Gubernur Papua Lukas Enembe saat menemui pengungsi di Makodim Jayawijaya, Rabu (25/9/2019).

WAMENA (PB.COM)  – Gubernur Papua, Lukas Enembe bersama Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab, dan Irjen Pol Paulus Waterpauw mengunjungi Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Rabu (25/9/2019), pascakerusuhan yang terjadi di daerah itu, Senin (23/9/2019) lalu.

Kedatangan Gubernur dan rombongan disambut langsung oleh Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua bersama Wakapolda Papua, Brigjen Pol Jakobus Marjuki, Kabinda Papua, Brigjen TNI Abdul Haris Napoleon, Danrem 172/PWY Kolonel Inf Binsar Sianipar, Dandim Jayawijaya, Letkol Inf Chandra  Diyanto, Kapolres, AKBP Toni Ananda.

Tiba di Wamena, Gubernur dan rombongan menuju RSUD Wamena menemui para korban luka serta melihat jenazah yang masih disemayamkan di kamar jenazah.

Berdasarkan data RSUD Wamena terdapat 70 orang korban luka yang dirawat di rumah sakit tersebut dan korban meninggal sebanyak 28 orang.

Dari rumah sakit, Gubernur dan rombongan kemudian bertolak menemui para pengungsi di Makodim Jayawijaya dan Polres setempat.

Di hadapan ribuan pengungsi, Gubernur menyampaikan ucapan prihatin dan duka mendalam atas peristiwa kerusuhan yang menimbulkan adanya korban jiwa dan korban luka.

“Saya atas nama pemerintah Provinsi Papua menyampaikan ucapan turut berbela sungkawa atas peristiwa yang terjadi ini. Tentunya kita semua tidak menginginkan  ini sebab ini terjadi diluar dugaan kita semua termasuk pemerintah daerah ini,” ucap Gubernur.

Dia menegaskan, peristiwa kerusuhan yang terjadi dilakukan oleh sekelompok orang dan bukan mewakili seluruh masyarakat asli Papua.

“Mereka ini (pelaku kerusuhan) adalah sekelompok orang yang  memang punya otak tidak bagus, melakukan kekerasan, dan mereka bukan mewakili orang Papua,” tegas Gubernur.

Dia berharap peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari baik di wilayah pegunungan terutama di Wamena dan di seluruh tanah Papua.

Gubernur juga mengingatkan bahwa pemerintah di papua tidak pernah takut dengan siapapun. Sebab ada aparat keamanan TNI Polri yang siap menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di tanah Papua.

“Pemerintah tidak pernah takut siapapun, pemerintah masih kuat, TNI Polri masih kuat untuk mengalahkan semua kejahatan yang terjadi di tanah ini. Siapapun yang bertindak diluar kewenangan, siapapun mengganggu ketertiban keamanan akan berhadapan dengan TNI Polri, dan itu tidak ampun,” tegas Gubernur.

Oleh karena itu, Gubernur meminta warga yang masih mengungsi terutama yang membuka usaha agar bisa kembali ke rumahnya masing masing.

“Saya jaminkan saudara saudara tidak perlu takut, sebab, kita masih berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yag punya hak untuk hidup, hak untuk mencari makan. Tidak boleh ada orang yang membatasi kita, dan tidak diganggu oleh situasi keamanan seperti ini,” serunya.

“Saya harap setiap warga bisa kembali kerumahnya masing masing yang punya usaha. Tapi yang berada di dalam kota. Kalau di kawasan pinggiran kota, lebih baik sementara didalam kota dulu. Kita jamin keamanan ada TNI Polri yang siaga menjaga keamanan di dalam kota ini,” serunya lagi.

Salah seorang perwakilan pengungsi meminta agar pemerintah bisa memulangkan mereka ke kampung halamannya, mengingat rumah dan harta benda mereka sudah ludes terbakar, termasuk pengurusan jenazah korban kerusuhan.

Menanggapi itu, Gubernur menegaskan, dari TNI telah menyediakan satu pesawat Hercules yang siap mengangkut para pengungsi dengan tujuan Jayapura. Selain itu terdapat satu pesawat jenis CN milik Polri yang disiagakan untuk mengevakuasi korban luka dan juga jenazah korban kerusuhan  ke Sentani, Jayapura.

Di kesempatan itu, Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua mengimbau kepada para pengungsi agar tidak lagi termakan isu hoax yang justru menimbulkan keresahan.

“Informasi hoax itu saat ini lebih banyak dari tempat pengungsian, masih pagi sudah ada informasi dari kelompok ini mau menyerang, itu saya harap tidak boleh lagi. Situasi keamanan tolong serahkan kepada kami pemerintah dan TNI Polri,” ujarnya.

Bupati juga mengimbau, agar warga pengungsi tidak lagi membawa senjata tajam ditempat tempat umum dalam kota, sebab dikhawatirkan akan mempengaruhi masyarakat di kampung kampung dan distrik.

“Kita akan sweeping senjata tajam,” tegasnya.

Terkait logistik pengungsi, Bupati Jhon mengaku, akan mendapat bantuan dari pemerintah provinsi melalui Dinas Sosial dan juga dari Kodam Cenderawasih.

“Kita akan buka dapur umum dari Dinsos dan juga Kodam untuk bisa melayani kebutuhan makanan semua pengungsi,” ungkapnya.

Sementara itu, dari pantauan di lapangan, situasi keamanan di pusat kota Wamena mulai berangsur kondusif. Di sepanjang jalan Irian memang terlihat lengang, hanya sejumlah aparat terlihat bersiaga dengan senjata lengkap. Sejumlah toko dan rumah makan juga mulai buka. Sementara di daerah Hom Hom hampir seperti kota mati. Sebagian besar bangunan pertokoan dan rumah warga yang berada di pinggir jalan telah hangus terbakar menyisakan puing puing bangunan. Bahkan beberapa bangunan masih terlihat asap sisa kebakaran.

Demo para pelajar berujung anarkis di Wamena, Jayawijaya Senin lalu tak hanya menimbulkan kerugian materil akibat pembakaran dan pengrusakan fasilitas pemerintahan dan fasilitas umum, dan tempat usaha milik warga tetapi juga menimbulkan korban jiwa. Hingga hari ini, jumlah korban meninggal dunia mencapai 30 orang sementara korban luka sebanyak 70 orang. Pemerintah setempat mengklaim masih melakukan pendataan terkait kerusakan dan jumlah kerugian materil  akibat kerusuhan. (Andi/Frida)

Facebook Comments Box