BANJARMASIN (PB.COM) – GenRe Edu Camp 2019 memberikan materi-materi baru yang sangat pas untuk kebutuhan remaja milenial. Tidak monoton dengan materi yang sedikit membosankan ketika mengedukasi para rekan remaja sebaya, GenRe menghadirkan varian baru tentang cara mengedukasi dalam bentuk kafetaria.
Peserta GenRe Edu Camp dari GenRe Papua, Mardina Yaroseray, SH, didampingi Elieser Wahey, usai acara Flashmop dalam rangka Genre Edu Camp di Kiram Park Banjarbaru, Jumat (5/7/2019) mengungkapkan rasa senang dan bangga.
Mardina yang baru menyelesaikan studi di Universitas Cenderawasih (Uncen) dengan menyandang gelar sarja hukum ini mengatakan ia sangat senang karena bisa mendapat teman dari seluruh Indonesia dan juga teman-teman dari Kalimantan Selatan. Bisa belajar tentang bahasa Banjar dan tahu sedikit tentang batik Kalimantan Selatan.
“Yang paling menarik, kita diedukasi hal baru seperti Kafetaria GenRe. Itu suatu ilmu yang baru, karena sebelumnya kita hanya melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah tetapi sekarang dengan Kafetaria, ini adalah varian baru di mana kita bisa melakukan sosialisasi di Kafetaria dengan menghadirkan menu-menu. Di dalamnya ada materi seperti pubertas, seksualitas, perilaku hidup sehat dan lainnya. Jadi sambil kita sajikan menu, mereka mendengar materi yang kita sampaikan,” terang Mardina.
Di dalam kafetaria itu, GenRe bisa jadi chef, kasir dan sales. “Jadi kita panggil teman-teman, kita hadirkan menu dan kemudian mereka bayar di kasir. Jadi ini sesuatu yang bagus dan kami ingin bisa dilakukan di Papua,” tambahnya.
Elieser Wahey, peserta GenRe Papua yang tampil membacakan ikrar Genre Indonesia di hadapan seluruh peserta GenRe Indonesia disaksikan Gubernur Kalimantan Selatan dan Kepala BKKBN Pusat, juga mengungkapkan kegembiraannya karena mendapat banyak ilmu baru maupun bisa berbagi ilmu. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) Baptis Papua yang saat ini duduk di semester 3 ini memiliki kesan yang baik soal toleransi.
“Saya sangat senang karena di sini toleransinya sangat kuat. “Jadi mau dari (daerah) mana saja, kita saling menghargai. Waktu saya tiba juga, langsung mendapat teman. Kemudian, ternyata di sini biar pun ada yang masih SMA, bahkan SMP tetapi bersaing ketat sekali. Terus ada banyak hal baru,” ujarnya.
Elieser bangga karena ada juga peserta yang belum mengerti tentang HIV/AIDS dan ia memberi sedikit masukan bahwa HIV/AIDS memang belum ada obatnya, tetapi bisa dihambat dengan minum ARV secara teratur. “Mereka kira tidak ada obatnya sehingga cepat atau lambat, penderita pasti meninggal dunia,” katanya.
Dari Papua, Elieser dan Mardina Misi tentu membawa misi. “Kami harus menjadi role model bagi teman-teman se-Indonesia dan juga di Kalsel, dan juga ilmu yang belum mereka dapat bisa kami bagikan. Itu yang kami bawa dari Papua,” ujar Elieser optimis.
Hal itu sudah dibuktikan saat Elieser tampil membacakan ikrar GenRe Indonesia. Bahkan, banyak peserta baik GenRe maupun peserta Harganas yang minta foto bersama karena keunikan Elieser dan Mardina yang selalu mengenakan noken dan mahkota khas Papua selama mengikuti GenRe Edu Camp. (Frida Adriana)