SELANDIA BARU (PB) – Mengawali kegiatan di Selandia Baru, Senin 19 Maret 2018, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo berjalan kaki bersama sejumlah pelajar dan mahasiswa Indonesia di Selandia Baru di sekitar Water Front pada pagi hari.
Presiden dan Ibu Iriana kemudian bertolak ke Government House untuk bertemu Gubernur Jenderal Selandia Baru Sir David Gascoigne. Setelah acara tersebut, Presiden diagendakan mengunjungi Pukeahu War Memorial untuk melakukan upacara peletakkan karangan bunga. Siang harinya Presiden akan mendapat jamuan makan siang kenegaraan.
Agenda berikutnya adalah menghadiri pertemuan dalam CEO Forum di The Majestic Centre. Forum tersebut dijadwalkan akan dihadiri oleh 28 CEO dari Indonesia dan Selandia Baru.
Pada sore harinya Presiden akan bertolak ke Gedung Parlemen Selandia Baru untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern. Presiden akan disambut oleh Ketua Parlemen Selandia Baru Trevor Mallard.
Selesai melakukan pertemuan bilateral, Presiden direncanakan bertemu dengan masyarakat Indonesia di Museum Te Papa. Kegiatan ini merupakan rangkaian terakhir dalam kunjungan kenegaraan sebelum Presiden pulang ke Tanah Air. Presiden dan rombongan dijadwalkan tiba di Tanah Air pada Selasa, 20 Maret dini hari.
Bincang Santai Dengan Pelajar Indonesia di Wellington
Sejuknya udara pagi di Wellington, Selandia Baru menambah hangat suasana pertemuan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dengan 29 pelajar dan mahasiswa Indonesia di Waterfront Wellington.
Pagi itu, Presiden dan Ibu Iriana berjalan kaki bersama 29 pelajar dan mahasiswa, 15 di antaranya berasal dari Papua.
Presiden dan Ibu Iriana berjalan kaki dari hotel tempat menginap di kawasan CBD Wellington menuju Waterfront Wellington yang berjarak 1 kilometer.
Tak lama setelah berjalan kaki, Presiden dan Ibu Iriana duduk bersama 29 pelajar dan mahasiswa tersebut di salah satu sisi Waterfront, dekat dengan Museum Te Papa.
Selain pelajar dan mahasiswa, turut pula masyarakat Indonesia yang berada di Selandia Baru. Salah satunya adalah Marvijs Ajoomi, seorang dosen yang berasal dari Papua. Ada kisah menarik yang ia ceritakan kepada Presiden.
“Saya datang dari umur 15 tahun, tidak bisa bahasa Inggris sama sekali. Saya bersyukur bisa diberikan kesempatan. Dari SMA, lanjut S1, lalu S2, sekarang mengajar di salah satu perguruan tinggi di sini,” katanya.
Presiden juga menerima beberapa usulan dari para pelajar ini. Salah satunya adalah mereka meminta agar employment opportunity atau kesempatan kerja bagi lulusan luar negeri diperluas.
“Bapak kalo saya boleh sharing, sudah mulai banyak adik-adik kita yang selesai. Jadi mungkin ke depannya kalo memang ada kesempatan bagi mereka untuk kembali dan mengabdi kepada negara, mungkin employment opportunity setelah mereka selesai. Karena investasi ini jangan sampai di situ saja bapak, harus berkelanjutan,” lanjutnya disertai tepuk tangan riuh semua pelajar yang ikut.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden mendengarkan dan mencatat usulan-usulan tersebut. Selain itu, Presiden menjelaskan bahwa saat ini pemerintah tengah membangun infrastruktur di Papua. “Membangun jalan, jembatan, airport, pelabuhan supaya daerah yang terisolasi terbuka,” ucap Presiden.
Tak hanya berbincang dengan para pelajar, pagi itu Presiden juga sempat ngevlog dan menandatangani mobil berplat nomor “JOKOWI”. Mobil itu adalah milik Dedy Muardi, seorang warga Indonesia yang berasal dari Yogyakarta dan tinggal di Auckland sejak 2001. Jarak Auckland-Wellington yang cukup jauh, sekitar 10 jam perjalanan dengan mobil, tak menyurutkan langkahnya untuk bertemu Kepala Negara.
Dalam obrolan santai tersebut, Presiden dan Ibu Iriana didampingi Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Sekreteris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya. (Frida)