, Distrik Jayapura Selatan, meninggal di RS Provita Jayapura Pkl. 05.00. Jenazahnya diambil pulang oleh keluarganya.
Namun, pada siang hari, dr. Spesialis Paru-Paru, dr Helena memberitahukan kepada Jubir Covid Kota Jayapura, dr. Nyoman Sri Antari bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan swab, MA dinyatakan positif.
“Sekitar Pkl. 17.00, kami turun mau ambil jenazah untuk dikubur secara protokol Covid. Keluarga menerima. Setelah doa, kami bungkus jenazah sesuai SPO Covid, dan kami bawa ke Ambulance. Tapi saat kami bawa keluar, ada keluarga lain menolak. Padahal untuk bawa keluar, kami butuh energi karena pintu yang kecil. Jadinya kami lepaskan jenasah kembalikan ke keluarga dan minta bantuan URC Polda yang turun tangan,” kata Ashari.
Ashari mengaku, selama masa Covid, dirinya yang menjabat Paur Kesehatan Polres Jayapura Kota, jarang tidur. Ia selalu siaga dengan handphone yang selalu menyala. Perhatian terhadap keluarga tentu berkurang.
“Ya namanya ini tugas kemanusiaan, harus saya jalani dengan ikhlas. Anggota saya bahkan ada yang sampai kena Covid karena terpapar saat bertugas. Tapi kami tetap semangat, jaga asa, dan yakin kita akan lewati cobaan di masa wabah Covid ini,” tuturnya.
Ashari meminta kepada warga Kota Jayapura apabila ada keluarga yang sakit atau meninggal dan terindikasi Covid, maupun yang mengetahui adanya pasien positif Covid namun ngeyel dan tak mau dijemput untuk dikarantina, agar segera menghubungi Call Center URC Polres Jayapura Kota di nomor telp 08124068978 agar pihaknya bisa membantu mengevakuasi mereka. (Gusty Masan Raya)