Oleh Dr. Robby Kayame,SKM,MKes, Dr. dr .Arry Pongtiku, MHM & Elianus Tabuni, Mgr, MSc*

JUMLAH kasus penyebaran corona virus disease (Covid-19) di Papua semakin meningkat. Dengan ini, masih banyak orang takut melihat naiknya angka ini. Tetapi harus diingat, tidak selamanya angka kasus yang besar itu jelek. Ilmu Kesehatan Masyarakat menganggap bahwa menemukan kasus yang banyak adalah penting. Seiring naiknya angka Orang Dalam Pemantauan (ODP)  dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) serta penggunaan Rapid Diagnostic Test Covid-19 (Test Cepat), maka angka penemuan kasus positif Covid akan bertambah.

Kasus positif ditemukan sebanyak-banyaknya dan diobati dan diisolasi supaya tidak menularkan ke orang lain adalah tujuan utama. Menemukan kasus positif Covid-19 itu adalah baik karena kita mau memutuskan rantai penularan. Sampai kapan pemutusan rantai dapat terjadi?

Rantai penularan dapat putus jika semua penderita positif  dapat dijaring dan kita harus bekerja lebih cepat lagi. Virus Covid-19 menular lewat percikan air liur atau droplet dan mempunyai kemampuan bertahan hidup di udara, tanah dan benda-benda yang bersentuhan dalam waktu beberapa jam. Virus hanya bisa berkembang di tubuh manusia.

Oleh karena itu, Badan Kesehatan Se-dunia (WHO) menganjurkan masyarakat untuk tinggal di rumah dan tidak melakukan kegiatan yang sifatnya berkumpul (Social Distancing), tetap menjaga jarak satu dengan lainnya jika bertemu harus lebih dari 2 meter (Physical Distancing), menjaga kebersihan diri seperti rajin mencuci tangan, mandi dan berganti pakaian (hygiene) dan sekarang juga diminta untuk wajib menggunakan masker (penutup hidung dan mulut) jika keluar rumah.  Dinas Kesehatan, Rumah sakit dan puskesmas harus lebih proaktif untuk mencari ODP, PDP dan terutama mereka dengan gejala demam, batuk kering, kelelahan, nyeri menelan, ada riwayat kontak dengan penederita Covid-19 atau bepergian dari daerah endemis.

Penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Covid-19  adalah cara cepat untuk mendeteksi terkena virus Covid-19. Di negara Korea Selatan dan Taiwan, penanggulangan Covid dapat cepat dilakukan karena mereka menggunakan Rapid Test untuk memilah, sakit ringan yang diisolasi di rumah dan yang sakit sedang dan berat yang dirawat dan disolasikan di Rumah Sakit. Pengamatan kami, dengan menggunakan Rapid Test dalam waktu 3 hari ini di bulan April 2020 dari 1.295 orang yang di test yang positif Covid-19 adalah 39 orang (3%).

Hasil Rapid Test  akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai alat diagnose pasti. Ini artinya, beberapa hari atau minggu ke depan, kita akan mendapatkan kasus lebih banyak lagi. Penggunaan RDT diteruskan  hingga tidak mendapatkan hasil yang positif dan PCR test pun demikian  tidak mendapatkan hasil positif lagi serta  banyak orang yang terjangkit Covid-19 yang sakit atau dirawat menjadi sembuh. Grafik model digambarkan seperti di bawah.

Fenomena ini akan bertahan beberapa waktu dan selanjutnya  kita dapat melihat grafik ODP, PDP dan kasus positif menurun. Sebaliknya, muncul kasus-kasus yang sembuh. Penggunaan Rapid Test yang lebih banyak untuk memastikan dengan cepat bahwa daerah tidak terjadi penularan.

Sejak pertama kali dilaporkan  kasus Covid-19 di Merauke tanggal 22 Maret 2020, hingga tanggal 8 April 2020 di Papua. jumlah kasus positif 45 orang dimana 35 orang dalam perawatan, 5 orang sembuh, dan 5 meninggal. Penyebaran Covid-19 masih terfokus pada kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke dan Mimika.

Tetapi kita bersyukur, penerbangan dan pelabuhan laut dibatasi hanya membolehkan logistik saja sedangkan penumpang tidak dilayani. Pintu-pintu masuk ke daerah Meepago, Lapago, Animha ditutup untuk mencegah virus masuk ke wilayah tersebut. Semua kabupaten terus dimonitor datanya hingga kini. Hanya kabupaten Nduga yang belum memasukkan data. Monitor setiap hari termasuk laporan nol (zero reporting). Gambaran penyebaran Covid-19 diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Penyebaran Covid-19 begitu cepat dan seperti MLM (multi Level marketing). Hal ini terjadi karena masyarakat tidak tahu, tidak menggunakan alat pelindung diri (masker), masih suka berkumpul dan tidak menjaga jarak. Tim Dinas Kesehatan dan dibantu oleh stakeholder lainnya terus mencari kluster dan melacak penularannya dan kalau diketahui maka akan diobati dan diisolasi.

Penularan lokal juga sudah terjadi, dimana orang yang tidak pernah keluar dari Papua sudah ada yang positif. Sekali lagi, proses pelacakan dan penanganan keseluruhan membutuhkan waktu yang cepat (speed). Ini juga menjadi alasan kenapa pemerintah menaikkan respons Siaga Darurat menjadi Tanggap Darurat sehingga bisa lebih intense dapat mengerahkan sumber daya dan meningkatkan ketertiban sehingga masalah Covid-19 dapat segera teratasi.  Contoh penyelidikan kluster di bawah ini.

Oke , kita bisa dapat kasusnya Covid-19 yang banyak, yang penting tidak ada yang meninggal kata seorang Tim Analisis Data,” Ya, itu benar sekali, dari 5 kasus yang meninggal terjadi karena keterlambatan dan ketidaktahuan masyarakat sehingga tidak segera mencari pertolongan dan terdapat penyakit penyerta yaitu diabetes, hipertensi dan HIV-AIDS dan Lansia (Lanjut Usia). Rata-rata proses dari kontak hingga meninggal diperkirakan sekitar 21-28 hari. Kalau sudah sesak dan menggunakan alat bantu napas/ventilator sudah sangat terlambat.

Kita sekarang tahu, dari penelitian baru-baru ini bahwa sebagian besar individu dengan coronavirus tidak memiliki gejala (“asimptomatik”) dan bahkan mereka yang pada akhirnya mengembangkan gejala (“pra-gejala”) dapat menularkan virus ke orang lain sebelum menunjukkan gejala. Ini berarti bahwa virus dapat menyebar di antara orang-orang yang berinteraksi dalam jarak dekat—misalnya, berbicara, batuk, atau bersin bahkan jika orang-orang itu tidak menunjukkan gejala.

Sehubungan dengan bukti baru ini, CDC (Bagian penyakit Menular) merekomendasikan untuk mengenakan penutup wajah kain dalam pengaturan publik di mana langkah-langkah jarak sosial lainnya sulit untuk dipertahankan (misalnya ke toko  dan apotek). Jangan lupa kebersihan masker harus di jaga dan diganti setiap hari.

Di Jawa, penularan Covid-19 juga terjadi di kluster pasar karena orang berjubel. Sangat penting menjaga jarak di tempat keramaian sejauh lebih 2 meter penting dan menggunakan masker. Kalau pun harus bertemu, di tempat terbuka sinar matahari dapat mematikan virus. CDC juga menyarankan penggunaan kain penutup wajah sederhana untuk memperlambat penyebaran virus dan membantu orang yang mungkin memiliki virus dan tidak tahu itu, tidak menularkannya kepada orang lain.

Penutup wajah dari kain, pakaian  atau dibuat di rumah dari bahan-bahan umum dengan biaya rendah dapat digunakan sebagai tambahan tindakan kesehatan masyarakat sukarela. Penutup wajah kain atau masker disarankan bukan masker bedah atau respirator N-95. Masker seperti itu  dicadangkan untuk petugas kesehatan dan responden medis pertama lainnya, seperti yang direkomendasikan oleh  CDC saat ini.

Banyak masyarakat takut dan stres harus tinggal di rumah karena kantor dan sekolah. Banyak usaha harus ditutup dan dibatasi. Tinggal di rumah dapat menggunakan internet telepon untuk bekerja secara on line. Mereka dapat berolah raga ringan di rumah dan memanfaat pekarangan untuk menanam, makan yang cukup bergizi untuk menjaga stamina.

Kalau kita takut, akan melemahkan mental dan stamina kita. Kita jalankan ibadah di rumah. Tidak boleh ada stigma buat keluarga yang terkena Covid-19 karena semua kita berisiko. WHO melaporkan 80% kasus Covid-19 dapat sembuh sendiri tanpa penanganan khusus. Penanggulangan Wabah Covid-19 hanya dapat terjadi jika partisipasi penuh dari segenap masyarakat dengan mentaati anjuran pemerintah.

Masyarakat adalah lini terdepan penanggulangan Covid-19. Kebijakan-kebijakan pemerintah terus mendukung pananggulangan Covid-19 di tanah Papua. Petugas kesehatan, BNPB dan instansi/stakeholder terkait lebih proaktif dan lebih cepat bergerak. Ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat akibat dampak perlu diperhatikan.

Seperti pepatah tua dari Ethiopia: when spider webs unite they can tie up a lion, ketika kita bersatu dan berpartisipasi kita akan berhasil mengatasi Covid-19 di tanah Papua, jaring laba-laba yang terbentuk dapat menangkap seekor singa yang buas.

*Dr. Robby Kayame,SKM, MKes adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua

** Dr. dr. Arry Pongtiku Bekerja di Dinkes Papua, FKM/Kedokteran Uncen

*** Elianus Tabuni, Mgr,MSc Bekerja di Dinkes Papua, Epidemiolog lulusan Praha University

 

Facebook Comments Box