Pemerintah Provinsi Papua patut berbangga. Dinas Kesehatan Papua menoreh sejarah dengan mempersembahkan prestasi lulusan terbaik pada Diklat Kepemimpinan Tingkat II yang diselenggarakan oleh Lembaga Adminitrasi Negara Republik Indonesia di Jakarta.
“Saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang menciptakan manusia Papua dan alam Papua, dan melalui Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP.MH yang telah mengirim saya selaku Kepala Dinas Kesehatan Papua untuk mengikuti Diklat Pim II di Jakarta,” kata Kepala Dinas Kesehatan Papua drg. Aloysius Giyai, M.Kes.
Kepada sejumlah wartawan di ruang kerjanya, Selasa pagi, 20 Juni 2017, pria kelahiran Kampung Onago, Deiyai, 8 September 1967 ini berbagi kisah perjuangannya meraih prestasi.
“Saya persembahkan buat seluruh generasi Papua, para calon pemimpin masa depan bahwa kita orang Papua juga bisa jadi pemimpin yang diperhitungkan di kancah nasional. Stigma bahwa orang asli Papua tidak mampu harus dihapus,” kata Aloysius.
Aloysius mengisahkan, sejak 4 Februari 2017, atas mandat Gubernur Lukas dan rekomendasi Sekretaris Daerah Papua Hery Dosinaen, S.IP,M.KP, dirinya dikirim untuk mengikuti Diklat Kepemimpinan Tingkat II di Lembaga Adminitrasi Negara di Jakarta. Sebanyak 60 peserta dari berbagai daerah dan lembaga kementerian ikut dalam diklat itu.
“Saya terharu ketika diumumkan meraih predikat kelulusan sangat memuaskan pada acara penutupan diklat 16 Juni 2017. Saya menjadi salah satu dari 12 orang yang ditetapkan sebagai peserta terbaik sejajar dengan orang hebat seperti wakil BPK RI, bapak Dwi Setiawan,” katanya.
Berkat prestasi ini, Aloysius bertekad akan langsung menjalankan berbagai program pelayanan kesehatan berbekal ilmu dan pelatihan yang ia dapatkan selama pendidikan.
“Saya sangat bersyukur mendapat kesempatan mengikuti pendidikan ini karena memberi bekal yang sangat berguna. Terima kasih kepada Bapak Gubernur Papua yang mengirim saya. Terima kasih juga kepada LAN dan para pengajar dan pengujinya,” ujarnya.
Sebagai bawahan dari Gubernur Papua, Aloysius juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, Sekretaris Daerah Papua dan para asisten serta semua pihak yang telah membantu.
“Ucapan terima kasih dan apresiasi yang sama juga saya sampaikan kepada tim seleksi Diklat Pim II, Kepala Inspektorat Papua, Kepala BPKD Papua, Kepala Badan Diklat, dan juga sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua sebagai Ketua Tim efektif dari proyek perubahan saya yakni peningkatan akses pelayanan kesehatan melalui pelayanan ‘mobile’ atau tim kesehatan bergerak di masing-masing kabupaten/kota di Papua pada 2018,” tutunya.
Tak lupa, Aloysius memberikan apresiasi atas kesediaan sejumlah pihak dalam memberikan testimoni tentang yankes bergerak, mulai dari Gubernur Papua, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua (DPRP), Sekretaris Komisi V DPRP, Wakil Direktur RSUD Jayapura, Direktur UP2KP, Direktur Poltekkes Kemenkes Jayapura, tokoh agama, tokoh masyarakat, masyarakat, tim penggerak PKK Provinsi Papua, dan tim jurnalistik.
“Saya berharap, proyek perubahan yang sudah dan sedang saya lakukan terus didukung untuk kemajuan pembangunan kesehatan di Papua. Bangun sektor kesehatan di Papua dengan tantangan yang kompleks butuh gebrakan program yang inovatif yang terus menerus. Saya tak akan pernah puas. Inovasi lain terus dicoba demi perbaikan kualitas dan derajat kesehatan Papua,” ujarnya.
Dorong Yankes Bergerak
Selama pendidikan, para peserta Diklat PIM II harus mengikuti program baik on kelas yang bersifat teori maupun off kelas yang bersifat studi lapangan yang dilakukan dengan intensif disertai pendampingan tutor. Mereka juga diwajibkan membuat proyek perubahan yang dikaitkan langsung atau relevan dengan program pemerintah. Untuk itu, peserta pendidikan harus bisa membuat program yang mendapat rekomendasi dari pemerintah atau instansi tertentu.
Sebagai Kepala Dinas Kesehatan Papua, Aloysius membuat proyek perubahan berjudul Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Melalui Tenaga Kesehatan Bergerak. Ia memproyeksikan proyek tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Provinsi Papua yang disebutnya sebagai pelayanan kesehatan (yankes) bergerak.
Menurut Aloysius, para tenaga kesehatan bergerak itu secara pro aktif dari kampung ke kampung, lembah, ngarai, rawa untuk melayani masyarakat. Sinkron dengan program Pemerintah, ia memperkirakan pada tahun depan, seluruh daerah Papua sudah bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
“Sebagai pilot project, kami sudah mencobanya di tingkat provinsi sejak 2015 dengan membentuk satuan tugas kaki telanjang dan terapung. Tetapi dana kita terbatas. Sementara dana Otsus 80 persen sudah diturunkan ke kabupaten/kota. Makanya, kami ingin mendorong dan mewajibkan, mulai 2018, para Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota di Papua harus merekrut tim kesehatan bergerak di daerahnya. Ini salah satu cara efektif untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah terisolir yang selama ini susah dijangkau,” kata Aloysius.
Butuh Program Inovasi dan Perubahan
Ketua Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Dr. Adi Suryanto, M.Si pada 17 Juni 2017 saat memberikan sambutan dalam pelepasan peserta pendidikan dan pelatihan kepemimpinan tingkat II, angkatan XLIII kelas C yang diselenggarakan LAN RI di Jakarta, dengan perubahan zaman yang sedemikian cepat, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang sadar akan inovasi, perubahan dan mengikuti perubahan itu.
Menurut Adi, Aloysius adalah salah satu pemimpin terbaik karena menjadi peserta yang menyandang predikat lulusan terbaik Diklat Pendidkan Kepemimpinan Tingkat II yang diselenggarakan oleh LAN RI karena aneka program inovasi dan perubahan yang dihasilkannya. Adi berharap Aloysius dan para lulusan terbaik ini akan memberikan contoh di lingkungan pemerintahannya dan mampu membawa perubahan yang nyata.
“Jadi tidak hanya ngomong saja, tetapi secara konkrit harus membuat perubahan nyata ke perbaikan. Dan Aloysius sudah lakukan itu,” ujarnya.
Drs. Panani, MA, pembimbing Aloysius selama Diklat Pim II LAN RI mengatakan, diklat ini bertujuan membentuk kepemimpinan yang tidak hanya didasarkan pada formalitas belaka, tetapi lebih mengedepankan leadership yang informal, kepemimpinan yang cair, transformatif, dia tidak transaksional. Modal utama seorang pemimpin itu adalah harus visioner, punya bakat pemimpin dan juga mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai tujuannya.
“Dari pembimbingan saya, pak Aloysius ini dia mampu menciptakan perubahan-perubahan yang ada di Papua, dia punya kepemimpinan yang baik dan bisa mengorganisir pihak-phak yang terlibat. Saya kira bapak Aloysius Giyai adalah seorang pemimpin yang baik dan patut dipertimbangkan untuk menjadi pemimpin yang lebih tinggi lagi,” ujarnya.
Lain lagi dengan dosen pengujinya, Dr. Marpaung. “Pak Alo itu unik dan hebat. Dia bintang dari Papua yang akan bersinar terang. Dia memiliki kemampuan yang hebat,” katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala BPK RI Dwi Setiawan Susanto, SE, M.Si yang juga sama-sama menjadi lulusan terbaik, menyebut Alo sebagai pemimpin yang memiliki wawasan, kemampuan dan komitmen yang sangat mumpuni. “Pak Alo ini, orang desa yang kemampuan dan wawasannya mengalahkan orang Metropolitan,” katanya. (Gusty Masan Raya)