JAYAPURA (PB) : Balai Meteorologi, Klimatologi dan Geofikasika (BMKG) Wilayah V Jayapura diminta terus membangun dan meningkatkan pemahaman kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, serta peran pemerintah maupun swasta untuk terus memberikan perhatian dan dukungan yang lebih nyata dalam penyelenggaraan pembangunan nasional yang berwawasan antisipatif terhadap bencana alam.
Demikian disampaikan Gubernur Papua Lukas Enembe, SIP, MH dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Gubernur Bidang Kesra dan SDM Johana OA Rumbiak, SE, MM didampingi Kepala Balai Besar MKG Wilayah V Jayapura Slamet Suyitno Raharjo dan Deputi Bidang Klimatologi BMKG DR. R. Mulyono Prabowo, MSc, ketika membuka Rapat Koordinasi Wilayah Tahun 2017 di Lingkungan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura di Swiss-belhotel Papua, Jayapura, Senin (3/4).
Gubernur mengatakan, melalui sosialisasi MKG tahun 2017 ini, diharapkan BMKG dapat memberikan pemahaman yang sejelas-jelasnya kepada seluruh peserta dan undangan mengenai pemanfaatan data dan informasi yang dikeluarkan oleh BMKG, sehingga masyarakat dapat mengerti dan memanfaatkan informasi tersebut dalam pembangunan Papua, supaya upaya dalam mengurangi bahaya gempa bumi yang bisa timbul kapan saja dan dimana saja.
Ia mengharapkan antara instansi pemerintah maupun swasta dapat bersinergi dan bekerjasama dalam penelitian sistem mitigasi bencana. Kiranya kerjasama ini dapat kita kembangkan, diperluas , dijaga, dalam mendukung Visi Gubernur yakni Papua Bangkit Mandiri dan Sejahtera.
Dikatakan, wilayah rawan gempa di Indonesia. Berdasarkan data BMKG, sejarah gempa bumi selama periode 1996-2015 tercatat telah terjadi 19 gempa signifikan di Provinsi Papua yang menyebabkan kerusakan dan korban jiwa.
Sementara sejarah tsunami lokal diantaranya Tsunami Biak tanggal 17 Pebruari 1996, Tsunami Manokwari 3 Januari 2009, dan Tsunami Tele atau tsunami kiriman akibat gempa yang terjadi diluar Papua seperti Tsunami Jepang yang terjadi pada tanggal 11 Maret 201 yang berdampak tsunami di Papua.
“Masih segar dalam ingatan kita gempa bumi 6,8 SR yang terjadi di Sorong menimbulkan banyakm kerusakan bangunan dan korban luka-luka yang mengakibatkan kerugian pada masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.
Berdasarkan data tersebut, terangnya, ternyata gempa merusak lebih sering terjadi dibandingkan tsunami, oleh karenanya data dan informasi dari BMKG diharapkan dapat mendukung pembangunan infrastruktur di Papua seperti bangunan tahan gempa dari resiko gempa bumi di Papua.
Rapat Koordinasi Wilayah Tahun 2017 di Lingkungan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura mengusung Tema Dengan Rakorwil Balai Besar Besar MKG V Jayapura Tahun 2017 Kita Wujudkan Perencanaan Program dan Penyusunan Anggaran yang Efektif, Efisien dan Akuntabel untuk Penuntasan Pondasi Modernisasi Layanan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ini dihadiri perwakilan MKG di Papua dan Papua Barat. (Admin)