Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana berbincang dengan salah seorang tenaga instruktur pekerja Jembatan Iwur, Jumat, 3 November 2023.

JAYAPURA (PB.COM)—Di tengah keraguan banyak pihak akibat isolasi geografis dan tingkat kesulitan yang tinggi, Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan sukses membangun Jembatan Iwur dengan konstruksi permanen yang menelan anggaran Rp 14 miliar.

Tinggal sebulan lagi, diperkirakan jembatan yang menghubungkan Oksibil dan Distrik Iwur dan selanjutnya menuju Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel dan Merauke, Provinsi Papua Selatan ini akan rampung dikerjakan dan mulai bisa digunakan.

Bupati Spei bersama istri dan anaknya saat memantau pekerjaan jembatan Iwur.

“Saya barusan pulang cek di lapangan, tinggal satu meter sudah terpasang dengan abutmen sebelah. Setelah itu mereka akan lakukan pengecoran. Ini kita lagi upayakan droping semen, dibutuhkan sekitar 1.000 semen, baru ada 300-an semen di lokasi. Jadi paling lambat minggu kedua Desember sudah selesai. Nanti rencananya kita akan undang menteri untuk resmikan,” kata Bupati Pegunungan Bintang, Spei Yan Bidana, ST,M.Si melalui telepon selulernya, Jumat, 3 November 2023.

Senada dengan Bupati Spei, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Pegunungan Bintang, Yance Tapyor, ST,M.AP kepada jurnalis, Jumat, 3 November 2023 juga membenarkan bahwa pengerjaan jembatan iwur sudah 90 persen dan siap digunakan sebulan lagi.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Pegunungan Bintang, Yance Tapyor saat memberi keterangan kepada wartawan.

“Pengerjaan pemasangan dan perakitan jembatan ini sudah selesai. Tinggal pengecoran lantai atas, dan pengecoran beton. Sebenarnya jembatan ini sudah selesai dikerjakan. Kendala utamanya adalah material impor yang didatangkan dengan menggunakan pesawat,” tutur Yance.

Kendala lain ialah alat berat yang hanya satu unit dan ikut memperlambat proses pemasangan segmen pada jembatan yang memiliki bentangan mencapai 80 meter ini. Sementara kondisi air di Sungai Digul yang mengalir deras di bawah juga menjadi tantangan tersendiri.

“Baut jembatan ini saja mencapai 4 ton lebih. Makanya kali lalu pengerjaan terhenti sebulan karena harus pesan baut dari Surabaya. Selain itu, juga butuh sekitar 700 hingga 1.000 sak semen untuk pengecoran. Ini kesulitan kita. Jadi setelah pengecoran, tinggal satu bulan lagi bisa difungsikan,” urainya.

Dampak Ekonomi

Menurut Yance, jika Jembatan Iwur resmi digunakan, maka akses yang menghubungkan antara Oksibil ke Iwur lalu ke Tanah Merah hingga Merauke, akan membawa dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat Pegubin. Sebab selain bisa menjadi akses distribusi komoditas unggulan yang dihasilkan warga untuk dijual, juga potensi kebutuhan akan material bangunan di Merauke sebagai ibu kota Provinsi Papua Selatan bisa didrop dari Pegubin.

“Kita punya material seperti batu, kerikil dan pasir yang banyak, bisa diangkut dan dijual ke Merauke. Selama ini kan pembangunan di Merauke mereka datangkan material dari Surabaya, Halmahera, dan bahkan Australia. Apalagi jembatan Kali Biru juga sedang dibangun dengan dana APBN,” tuturnya

Yance menjelaskan, Bupati Spei Bidana telah menyurati Maskapai Trigana untuk memprioritaskan pengangkutan baut dan semen. Tentu saja, tetap memprioritaskan juga pengangkutan tiang dan kabel listrik untuk mengejar pemasangan jaringan listrik.

Selain membangun jembatan Iwur, sepanjang 2023 ini, Dinas PUPR Pegubin juga membangun 6 jembatan gantung sebagai akses penyeberangan bagi warga dari distrik ke distrik dengan menggunakan tiang pancang. Adapun keenam jembatan gantung itu yakni di Distrik Okbemtau, Oksop, Borme, Batani, Oklip, dan Tinibil.

“Jadi dibikin cakar ayam dua-dua lalu kasih naik. Seperti di Oksop, itu menghubungkan ibukota kabupaten ke Okbibab, dan Okbibab ke Okbab, lalu Okbab ke Borme. Rata-rata panjang bentangan antara 60-80 meter. Jembatan gantung ini hanya dilewati manusia, bukan kendaraan. Biasanya di bawahnya ada sungai atau kali,” kata Yance Tapyor. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box