NABIRE (PB.COM) – Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Papua, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro meluncurkan Sekolah Terintegrasi Berpola Asrama di SMA Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik (YPPK) Adhi Luhur, Nabire, Kamis (8/8/2019) lalu.
Peluncuran tersebut merupakan komitmen pemerintah untuk memastikan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan dengan menjadikan SMA Katolik non pemerintah sebagai sekolah percontohan, setelah pada Rabu (7/8/2019) lalu diresmikan di SMAN 3 Jayapura.
“Kami menyadari sekolah swasta, dalam hal ini SMA Adhi Luhur Nabire punya keterbatasan, akan sangat sulit untuk APBD provinsi/kabupaten/kota disalurkan ke SMA swasta. Apalagi, harus ada biaya operasional karena adanya asrama. Semangat kami adalah selalu mengajak pihak non pemerintah dalam mengejar target pembangunan. Untuk itu, saya mengapresiasi dukungan para guru besar dan dosen yang tergabung dalam IASA (Indonesia American Society of Academics) serta Tanoto Foundation yang telah menyukseskan program ini,” ujar Menteri Bambang dalam siaran persnya.
Dukungan swasta dalam sekolah terintegrasi berpola asrama ini, menurut Bambang, membuktikan bahwa setiap instansi atau individu bisa berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk kemajuan bangsa Indonesia, terutama dalam sektor pendidikan.
Sekolah berjalan dengan metode terintegrasi, di mana setiap kurikulum harus bisa menangkap dinamika global dan perkembangan dunia internasional, namun di sisi lain tidak meninggalkan kearifan lokal, terutama di ekstrakurikuler.
Selain mendapatkan hard skills di dalam kelas, siswa sekolah terintegrasi berpola asrama juga akan mendapatkan soft skills seperti kepemimpinan dan pramuka untuk meningkatkan daya saing lulusan. Langkah ini juga dipilih sebagai terobosan dan inovasi paradigma pembangunan untuk mendukung implementasi Inpres Nomor 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua dan Papua Barat.
“Sekolah terintegrasi berpola asrama adalah proyek percontohan, di mana kalau ini berhasil, ke depannya kita harapkan akan lebih banyak lagi SMA berasrama seperti ini yang terintegrasi kurikulumnya dan menyebar terutama di kabupaten lain di Papua dan Papua barat,” harapnya.
“Kita ingin memastikan konsep sekolah terintegrasi berpola asrama bisa berjalan di Nabire, tidak hanya untuk kepentingan Kabupaten Nabire, tetapi kabupaten lain dalam satu wilayah adat, baik di Papua maupun Papua Barat,” sambungnya.
Acara peresmian ditutup dengan kunjungan ke asrama, pusat kegiatan akademik terintegrasi, hingga ke pusat kegiatan laboratorium ekstrakurikuler. (Andi/Frida)