JAYAPURA (PB)—Sebanyak lima (5) sekolah di Kota Jayapura menorehkan prestasi tingkat nasional pada lomba Film Pendek bertema Penyakit Tuberculosis (TBC) dalam rangka memperingati Hari TBC Sedunia, 24 Maret 2018.
Adalah SMA YPPK Taruna Bhakti yang berhasil meraih Juara I tingkat nasional dengan judul film berjudul “Jangan Anggap Sepeleh TBC”. Disusul SMA Neger1 01 Jayapura sebagai Juara II dengan film berjudul “Gagal Karena Kelalaian” dan tiga sekolah lain yang mendapatkan Juara Favorit tingkat nasional yaitu SMA Negeri 04 Jayapura (I Need Them), SMA Kristen Kalam Kudus Kota Jayapura (Lekas Mencegah) dan SMA Yapis Dok V Kota Jayapura dengan judul film De Pu Nama Tu TBC.
Atas prestasi itu, kelima sekolah ini menerima penghargaaan pada acara Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) Provinsi Papua Tahun 2018 di Hotel Aston Jayapura, Rabu (18/04/2018). Penghargaan diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Papua drg. Aloysius Giyai, M.Kes dan Staf Ahli Gubernur Bidang Kesejahteraan dan SDM, Annie Rumbiak.
Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS, TB, dan Malaria (ATM), Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Beeri Wopari usai penyerahan penghargaan kepada kelima sekolah itu mengatakan salah satu upaya percepatan penurunan kasus TBC ialah melalui media informasi dimana sekolah menjadi salah satu sasaran penting.
“Salah satu penularan di tempat khusus adalah kelas sekolah dan itu sangat tinggi. Karena itu kita melihat ini sasaran yang sangat baik bagi upaya promosi dan pencegahan TBC,” ujar dr. Beeri.
Gayung bersambut, pada hari TBC Sedunia 24 Maret 2018, Kementerian Kesehatan RI menggelar edukasi lomba film pendek tentang pencegahan dan penularan TBC. Oleh karena itu, menindaklanjuti surat dari Kemkenkes, kata Beeri, pihaknya bekerjasama dengan KNCV/Challenge TB dan Dinas Pendidikan Kota Jayapura menggelar lomba ini dengan peserta seluruh SMA di Kota Jayapura.
“Tahap pertama yang dilakukan adalah mereka mengikuti seminar tentang edukasi TBC di sekolah. Kemudian mereka diarahkan untuk membuat film pendek. Kapasitas yang dimiliki adik-adik ini dalam penguasaan seni dan IT dimanfaatkan. Jadi mereka membuat cerita dan di back up oleh salah satu rumah film,” katanya.
Menurut Beeri, penyakit TBC menjadi persoalan serius di Indonesia, terutama di Papua. Oleh karena itu, isu TBC menjadi salah satu tema penting yang dibahas pada Rakerkesnas di Jakarta dan Rakerkesda Papua kali ini guna dicari penanggulangannya.
“Kasus TBC di Indonesia adalah tertinggi di Asia. Kalau di Papua, Kota Jayapura dan Nabire. Proses penularan kuman BTA lewat udara sangat mudah, terutama bersin atau batuk. Makanya kasus kita di Papua banyak. Sebab lain kenapa kita tinggi, karena kita di Papua banyak kasus HIV dimana salah satu gejalah klinis dari HIV adalah TBC,” kata Beeri.
Diapresiasi Penjabat Gubernur
Staf Ahli Gubernur Bidang Kesejahteraan dan SDM Annie Rumbiak mengapresiasi prestasi kelima sekolah dalam pembuatan film tentang TBC. Apresiasi yang sama disampaikan Annie kepada manajemen RSUD Jayapura dan RSUD Nabire yang berhasil meraih penghargaan sebagai rumah sakit terbaik dalam mengelola TBC tahun 2017.
Menurut Annie, di tahun kelima ini, sudah banyak kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan bidang kesehatan di Provinsi Papua seperti yang dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Papua seperti RSUD Dok II dan RSUD Nabire sebagai rumah sakit terbaik dalam mengelola pasien TBC pada tahun 2017.
Selain itu, prestasi lain, Dinas Kesehatan Mappi mendapat penghargaan pencapaian kabupaten/kota yang “most progressive” dalam pengisian data set prioritas. Juga RSUD Abepura, RS Dian Harapan dan RS Mathen Indey yang memperoleh sertifikat Akreditasi tingkat paripurna (bintang lima) dan RSUD Merauke, RSUD Mimika serta RSUD Biak memperoleh Sertifikat Akreditasi Tingkat Utama (bintang empat).
“Kita berharap prestasi ini terus dipertahankan dan ditingkatkan. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Papua memang harus dilakukan dengan pendekatan secara menyeluruh dan berkelanjutan dari waktu ke waktu sampai terwujudnya masyarakat Papua yang sehat,” kata mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Papua ini. (Gusty Masan Raya)