JAYAPURA (PB.COM)— Sekretaris Dinas Kesehatan Papua, dr. Silwanus Sumule, Sp.OG(K) menyambut baik gebrakan yang dilakukan oleh manajemen RSUD Jayapura untuk melakukan pembenahan dan penataan rumah sakit. Sejak menerima tugas sebagai Plt. Direktur RSUD Jayapura, 9 Juli 2019 lalu, drg. Aloysius Giyai, M.Kes sudah menetapkan dan menargetkan ada 10 kegiatan yang harus diselesaikannya hingga Desember tahun ini.
“Ada enam kegiatan fisik, mulai dari penataan taman dan jalan, pembangunan bisnis center untuk tempat jualan dan makanan, dan penyelesaian gedung UGD dan Crisis Center. Juga ada 4 kegiatan non fisik yaitu SIMRS, masterplan pengembangan rumah sakit, penataan AMDAL, dan akreditasi paripurna,” ujar Silwanus kepada papuabangkit.com di Jayapura.
Menurut Silwanus, di dalam master plan rumah sakit tergambar dengan jelas, ke arah mana pengembangan RSUD Jayapura 15 tahun ke depan.
“Targetnya, rumah sakit ini harus menjadi Type A Pendidikan. Jadi harus dipenuhi, berapa pegawainya, berapa dokter spesialisnya, bagian pengembangan masing-masing SMF (Staf Medis Fungsional—Red), lalu ruangan harus ditata dengan baik. Ini yang akan dikawal oleh Tim Pendamping RS. Intinya, kami dari Dinas Kesehatan Papua memastikan bahwa 10 pekerjaan besar ini, terdiri dari 6 fisik dan 4 non fisik, tanggal 28 Desember sudah ada hasilnya,” kata Silwanus.
Plt. Direktur RSUD Jayapura drg. Aloysius Giyai, M.Kes sejak akhir Juli 2019 memang menepati janjinya membenahi lingkungan sekitar rumah sakit yang terlihat kumuh dan tak teratur. Sejumlah kios dan apotek sekitar rumah sakit pun telah mulai dibongkar untuk kepentingan penataan.
Kepada wartawan ia mengatakan, sudah mulai menimbun sejumlah tempat di rumah sakit untuk memperluas parkiran sementara. Di lain pihak, ruas jalan depan dan belakang rumah sakit pun telah dibuat dua arah.
“Dua hari lalu pun kita sudah undang Dinas Pekerjaan Umum untuk melakukan pengukuran. Sehingga kita harap semua jalan yang tadinya amburadul segera diaspal,” terang Aloysius di Jayapura, Jumat (09/09/2019).
Sementara untuk menertibkan pengunjung serta menghilangkan kesan “terminal bayangan” di sekitar rumah sakit, kata Aloysius, seluruh angkutan umum akan diwajibkan menurunkan penumpang di ruang kamar mayat yang bakal dibongkar menjadi tempat transit mobil plat kuning. Sedangkan ruang kamar mayat, dipindah ke bagian belakang rumah sakit.
“Ini artinya, untuk pasien dan keluarga yang hendak berobat rawat jalan cukup jalan kaki ke gedung baru, kan dekat saja. Terkecuali, pasien pasien gawat darurat, nantinya akan dipersilahkan bisa dengan mobil naik ke atas,” ujarnya.
Menurut mantan Direktur RSUD Abepura ini, saat ini pihaknya tengah mendorong pembuatan masterplan RSUD Jayapura untuk 30 tahun mendatang. Tujuannya untuk memastikan agar rumah sakit tersebut, menjadi rujukan tertinggi tipe A di Papua, bahkan kawasan timur Indonesia maupun Asia Pasifik.
Untuk mewujudkan hal itu, pihaknya pada tahun depan segera membongkar asrama perawat dan rumah dinas dokter RSUD Jayapura guna dibangun gedung enam lantai sebagai pusat pengendalian administrasi dan pusat pendidikan pelatihan serta penelitian.
“Sementara karena RSUD Jayapura ini sudah jadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) maka kita pun diwajibkan ciptakan unit bisnis center. Artinya, kita akan bangun mini market supaya rumah sakit ini punya unit penghasilan. Paling tidak masterplan ini tujuannya untuk menjadi acuan bagi direktur rumah sakit baru, yang ditunjuk pimpinan di masa mendatang. Dalam artian siapa pun direkturnya, tinggal melanjutkan program kerja sesuai masterplan yang ada,” tegasnya. (Gusty Masan Raya/Erwin)