Salah satu ruko di Pasar Woma, Kota Wamena yang dibakar massa saat demo anarkis.

WAMENA (PB.COM) – Setelah menangkap tujuh orang yang diduga terlibat dalam aksi kerusuhan di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Senin (25/9/2019) lalu, kini penyidik Polres Jayawijaya tengah mengembangkan penyelidikan guna mengungkap aktor di balik kerusuhan yang berawal dari demo pelajar soal dugaan ucapan rasisme seorang guru terhadap muridnya.

Belakangan diketahui dugaan rasisme tersebut ternyata adalah hoax.

Kapolres Jayawijaya, AKBP Tony Ananda mengatakan, ketujuh pelaku saat ini tengah menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Jayawijaya

“Sementara kita masih lakukan penyelidikan pengembangan untuk mengungkap siapa aktor intelektual di balik kerusuhan ini,” ungkap Tony saat ditemui pers di Wamena, Rabu (25/9/2019).

Disinggung soal identitas ketujuh pelaku, Tony mengaku belum bisa mempublikasikannya ke media.

“Ini kita masih lakukan pendalaman, jadi belum bisa di publis identitasnya. Kalau sudah rampung pemeriksaan, pasti kita akan publikasikan ke media,” katanya.

Tony menjelaskan, ke tujuh pelaku yang diamankan diduga terlibat langsung saat saat kerusuhan terjadi.

“Tujuh orang yang diamankan adalah mereka yang diduga melakukan tindakan anarkis saat melakukan demo, Jadi mereka itu sudah membawa panah, batu, bahkan menyiapkan bensin untuk membakar. Bahkan tadi malam mereka sempat mau membakar lagi tapi untung kami gagalkan,” jelasnya.

Terkait situasi terkini di Kota Wamena, Tony mengaku sudah berangsur kondusif. Masyarakat terutama yang berada di pusat kota Wamena sudah mulai beraktivitas, sejumlah toko mulai dibuka.

Walaupun aktivitas pemerintahan belum berjalan pasca pembakaran kantor bupati dan sejumlah kantor pemerintahan lainnya termasuk pasar yang masih tutup.

“Pascademo, kita sudah  clear-kan, kita (pemerintah dan TNI Polri) sudah berikan jaminan keamanan, terutama bagi para pelaku ekonomi untuk membuka kembali pasar, warung, toko dan aktivitas masyarakat perlahan mulai berjalan seperti biasanya,” ujar Tony.

Lanjut katanya, untuk penempatan pasukan keamanan, sebanyak 500 personil gabungan TNI dan Brimob telah ditempatkan di daerah pinggiran kota atau pintu masuk ke kota wamena dari kabupaten lain di wilayah pegunungan Papua. Sedangkan khusus di dalam kota ditempatkan 300 personil gabungan.

“Jadi total kekuatan kita untuk pengamanan di seluruh wilayah kabupaten Jayawijaya adalah sebanyak 1500 personil,” terangnya.

Akibat kerusuhan hingga hari ini tercatat 30 orang korban meninggal dunia dan 70 orang lainnya mengalami luka luka. Sebagian besar korban meninggal akibat terjebak dalam kebakaran.

Saat ini terdapat 5 ribu pengungsi yang ditampung di Makodim dan Mapolres Jayawijaya, dan beberapa tempat pengungsian lainnya. Massa perusuh membakar  fasilitas pemerintahan seperti kantor Bupati, kantor PLN, dan sejumlah perkantoran lainnya, fasilitas ekonomi dan juga rumah warga. (Andi/Frida)

Facebook Comments Box