Para mahasiswa asal Pegunungan Bintang yang menjalani studi di UKSW Salatiga. Para calon guru dan tenaga medis ini mendapat program beasiswa dari Pemda Pegubin.

 

JAYAPURA (PB.COM)Sebuah gebrakan brilian dilakukan oleh Pemerintahan Bupati Spei Yan Bidana, ST.M.Si di Kabupaten Pegunungan Bintang (Pegubin), Provinsi Papua Pegunungan. Dalam rangka mengatasi kebutuhan tenaga guru dan medis di wilayah itu, sejak tahun 2021 sebanyak 218 mahasiswa Pegunungan Bintang dikirim untuk menjalani studi di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah.

“Jadi semua mahasiswa ini adalah perwakilan dari 34 distrik di Pegunungaan Bintang, dimana setiap distrik diutus 5 orang. Kami terus melakukan pemantauan dan pendampingan agar mereka fokus dan cepat selesai studi. Jadi mereka wajib jaga nama baik distrik dan hindari hal-hal tidak baik yang menggangu studi mereka,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Pegubin, Geraldus O. Bidana, S.Pd., MPA kepada papuabangkit.com, Jumat, 20 Januari 2o23.

Kepala Badan BPSDM Pegubin, Geraldus O. Bidana didampingi KoordinatorBeasiswa Pegunungan Bintang, Melkior N.N. Sitokdana saat berdialog dengan pimpinan UKSW.

 

Menurut Gerald yang saat itu sedang berkunjung ke kampus UKSW, Pemda Pegubin mengeluarkan dana yang tidak sedikit setiap tahun untuk membiayai kuliah dan biaya hidup seperti makan minum, tempat tinggal, dan kesehatan. Sekitar Rp 7-10 miliar dana APBD Pegubin tersedot untuk urusan ini setiap tahunnya.

“Namun kami berharap, para orang tua tidak boleh lepas tangan sama sekali, minimal sebulan atau dua bulan sekali kirim uang buat anak-anak yang sedang studi di sana. Masa sampai hal-hal kecil pun pemerintah yang urus semua. Anak-anak juga butuh biaya tambahan. Kami minta, mindset atau cara berpikir para orang tua harus diubah,” tegas Gerald.

Guna menjaga komitmen selama studi, kata Gerald, sejak awal para calon mahasiswa dan orang tua menandatangani surat pernyataan untuk tidak melakukan hal-hal yang terlarang, terutama kebiasaan menegak minuma keras (miras) dan praktik seks bebas yang mengganggu kuliah. Jika itu terjadi, Pemda Pegubin akan memutuskan beasiswa dan memulangkan mereka ke kampung halamannya.

“Selama satu tahun lebih berjalan ini, saya lihat sebagian besar mereka sudah menyesuaikan diri dan ada peningkatan prestasi akademik yang bagus. Hanya saja ada beberapa yang melanggar aturan dengan miras dan seks bebas sampai hamil, dan mereka telah kami coret atau putuskan beasiswanya. Ada 12 orang yang melanggar sudah kami putuskan,” tutur Gerald.

Program Matrikulasi

Gerald mengakui, pola dan sistem pendidikan dasar yang dijalankan di Kabupaten Pegunungan Bintang selama ini masih lemah. Hal ini terbukti, sebagian besar output dari wilayah ini rata-rata di awal kuliah mengalami kesulitan besar untuk menyesuaikan diri dengan materi kuliah.

“Oleh karena itu, dalam kunjungan saya ke UKSW pekan ini, kami sudah bicara kerjasama agar selama 6 bulan sampai 1 tahun, anak-anak ini terima matrikulasi untuk penguatan kemampuan akademik. Di kampus lain yang kerjasama dengan kita juga kita terapkan program matrikulasi yang sama. Kalau tidak, mereka mengalami kesulitan luar biasa,” tuturnya.

Selain itu, ia juga berjanji akan memperbaiki sistem rekruitmen agar para mahasiswa yang dikirim studi memiliki kemampuan akademik yang bagus. Bukan karena hasil nepotisme atau kepentingan suku maupun politik di setiap distrik.

Gerald menambahkan, selain di UKSW Salatiga, terdapat juga 3.000 lebih mahasiswa asal Pegunungan Bintang yang mendapat beasiswa dari Pemda Pegunungan Bintang setiap tahun. Saat ini, mereka sedang menjalani studi di dalam dan luar negeri, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, NTT, dan Papua, New Zeland, Singapura, Australia, Rusia dan Amerika,

“Setiap tahun pemerintah siapkan dana sekitar Rp 30 miliar. Kami sangat berharap, dengan beasiswa ini, mahasiswa-mahasiswi benar-benar memanfaatkan kemudahan fasilits dari pemerintah ini untuk serius dan tekun menuntut ilmu, disiplin kuliah, selesai tepat waktu dan pulang bangun Papua,” tutup Gerald.

Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kealumnian UKSW, Yafet Yosafet Wilben Rissy, Ph.D. dalam pertemuan itu mendukung rencana program matrikuasi tersebut. Usulan konkret tersebut menurutnya dapat membantu mahasiswa yang mungkin masih mengalami ketertinggalan.

“Kami siap mendukung hal lain guna mendukung kemajuan Kabupaten Pegunungan Bintang,” kata Yafet mengutip salopos.com.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang KIP UKSW, Priyo Hari Adi, Ph.D. menegaskan, pertemuan ini menjadi ajang penguatan kembali komitmen bersama. Dirinya berharap kerja sama yang dilandasi hubungan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak dapat terus terjalin.

Turut hadir mendampingi Gerald, dosen UKSW sekaligus Koordinator Beasiswa Pegunungan Bintang, Melkior N.N. Sitokdana, S.Kom.,M.Eng. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box