JAYAPURA (PB) – Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, Bambang Ponco Aji dalam rilis bulanan BPS mengatakan, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Papua di bulan Agustus 2017, mengalami penurunan -0,28 persen dengan indeks NTP 94,17 dibandingkan indeks NTP bulan sebelumnya 94,43.
Menurut Bambang, penurunan yang terjadi karena perubahan indeks harga diterima petani (??) lebih kecil dari indeks harga dibayar petani (??) dimana ?? mengalami penurunan -0,17 persen dan ?? mengalami kenaikan 0,11 persen.
NTP Nasional Agustus 2017 sebesar 101,60 atau mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen dibandingkan NTP Juli 2017. “Ini terjadi karena perubahan indeks harga diterima petani lebih tinggi dari indeks harga dibayar petani dimana indeks harga diterima petani mengalami kenaikan 0,92 persen dan indeks harga dibayar petani mengalami penurunan -0,02 persen,” terangnya kepada pers di Jayapura, Senin (4/9/2017).
Kemudian NTP Provinsi Papua bulan Agustus 2017 menurut subsektor tercatat 4 (empat) subsektor memiliki nilai NTP di bawah 100 yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan 86,07; NTP Subsektor Holtikultura 97,52; NTP Subsektor Peternakan 98,92 dan NTP Subsektor Perikanan 97,67.
Lanjutnya, subsektor lainnya memiliki nilai NTP diatas 100 yaitu NTP Tanaman Perkebunan Rakyat 101,16. Lebih lanjut, NTP subsektor Perikanan dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap 103,10 dan NTP Perikanan Budidaya 82,78. “Secara umum, semua subsektor yaitu subsektor Tanaman Pangan Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan Perikanan mengalami penurunan angka indeks NTP,” terangnya.
Dari 33 provinsi yang dihitung NTP nya, tercatat 28 Provinsi mengalami kenaikan NTP dan lima provinsi mengalami penurunan NTP dimana Lampung tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi yaitu 1,82 persen sedangkan Nangroe Aceh Darussalam tercatat mengalami kenaikan NTP terendah 0,03 persen. Sedangkan Papua Barat tercatat provinsi dengan penurunan indeks terbesar yaitu -0,44 persen serta Yogyakarta tercatat mengalami penurunan terkecil yaitu -0,05 persen.
Inflasi Pedesaan
Sementara itu untuk Inflasi Pedesaan dapat diketahui melalui Indeks Konsumsi Rumah Tangga. Inflasi Pedesaan Papua Agustus 2017 tercatat mengalami inflasi 0,14 persen. Inflasi perdesaan terjadi karena adanya kenaikan indeks pada beberapa subkelompok.
Secara nasional, 17 provinsi mengalami inflasi perdesaan dan 16 provinsi lainnya terjadi deflasi pedesaan dengan Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Nangroe Aceh Darussalam sebesar 1,32 persen dan terendah di Kalimantan Tengah sebesar 0,02 persen. sedangkan Deflasi pedesaan terbesar terjadi di Gorontalo sebesar -0,76 persen dan terkecil tercatat di Papua Barat sebesar -0,05 persen.
“Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) di Papua pada Agustus 2017 mengalami penurunan sebesar -0,18 persen atau terjadi penurunan angka indeks dari 112,98 pada Juli 2017 menjadi 112,19 pada Agustus 2017,” tandasnya.
Kota Jayapura Urutan 18 Nasional Laju Inflasi
Di bulan Agustus 2017 kedua kota IHK di Provinsi Papua tercatat mengalami perubahan angka indeks yang berbeda. Kota Jayapura mengalami inflasi sebesar 0.22 persen dan Merauke mengalami deflasi sebesar -0.88 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) masing-masing sebesar 129,87 dan sebesar 132,37.
Dari 82 kota IHK tercatat 35 kota mengalami inflasi dan 47 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 1.09 persen dan inflasi terendah terjadi di Batam sebesar 0,01 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar -2,08 persen dan deflasi terendah di Samarinda sebesar – 0,03 persen.
“Kota Jayapura menempati urutan ke-18 di tingkat nasional dan urutan ke-4 di tingkat Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua). Sedangkan Merauke menempati urutan ke-73 di tingkat nasional dan urutan ke-11 di tingkat Sulampua,” terangnya .
Ia menjelaskan, inflasi di Kota Jayapura pada Agustus 2017 terjadi karena adanya kenaikan harga barang dan jasa yang ditunjukan oleh kenaikan angka indeks pada kelompok pengeluaran: kelompok perumahan,air,listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,09 persen; kelompok sandang sebesar 0,07 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,93 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,99 persen.
Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga barang dan jasa yaitu kelompok bahan makan sebesar -0,24 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar -0,04 persen; dan kelompok kesehatan sebesar -0,01 persen.
Sedangkan Deflasi di Merauke pada Agustus 2017 terjadi karena adanya penurunan harga barang dan jasa yang ditunjukkan oleh penurunan angka indeks pada kelompok pengeluaran: kelompok bahan makanan sebesar -2,11 persen; kelompok perumahan, air, listrik,gas dan bahan bakar sebesar -0,37 persen; kelompok sandang -0,01 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar -0,02 persen dan kelompk transportasi, komunikasi dan jasa keuangan lainnya -1,66. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga barang dan jasa yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,50 persen.
Jumlah Penumpang Angkutan Laut Meningkat
Bambang mengatakan, jumlah penumpang yang berangkat menggunakan angkutan laut pada bulan Juli 2017 mengalami peningkatan sebesar 14,54 persen, yaitu dari 14.865 orang pada Juni 2017 menjadi 17.026 orang. “Jumlah penumpang yang datang dengan angkutan laut pada Juli 2017 mengalami peningkatan sebesar 52,29 persen, yaitu dari 10.227 orang pada Juni 2017 menjadi 15.575 orang,” terangnya.
Ia menjelaskan, volume barang yang dimuat pada Juli 2017 tercatat sebesar 21.345 ton atau turun 0,62 persen dibanding volumenya pada Juni 2017 yang sebesar 21.479 ton. “Volume barang yang dibongkar pada Juli 2017 tercatat sebesar 80.078 ton atau turun 1,25 persen dibanding volumenya pada Juni 2017 yang sebesar 81.091 ton,” jelasnya. (YMF/Ed-Fri)