Clemens Keramu Mawani Awi

Siang itu, Senin 18 September 2017. Pengunjung XXI Mal Jayapura dibuat kaget dengan kedatangan Clemens Keramu Mawani Awi atau yang  akrab dipanggil Cello dan Yulian Kunto.

Kedua artis ini memang sengaja datang ke Port Numbay untuk melakukan promosi film bergenre komedi “Tommi dan Jerri”. Sebuah film yang mengisahkan dua orang sahabat Cello si Epen Cupen asli Papua dan Mongol dari Manado yang dikejar gank Mafia.

Walau sudah mengenakan kacamata hitam, namun dari penampilan dan sosok keduanya tidak dapat menipu pengunjung XXI yang langsung mengambil momen untuk foto bersama.  Saat kami dekati, Cello tidak menolak untuk diwawancarai.

Pertanyaan pertama kepadanya, kenapa Mongol tidak datang bersamanya. “Kalau Ka Mongol tidak ikut. Karena Ka Mongol juga lagi road show di tempat lain. Makanya saya diutus ke sini pas sekalian pulang kampung,” terangnya membuka percakapan kami.

Sebagai pemuda bertalenta yang sibuk syuting, membuat Cello baru dapat kembali lagi ke tanah asalnya.   “Terakhir pulang tahun kemarin karena kita sempat syuting juga, Judulnya Raja Mob. Tahun ini balik lagi,” ceritanya.

Dengan kesuksesannya di dunia industri film tanah air, Cello mengharapkan kepada masyarakat Papua terutama anak – anak muda dapat memberikan dukungan kepadanya. Apalagi rencananya untuk sekuel kedua film ini akan mengambil syuting di luar negeri.

Cello mulai serius bercerita saat ditanya soal prestasi anak – anak muda Papua.  Padahal provinsi ini dikenal sebagai gudangnya mob (cerita lucu khas Papua-red) dan mereka berpotensi. Ia melihat banyak anak – anak Papua yang kurang percaya akan dirinya sendiri dan cepat berputus asa.

“Teman-teman biasa rasa – rasa begitu. Jadi kalau mereka hari ini, bertahan dua tiga bulan saja. Tetapi karena melihat tidak ada perkembangan akhirnya putus asa dan banting stir mencari pekerjaan lain. Jadi tidak terlalu serius juga. Padahal mereka punyai bakat yang dimiliki. Kita di Papua punya potensi untuk melucu. Siapa yang tidak tahu Mob Papua. Kan hanya kita doang. Padahal itu potensi besar. Cuman kadang – kadang teman – teman agak susah bertahan,” ucapnya dengan nada pelan.

Cello mengatakan, anak muda Papua harus melihat kesempatan dan peluang. Tentunya dengan banyak  banyak bergaul dengan orang – orang yang jam terbangnya tinggi atau sudah berpengalaman. “Saya di komedi. Jadi kalau ada anak Papua mau seriusi bidang ini, datang saja sharing/berbagi pengalaman  ke saya. Mungkin saya bisa kasih sharing pengalaman. Terus kalau hendak bertahan. Harus kita berangkat dari niat dulu,” sarannya.

Sebab dengan niat, fokus dan tekad, apapun yang terjadi  dapat dilalui. “Seperti saya bilang, saya harus jadi bintang timur. Bintang itu muncul dari sini,” ucapnya dengan bersemangat.

Bersama fans di XXI Jayapura.

Perjalanan Karier

Perjalanan karier Cello pemuda asal Marine, dari tempat kelahirannya di Kimaam, Kabupaten Merauke sampai bisa masuk Jakarta, berawal dari  Komunitas Mob Epen Cupen. Hanya saja komunitas ini beberapa kali mau bubar, hanya dirinya  yang bertahan. Satu konsekuensi, mengorbankan segala-galanya, termasuk kuliah dan kerjaan-kerjaan yang lain.

“Ini bertabrakan dengan jiwa saya. Karena jiwa saya kan seni. Terus saya lihat dari situ kita punya potensi yakni mob Papua dan budaya kita kaya. Akhirnya kita bertahan sampai dalam tim itu saya jadi yang terbaik dalam grup Epen Cupen the Movie,” ceritanya.

Sebagai pemain film, ia tercatat sebagai anak Papua  yang bermain satu film dengan berperan menjadi dua tokoh. Menurutnya hal ini sangat membanggakan. “Sampai sekarang masih saya sendiri yang bertahan di dunia peran,” imbuhnya.

Saat ini Cello sudah membintangi 8 judul film dan 1 sinetron Epen Cupen the Movie sebagai peran utama. Kemudian sebagai peran pembantu di Sinetron komedi Kecil – Kecil Jadi Manten.  “Hanya saja saat ini saya fokus di film Tom dan Jerri jadi saya tidak di sinetron lagi,” akunya.

Cello mulai terjun ke dunia peran pada jaman sekolah sekitar tahun 2009. Ia lahir pada tanggal  12 Desember 1988. Sebagai anak muda yang tengah bersinar, Cello berpesan kepada anak muda Papua untuk tetap fokus dengan apa yang diinginkan, sehingga dapat membuat mimpi menjadi kian nyata. “Supaya jangan sampai orang menganggap kita tidak bisa dan menyepelekan. Dulu saya tanamkan itu,” tutupnya. (YMF/Ed-Fri)

Facebook Comments Box