BIAK (PB) – Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua melaksanakan Program Pengendalian Penduduk Bersama Mitra Tahun 2018, di Kampung Inswambesi Sup, Distrik Warsa, Selasa (14/11/2018).
Sama seperti hari pertama sosialisasi, pada hari kedua, para remaja dan orangtua sudah memadati lapangan tempat kegiatan sejak pagi. Kepala Kampung Inswambesi Sup, Simon Boseren, membuka kegiatan tersebut, berharap kepada masyarakatnya agar mengikuti dengan baik karena perubahan dimulai dari setiap anggota masyarakat yang bisa menularkan apa yang diperoleh kepada masyarakat lainnya.
Pemateri dari Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Drs. Slamet Teguh, meminta kepada para remaja dan masyarakat yang sebagian besar dihadiri oleh para ibu agar jangan pendekkan kata, “program KB”. “Biasakan menyebut secara lengkap dengan program keluarga berencana,” ujarnya.
Slamet kemudian mengajarkan salam-salam dalam program keluarga berencana. Misalnya, “Salam KB”, dijawab, “milik kita semua”. “Salam Genre”, artinya tidak seks bebas, tidak menikah dini, tidak narkoba. Jika yel-yel “Salam Genre”, dijawab dengan, “sehat, cerdas, ceria”. “Genre Indonesia”, dibalas dengan, “saatnya yang muda yang berencana”.
Ia menjelaskan bahwa keluarga berencana lahir, untuk keluarga beriman, keluarga beribadah, keluarga berkualitas. Jadi bukan sekonyong-konyong muncul, tetapi lahir dari keluarga beriman. Katanya, di dalam UU Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan, visinya adalah mewujudkan keluarga berkualitas dan tumbuh seimbang.
Lebih lanjut, Slamet menjelaskan tiga pilar dalam keluarga berencana yaitu pilar kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Kalau dilaksanakan sesuai perintah undang-undang, maka tercipta keluarga bahagia, sejahtera dan harmonis.
“Keluarga berkualitas, caranya adalah pendewasaan usia kawin. Kalau ini sudah tercapai, maka sudah masuk dalam keluarga berencana. Kenapa menunda perkawinan usia dini? karena banyak hal negative yang bisa timbul. Usia 0-19 tahun masuk dalam kategori remaja belia yang sifatnya masih cengeng, manja, berontak dan minta-minta,” jelasnya.
Untuk mencapai keluarga berkualitas, menurut Slamet perlu kerja keras. Karena kawin di bawah usia 20 tahun, masih rentan, gampang perdarahan saat melahirkan, terjadi infeksi dan lainnya. Secara sosial, banyak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), aborsi dan perceraian.
Dalam pengendalian penduduk, lanjut Slamet, tidak hanya menggunakan kontrasepsi. Untuk di Papua, perlu pendewasaan usia agar mampu menunda kelahiran satu hingga dua anak, tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Tujuannya supaya tercipta keluarga berkualias.
“Tujuan keluarga berencana adalah menurunkan tingkat kematian ibu dan anak. Dalam survey, anak dan ibu supaya tidak meninggal, reprodukse sehat adalah di usia 21 hingga 35 tahun. Di atas usia 35 tahun, risiko tinggi untuk usia lahir karena sudah mulai rentan. Ingat 4T, jangan terlalu muda, jangan terlalu tua, jangan terlalu rapat dan jangan terlalu banyak,” kata Slamet.
Sementara itu Kepala Distrik Warsa, Marthen Wompere, sekilas menjelaskan tentang wilayah Distrik Warsa yang merupakan pemekaran dari Distrik Biak Utara pada tahun 1980-an. Saat ini jumlah penduduk 6.400 orang, dengan 1.400 KK dan 3533 DPT.
Arti penting kegiatan ini, kata Marthen yang dulu merupakan salah satu penyuluh BKKBN ini, dari tahun 2015 hingga 2018, ada dana yang bergulir sekitar Rp 15 miliar di Distrik Warsa. Dengan jumlah penduduk 6.400 orang, ternyata tidak cukup, seperti untuk membangun rumah-rumah layak huni. “Bagaimana masyarakat mau sejahtera kalau semua bermuara pada ekonomi. Makanya Negara integrasikan program supaya semua bisa hidup,” jelasnya.
Ia juga berpesan buat ibu-ibu, harus bisa menempatkan diri sebagai ibu, istri, mama dan nyonya. Tabiat harus dirubah, jangan sembarang dan banyak bicara. Di dalam rumah pun, harus membangun komunikasi yang baik dengan anak dan suami, untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera.
Seperti hari pertama, kegiatan ini juga membawa sukacita karena diselingi dengan pertanyaan berhadiah bagi yang bisa menjawab pertanyaan seputar materi sosialisasi. Selain doorprize, pemuda gereja juga mendapat seperangkat komputer untuk digunakan secara positif bagi kepentingan pemuda dan gereja.
Sosialisasi Pembangunan Keluarga
Setelah melaksanakan program di Inswambesi Sup, kegiatan sosialisasi pembangunan keluarga dilanjutkan di Bosna Braidi, Distrik Yawosi, Biak Utara. Kepala Kampung Bosna Braidi, Yonas Rumbrawer pada kesempatan itu berpesan kepada generasi muda agar ikut baik-baik sosialisasi karena ada hal-hal yang dianggap penting dibawa pulang dan diterapkan kepada teman-teman remaja lainnya.
Materi Sosialiasi Pembangunan Keluarga Bersama Mitra Tahun 2018, di kampung ini kembali disajikan oleh Slamet Teguh dari Perwakilan BKKBN Provinsi Papua. Ia kembali menjelaskan mengenai tujuan program keluarga berencana, untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan anak. Di Papua, menjaga jarak kelahiran anak dengan menunda pernikahan dini melalui pendewasaan usia perkawinan, menjadi sangat penting. Hal ini juga bertujuan untuk menunda satu hingga dua anak yang lahir dalam jarak yang terlalu dekat.
Pemateri selanjutnya dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Biak Numfor, Laurens, mengemukakan, program keluarga berencana digulirkan di Papua, untuk mencegah pernikahan dini dan kekerasan dalam rumah tangga.
Ia mengaku prihatin dengan anak-anak yang terlibat dalam masalah-masalah sosial seperti menghirup lem aibon, remaja yang mabuk-mabukan, karena kurangnya perhatian dalam keluarga. “Kalau mau keluarga bahagia, mari perhatian keluarga. BKKBN mengajarkan kita untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera. Bangunlah keluarga sebagai rumah doa untuk Tuhan supaya diberkati dalam tugas dan pekerjaan,” jelasnya.
Sama seperti materi-materi sebelumnya, peserta yang juga didominasi remaja dan ibu-ibu, sangat antusias karena menanti para pemateri mengajukan pertanyaan berhadiah bagi yang bisa menjawab benar. Hadiah seperangkat komputer juga diberikan untuk pemuda gereja. (Frida Adriana)