JAYAPURA (PB) – Kepala Biro Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua Suzana Wanggai berharap agar segera dibuka konektifitas yang selama ini tertutup antara dua negara tetangga RI – PNG, khususnya di sektor perdagangan.
“Karena kalau berbicara perdagangan artinya kita membuat acara Border Trade Fair (BTF), karena kita melihat bahwa pintu kita sudah terbuka. Hanya saja tinggal bagaimana kita harus melengkapi regulasinya, sehingga kita benar – benar buka. Artinya tidak lagi melalui prosedur yang bertele – tele,” kata Susi sapaan akrabnya kepada pers di Jayapura, Rabu (29/11/2017).
Kata Susi, saat ini antara Pemerintah Provinsi Papua, Indonesia dan Pemerintah PNG telah membuat kesepakatan bersama (MoU). Dimana selama ini hanya dibuka jalur darat saja, tetapi ke depannya juga akan dibuka jalur laut. “Kemarin di dalam pembicaraan juga kami libatkan sebagai pembicara adalah dari GM Pelindo dan memberikan gambaran atau mempresentasikan terkait dengan pelabuhan kita,” terangnya.
Haparannya, dengan selesainya Border Trade Fair (BTF) yang dihelat selama tiga hari ini tidak hanya selesai begitu saja tetapi jadi Pekerjaan Rumah yang harus ditindaklanjuti. Mengingat animo masyarakat di antara kedua negara ini sangat tinggi.
Ia mengungkapkan, selama tiga hari BTF dari beberapa stand sudah mengklaim telah mendapatkan tambahan penghasilan yang cukup baik. “Saya berharap kita harus duduk bersama dengan SKPD terkait. Sehingga kita bisa wujudkan apa yang selama ini menjadi kerinduan dari para pelaku usaha kita. Baik di Indonesia maupun di PNG,” tuturnya.
Ke depan ia berharap agar negara tetangga Papua Nugini (PNG) sebagai jembatan untuk menjual produk dari Papua, Indonesia hingga ke wilayah negara Pasifik Selatan. “Dengan event seperti ini, kita bisa jadikan sebagai peluang emas untuk menuju ke negara – negara di kawasan Pasifik Selatan,” harapnya.
Disinggung berapa total transaksi yang dihasilkan dari terselenggaranya Border Trade Fair 2017 selama tiga hari, Susi menegaskan saat ini target dari panitia adalah bagaimana bisa memperkenalkan produk masing – masing negara dan yang paling utama adalah bisa saling mengenal antara pengusaha asal Papua dengan PNG. “Di sinilah wadahnya dan kita mengakomodir itu dan kemudian kita dengan saling mengenal kita juga bisa saling mengetahui produk masing – masing,” tuturnya.
Sebab sebelumnya dari PNG berpikir produk – produk tertentu hanya bisa didatangkan dari Australia dan Malaysia akan tetapi ternyata ada juga di Papua. Begitupun sebaliknya. Pengusaha dari Papua kemungkinan juga tidak berpikir PNG juga mempunyai produk – produk lain yang bagus. Namun ternyata ada juga.
“Jadi saya pikir untuk masalah pemasukkan berapa kita tidak menargetkan itu. Tetapi kita menargetkan dalam tiga hari ini untuk kedepannya kita bangun hubungan dagang yang baik dengan adanya sudah saling kontak diantara mereka,” tukasnya.
Susi mengakui, ajang perdagangan antarnegara perbatasan ini telah overtarget. Mulai dari jumlah pengunjung kedua negara. Dalam artian bahwa antusias pengunjung dari kedua negara cukup besar. “Akan tetapi selama ini sepertinya kita menutup mata dan kemudian kita tidak mengakomodir itu dan kita tidak memfasilitasi,” ucapnya.
Ke depannya pada event seperti ini bukan hanya pemerintah saja yang dilibatkan. Akan tetapi sektor swasta bisa juga melihat dan tentunya perlu adanya sinergitas dari pemerintah provinsi, Pemerintah pusat maupun kabupaten/kota, untuk bagaimana bisa menggandeng patnership dengan asosiasi pengusaha yang ada di Papua.
Dari pemerintah PNG sendiri menginginkan agar ajang BTF ini dapat setiap tahunnya dapat terus terselenggara. Sebelumnya ajang Border Trade Fair 2017 digelar selama 3 hari sejak tanggal 23 – 25 November yang memamerkan produk – produk unggulan dari dua negara RI – PNG. (YMF/Ed-Fri)