
Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana, ST,M.Si menyapa dan menyalami anak-anak SD YPPK St. Vinsensius Mabilabol saat kunjungan ke sekolah itu, Rabu, 9 April 2025. (Foto: Aquino Ningdana)
OKSIBIL (PB.COM)—Catatan jurnalistik saya tentang sosok sang pemimpin ini mungkin sudah kesekian kali banyaknya. Dia bernama Spei Yan Bidana, ST.M.Si, lelaki sederhana asal Kiwirok, yang negeri kelahirannya beberapa tahun lalu dilanda asap dan nestapa kemanusiaan yang masih meninggalkan bekas luka.
Sejak 3 Maret 2021, ia mencatat nama di dada kanannya sebagai Bupati Pegunungan Bintang, sebuah negeri nan kaya di wilayah Timur Papua, namun hingga kini masih terpenjara dalam isolasi geografis akibat minimnya infrastruktur jalan dan jembatan.
Pesta Demokrasi 2024 silam membawa ia kembali duduk di Kantor Bupati di Kukding. Ia tentu senang karena bukan soal kekuasaan, tetapi bisa melanjutkan mimpi dan visi misinya yang agung dengan sederet legacy dan pencapaian yang sudah terbukti.
Dua bulan terakhir, sejak ia tiba di Oksibil untuk mulai bekerja di periode kedua, kota yang pernah menjadi salah satu distrik tua nan indah dari Kabupaten Jayawijaya itu kembali hidup. Siapa lagi kalau bukan Spei Bidana, sang pemimpin visioner itu menggerakannya. Dan ia sukses membangunkan orang-orang dari tidur panjangnya untuk melakukan perubahan. Dari hal sederhana yang terlupakan!
Program Jumat Bersih, ajakan mencintai alam dan lingkungan dengan menanam pohon, dan kepedulian terhadap aneka penyakit sosial yang masih merajalela menjadi atensi Spei Bidana. ASN, pejabat maupun staf, ramai-ramai turun lapangan menyeka keringat bergotong royong membersihkan lingkungan kantor dan fasilitas publik lainnnya. Kepala distrik, kaum muda, dan aparat keamanan diminta mengawal perjudian dan miras yang menjamur.
Tetapi jauh lebih penting dari itu, Spei dengan mata batinnya yang jernih, menyerukan sebuah perang mental yang positif bagi anak-anak, remaja, dan pemuda di negerinya. “Tahun 2025 ini saya canangkan sebagai Tahun Kebangkitan Sains, Seni dan Olahraga,” ujar politisi PDI Perjuangan ini.
Dan itu ia wujudkan dalam momen perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-22 Kabupaten Pegunungan Bintang yang jatuh pada 12 April 2025 mendatang. Dibantu oleh sejumlah dosen putra asli Okmekmin, 13 mata lomba digelar dengan bertumpu pada Sains, Seni dan Olahraga. Sebuah gebrakan yang diapresiasi banyak pihak karena ini pertama. Dan sangat bermanfaat.
Kemenangan Persigubin merebut trophy Liga IV Papua Pegunungan pada 3 April 2025, semakin mengamini seruan kebangkitan Spei bagi anak-anak muda Pegunungan Bintang. Laskar The Morning Star siap membawa nama negerinya bertarung di Liga IV Nusantara untuk merebut tiket menuju Liga III. Amazing!
Lain lagi soal seni. Budaya Okmekmin yang kaya disajikan dalam aneka Lomba Tari Tradisional, membuat Spei berjuang keras mewujudkan rencananya sejak tahun lalu. “Kita akan gelar Festival Budaya tahun depan dengan menghadirkan ribuan penari dan mengundang saudara-saudara kita dari PNG. Ini kesempatan kita mendatangkan pertumbuhan ekonomi.”
Maka, Spei lantas mendorong perbankan, baik BRI maupun Bank Papua agar memberi kesempatan kepada pengusaha lokal untuk mulai melakukan kredit. Bisa untuk membangun hotel, homestay, café atau restoran yang layak dan representatif. Oksibil harus hidup. Kota tua ini dikeliling kekayaan pangan melimpah. Kopi, sayur mayur, umbi-umbian, dan ternak yang sangat banyak. Tapi belum dilirik sebagai bisnis.
Menyoal pertumbuhan ekonomi, berapa sih Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya dengan mendorong kegiatan seperti festival? Tentu kecil memang. Lebih mudah mendatangkan investor dan mengeruk emas yang masih tersimpan diam di bawah kaki Gunung Mandala, layaknya Freeport membelah Nemangkawi.
Sayangnya, Spei belum tertarik sama sekali. Belum mau menyentuhnya sejengkal pun. Ia tak mau cepat tersilau pada kilauan emas: mengeruk, mengeksplorasi dan mengeksploitasi cepat-cepat, lalu meninggalkan lubang ketidakadilan yang menganga di Bumi Okmin. Mengenyangkan kapitalis, dan membiarkan rakyat Asli Papua hidup miskin penuh miris seperti Grasberg.
Spei, sosok pemimpin cerdas dan visioner ini, malah lebih sibuk bersafari ke sekolah-sekolah membangun motivasi kepada anak-anak dan para guru. Berdialog dan bersenda guru dengan anak-anak SD. Berulang kali, ia menyerukan kebangkitan bagi pelajar, mahasiswa, dan para pemuda untuk bangkit membangun negerinya dengan terus berprestasi, tanpa melupakan budaya Okmekmin.
“Saya mau berpesan kepada tokoh adat di Pegunungan Bintang supaya dalam pengembangan pendidikan inisiasi adat harus mulai dibangun dari generasi usia dini, supaya melahirkan anak-anak dalam pendidikan secara mental spiritual yang tahu adat,” kata Bupati Spei kepada jurnalis Aquino Ningdana saat berkunjung ke SD YPPK St. Vinsensius Mabilabol, Rabu, 9 April 2025.
Negeri Pegunungan Bintang penuh emas. Berkilau laksana bintang. Tapi bagi Spei, menyiapkan generasi emas dan Sumber Daya Manusia (SDM) Pegunungan Bintang jauh lebih penting. Ia ingin semua sekolah bisa menggaungkan Tahun Kebangkitan Sains, Seni dan Olahraga itu dalam kurikulum Pendidikan. Dinas-Dinas terkait pun didorongnya untuk membuat program kerja pendukung di tahun depan.
Hari ini, Pkl. 13.13 WIT, saya tiba-tiba mendapat pesan gambar dari Bupati Spei Bidana lewat whatsapp. Spei berdiri gagah sambil tersenyum di depan spanduk kain yang terbentang, menampilkan tulisan: “Kerjasama Bidang Pendidikan Antara Kabupaten Pegunungan Bintang Dan Pemerintah Papua New Guinea.”
Ya, sesuai jadwal, Jumat, 11 April 2025, akan terjadi sejarah. Bupati Spei Bidana dan PNG Defence Attache To Indonesia Kolonel Dominic Bulungol, siap melakukan penandatangaan Memorandum of Understanding. Sungguh luar biasa! Maka Universitas Okmin Papua (UOP) yang didirikan Spei pada 17 Agustus 2021, bakal bertambah lagi mahasiwa asal PNG yang akan kuliah di sana. Di awal tahun akademik 2024/2025, memang sudah ada puluhan yang studi di UOP.
Mata batin Spei sebagai seorang pemimpin memang berbeda. Ia benar-benar ingin melihat generasi Okmekmin harus bersinar kelak bagai matahari. Ia telah membuka jalan dan membagi cahaya itu kepada mereka. Dan beberapa tahun lagi, matahari-matahari dari Pegunungan Bintang akan terbit dan bersinar bagi negerinya. Saya sepakat, ada banyak hal baik yang layak ditiru oleh para pemimpin di Papua dari lelaki sederhana asal Kiwirok ini. (Gusty Masan Raya)