Kepala Dinas Kesehatan Papua, drg. Aloysius Giyai, M.Kes ketika menerima Piagam Penghargaan Rekor MURI.

JAYAPURA (PB)—Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kesehatan mengharumkan nama Papua dengan menerima penghargaan Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) karena dinilai sukses dalam penyelenggaraan pemantauan penggunaan kelambu anti nyamuk secara serentak dengan jumlah terbanyak di seluruh Indonesia tahun 2018.

Penyerahan penghargaan Rekor MURI itu diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua drg. Aloysius Giyai, M.Kes mewakili Penjabat Gubernur Papua pada acara Peringatan Pekan Imunisasi Dunia dan Hari Malaria Sedunia di Gedung Barokah, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Minggu (29/09/2018) disaksikan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. Nila Moeloek, SpM(K).

Kadinkes Papua dengan beberapa kepala dinas kesehatan lain di Indonesia bersama Ibu Menkes saat menerima penghargaan.

“Mewakili Penjabat Gubernur Papua, saya bersama Kepala Seksi TB dan Malaria Dinkes Papua menerima Rekor MURI ini. Jadi MURI melihat semangat kerja Dinkes Papua dalam menurunkan angka prevalensi malaria atau dikenal eliminasi malaria terbaik di Indonesia bersama-sama dengan Provinsi Papua Barat dan NTT. Berdasarkan hasil pemantauan, dari 1.2 juta kelambu yang didistribusikan, sudah terpakai oleh masyarakat sekitar 91 persen. Ini sungguh luar biasa,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Papua Aloysius Giyai saat diwawancara per telpon.

Menurut Aloysius, penghargaan yang diterima ini sebagai hadiah dan pelecut semangat jajarannya dalam upaya eliminasi malaria di Papua. Kerja keras masih panjang. Apalagi, kata Aloysius, pada kesempatan itu, Provinsi Papua bersama Papua Barat dan NTT pun telah mendapat tongkat estafet dari Menteri Kesehatan RI untuk melanjutkan perjuangan dalam eliminasi malaria demi mencerdaskan generasi bangsa.

Kepala Dinas Kesehatan Papua Aloysius Giyai dan Ibu bersama Kepala Seksi TB dan Malaria Dinkes Papua.

Ibu Menteri Kesehatan dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi atas pencapaian ini. Sebab sebagai daerah endemis malaria tertinggi, kami telah bekerja keras untuk memulai prestasi ini lewat keseriusan kami menyukseskan penggunaan kelambu anti malaria. Saya memberi apresiasi kepada UPT AIDS, TB dan Malaria (ATM) Dinkes Papua, khususnya Seksi TB dan Malaria yang telah bekerja keras hingga menerima hasil ini. Ini prestasi kedua UPT ini setelah sebelumnya berhasil dalam penanggulangan TBC dimana RSUD Jayapura dan RSUD Nabire mendapat penghargaan sebagai rumah sakit dengan pengobatan TBC terbaik tingkat nasional,” kata Aloysius.

Aloysius juga menjelaskan, Papua merupakan salah satu wilayah yang masuk kategori endemis tinggi dengan Annual Parasite Incidence (API) lebih dari 5 per 1.000 penduduk. Morbiditas malaria pada suatu wilayah ditentukan dengan API per tahun dimana target penularan malaria (eliminasi malaria) sampai tahun 2030 oleh Kementerian Kesehatan RI yakni dari 2 kasus menjadi 1 per 1.000 penduduk.

Kadinkes Papua bersama Ibu Menteri Kesehatan.

“Kita di Papua memang API masih tinggi. Tapi berkat kerja keras kami, sudah ada kemajuan drastis. Misalnya pada tahun 2013 API kita mencapai 103 per 1.000 penduduk tetapi tahun 2017 kemarin turun di angka 46. Dari pencapaian penggunaan kelambu anti malaria ini, kami berharap API kita bisa turun jadi 20 sehingga pada tahun 2020 ke angka belasan menuju target 1 per 1.000 penduduk di tahun 2030,” tutup Aloysius.

Turut hadir pada acara bertajuk Bebas Malaria Prestasi Bangsa itu, Gubernur dan Wakil Gubernur Banten bersama para bupati/walikota se-Provinsi Banten serta ke-33 Kepala Dinas Kesehatan se-Indonesia. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box