Oleh Dr. Robby Kayame, SKM,MKes,   Dr. dr. Arry Pongtiku, MHM, Dr. Linus Yhani Christomo, M.Si,  Yusuf Wona, SKM,M.Kes,  Soponyono,SH,SKep,Ns,M.Kes*

HIPPOCRATES, bapak ilmu kedokteran asal Yunani (460 SM-370 SM) mengatakan bahwa alam sendirilah dokter yang terbaik (Nature itself is the best physician). Kementrian Kesehatan RI dalam surat Edaran Nomor: HK.02.02/IV.2243/2020 tanggal 19 Mei 2020 mendorong peran aktif masyarakat dalam upaya pengembangan kesehatan tradisional, melakukan perawatan kesehatan mandiri (asuhan mandiri) melalui pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka.

Pemanfaatan  obat tradisional tersebut sebagai upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan termasuk pada masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat atau Bencana Nasional Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Salah satu keberhasilan penanganan Covid-19 di China, khususnya di Wuhan Provinsi Hubei mereka menggunakan obat ramuan tradisional China. Masuknya virus corona ke tubuh kita dapat mengacaukan sistem imunitas kita yaitu terjadi badai cytokine sehingga menimbulkan peradangan hebat ke paru-paru (pneumonia), jantung (miokarditis) dan organ lainnya.

Tidak sedikit obat-obat tradisional dapat meningkatkan daya tahan tubuh sebagai antioksidan , anti inflamasi (anti peradangan) dan antivirus. Tantangan kita baik dalam masa Pandemi Covid-19 dan sesudah Pandemi ini terkontrol (new normal/new normally era) adalah  bagaimana kita mengedepankan usaha-usaha pencegahan, karantina dan meningkatkan imunitas tubuh kita.

Tulisan ini membahas obat tradisional yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dan khususnya di Papua dan ada juga obat herbal China. Obat tradisional merupakan pengetahuan asli masyarakat (indigenous knowledge) atau kearifan lokal (local wisdom).

Terkait pemanfaatan tanaman obat tradisional sebagai upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan dengan tetap memperhatikan petunjuk pemanfaatannya dapat dijelaskan beberapa hal. Pertama, Pemanfaatan tanaman obat tradisional dalam bentuk sedian segar sebaiknya memperhatikan petunjuk umum seperti pemilihan jenis tanaman, komposisi bahan dan takaran yang tepat sesuai racikan ramuan tradisional yang akan dibuat.

Kedua, Pengolahannya harus memperhatikan kebersihan  peralatan yang digunakan dan cara pengolahan yang benar. Sebagai contoh, peralatan merebus simplisia bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun atau telah dikeringkan tidak boleh menggunakan logam, kecuali stainless steel. Alat merebus simplisia sebaiknya terbuat dari kaca, keramik atau porselin.

Ketiga, Bahan ramuan obat tradisional harus dicuci bersih sebelum diproses lebih lanjut. Saringan yang dipergunakan terbuat dari bahan plastik/ nilon, stainless steel atau kasa. Obat tradisonal dalam bentuk sediaan segar sebaiknya dikonsumsi 1 (satu) hari.

1. Rempah Dapur Sebagai Obat Tradisional

Berikut, kami paparkan khasiat enam (6) ramuan tanaman obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh meliputi :

Ramuan 1:

Bahan: Jahe merah 2 ruas ibu jari, jeruk nipis 1 buah, kayu manis 3 jari, gula merah secukupnya  dan air 3 cangkir.

Cara Pembuatan: Cuci bersih semua bahan, jahe merah dicuci bersih dan digeprek. Rebus air hingga mengeluarkan banyak uap, kecilkan api dan rebus semua bahan yang sudah disiapkan bersama gula merah selama 15 menit . Kemudian saring dalam keadaan dingin.

Cara Pemakaian: Ramuan diminum 1 kali sehari sebanyak 1 ½ cangkir.

Ramuan 2:

Bahan: Kunyit 1 ruas ibu jari, lengkuas 1 ruas ibu jari, jeruk nipis 1 buah, air 3 cangkir, gula merah secukupnya.

Cara Pembuatan: Cuci bersih semua bahan , kunyit dan lengkuas digeprek. Kemudian rebus air hingga mendidih, kecilkan api dan masukkan semua bahan, tunggu kira-kira hingga setengah dan matikan,saring dalam keadaan dingin.

Cara Pemakaian: Ramuan diminum 2x sehari sebanyak 1 ½ cangkir.

Ramuan 3:

Bahan: Pegangan 1 jumput, jahe merah 1 ruas ibu jari, temulawak 1 iris, gula aren secukupnya, air 1 ½ gelas.

Cara Pembuatan: Pegangan dicuci sampai bersih, kemudian rebus air sampai mendidih, setelah mendidih kecilkan api dan masukkan pegangan yang sudah disiapkan. Tunggu sampai air tersisa kira-kira 2 gelas , sesudah dingin disaring, tambahkan perasan jeruk nipis.

Cara Pemakaian: diminum 2x sehari 1 gelas.

Ramuan 4

Bahan: Kencur 50 gram yang sudah dikupas, beras 100 gram, daun pandan 3 lembar, gula aren secukupnya, air 2300 ml.

Cara Pembuatan: sangria beras hingga kekuningan. Haluskan beras, kencur dan gula. Masukkan ke dalam air sampai mendidih, tambahkan pandan kemudian disaring.

Cara Pemakaian: minum 2 kali sehari.

Ramuan 5:

Bahan: daun kelor 2 genggam, air 2 cangkir.

Cara Pembuatan: Rebus air sampai mendidih, masukkan daun kelor lalu matikan api dan saring sesudah dingin.

Cara Pemakaian: dewasa: 2 kali sehari 1 cangkir, anak 2 kali sehari ½ cangkir.

Ramuan 6:

Bahan: Bawang Putih Tunggal (lanang) 2 butir, air hangat 1 gelas, madu secukupnya.

Cara Pembuatan: Bawang putih dicuci bersih dan dimemarkan sampai halus, kemudian campurkan ke dalam air hangat dan tambahkan madu dan aduk hingga larut.

Cara Pemakaian: Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak secukupnya

 

2. Myrmecodia spp

Famili: Rubiaceae, nama lokal: Sarang Semut, nama lain: ant-like or full of ants.

Deskripsi: Tumbuhan ini merupakan perdu dan bersifat epifit yang bentuknya mirip umbi, memiliki batang tebal, tidak bercabang, terbungkus klipeoli dan alveoli yang memiliki duri. Daun tunggal berbentuk jorong dengan panjang mencapai 35 cm, bertangkai tersusun menyebar tapi lebih banyak berkumpul di ujung batang dan berwarna hijau. Helaian daun tebal dengan ujung tumpul dan permukaan daun tumpul. Sarang semut tumbuh menggantung  atau menempel di pohon. Tumbuhan sarang semut merupakan tanaman yang berasal dari Papua yang secara tradisional telah digunakan oleh penduduk asli Papua untuk mengobati berbagai penyakit secara turun-temurun. Beberapa studi melaporkan bahwa M .tuberosa, M. pendans, Hypnophytum formicarum, M.beccarri yang memiliki nilai kesehatan.

Habitat dan Penyebarannya: Banyak ditemukan di hutan bakau, padang rumput, di hutan tropis. Penyebarannya di wilayah Kabupaten Merauke. Daerah yang banyak terdapat sarang semut adalah Bupul, Kondo, wilayah perkampungan disekitar TN. Wasur sampai di daerah Sota (daerah perbatasan). Selain itu juga ditemukan di Jayawijaya, Tolikara, Paniai dan Puncak Jaya.

Bagian yang Digunakan: Umbi

Cara Pemanfaatan Secara Tradisional: umbi diiris melintang atau diserbuk, direbus dan diminum.

Kegunaan Bagi Masyarakat: Untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti untuk menyembuhkan radang, mengatasi nyeri otot, kanker dan diabetes.

Informasi Kandungan Senyawa dan Aktivitas Farmakologis: Banyak mengandung flavanoid, tannin,tokoferol, fenolik dan berbagai mineral (Natrium, Kalsium, Seng, Besi, Fosfor, Magnesium) yang berguna sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antikanker. Juga dapat mencegah tulang keropos dan dapat dipergunakan sebagai antibiotika.

 

3. Pandanus Conoideus Lam

Famili: Oandanaceae, Nama lokal: Buah Merah Papua, Nama Lain: Red fruit (Inggris), Kuamsu (Wamena)

 

Deskripsi: Tumbuhan ini termasuk keluarga pandan-pandanan, berupa pohan yang ketinggiannya dapat mencapai 16 meter yang ditopang atau diperkokoh akar-akar tunjang di batang bagian bawah. Tumbuhan ini bercabang-cabang 5-8 m. Buah berbentuk lonjong berwarna merah mencolok, ada yang berwarna coklat kekuningan, ada yang merah kecoklatan, ukuran buah panjang sampai 55 cm, diameter 10-15 cm, bobot 2-3 kg.

Habitat dan Penyebarannya: Tumbuhan buah merah banyak dijumpai di daerah Pegunungan  Tengah Papua. Menyebar mulai dari Wamena, Jayapura, Nabire dan Manokwari.

Penggunaan Secara Tradisional: Untuk menjaga stamina dan kebugaran tubuh agar tidak mudah kena berbagai macam penyakit masyarakat lokal Papua memanfaatkan Buah Merah dengan mencampurkannya ke sayur atau daging yang dimasak. Sekarang sudah diolah lebih modern diambil minyaknya sehingga lebih mudah memanfaatkannya ada yang dalam kemasan botol ada yang dalam soft capsule.

Kandungan Kimia dan Aktifitas Farmakologi: Mengandung senyawa metabolit sekunder karoten 12000 ppm, betakaroten 700 ppm dan tokoferol 11000 ppm juga mengandung beberapa zat lain asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dekanoat, omega 3 dan omega 9, calcium 54000 mg per 100 g buah segar, Vitamin A dan Vitamin E, mengandung  energy yang tinggi 360 kalori.

Ia juga mempunyai aktivitas farmakologi sebagai antioksidan, mencegah berkembangnya sel-sel kanker dan tumor, meningkatkan stamina tubuh. Kandungan omega dan tokoferol dapat mengencerkan darah dan melancarkan sirkulasi darah, sehingga dapat menurunkan hipertensi atau darah tinggi, dan menghindari terjadinya stroke, anti asam urat, anti osteoporosis, meningkatkan gairah libido dan kesuburan, mengobati gangguan mata. Kandungan beta karoten dan tokoferol yang tinggi merupakan zat antioksidan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan dapat digunakan untuk meringankan penderita HIV/AIDS.

 

4. Pandanus Julianetti Marteli

Famili: Pandanaceae, Nama Lokal: Kelapa hutan (umum untuk sebutan di daerah Pegunungan Tengah Papua, Gawen (Lanny). Nama Lain; Edible nutty fruits, Screw palm, Screw pine (Inggris).

Deskripsi: Tumbuhan Pandanus julianetti (kelapa hutan) termasuk tumbuhan monokotil mempunyai ciri morfologi, terkumpul rapat di ujung batang, dalam 3 baris berbentuk spiral, duduk dengan pangkal memeluk batang. Bagian daunnya tidak lengkap, bentuk daun seperti pita atau garis dan pertulangan daun yang sejajar, lebar 5-10 cm panjang sampai 1 m.

Bagian pangkal daun membulat dan ujungnya runcing. Tepi daun bergerigi/berduri. Tekstur daun licin dan sewaktu rontok meninggalkan bekas berbentuk cincin pada batang. Daun terletak melingkar mengikuti garis spiral yang tampak melingkar pada batang, sehingga rumus tata letak daun sulit ditentukan. Jadi letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang diberi nama  spirostik.

Pada tanaman pandan sendiri memperlihatkan 3 spirostik. Batang menunjukkan garis-garis melingkar bekas duduk daun yang lepas setelah tua. Akarnya besar dan memiliki akar tunjang lebih pendek dibandingkan Pandanus coideus (buah merah) yang menopang tumbuhan ini. Buah kelapa hutan tersusun dalam karangan berbentuk membulat seperti buah durian. Ukuran tumbuhan ini bervariasi mulai dari ketinggian 50 cm sampai 5 m bahkan di Papua banyak tumbuhan pandan hingga ketinggian 15 meter.

Habitat dan Penyebarannya: Tumbuh di daerah yang kelembabannya tinggi dengan tanah basah dengan curah hujan tinggi. Menyebar terutama di daerah dataran tinggi di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti Lanny Jaya, Yalimo dan Wamena, Jayawijaya.

Penggunaan Secara Tradisional: Untuk meningkatkan stamina tubuh dan daya tahan tubuh serta untuk menjaga kesehatan di Pegunungan Tengah Papua berfungsi sebagai suplemen dan cadangan makanan untuk mencegah terjadinya bencana kelaparan  ketika sumber makanan pokok utama hipere atau ubi jalar berkurang karena gagal panen yang disebabkan perubahan iklim yang ekstrim. Cara pemanfaatan buah kelapa hutan yang sudah masak dipotong atau dibelah kemudian dimakan langsung atau dapat juga dibakar di atas bara kemudian dimakan seperti kuaci karena bijinya (dikenal sebagai buah kelapa, kecil-kecil dengan panjang : lebar =   2 cm: 0,5 cm).

Informasi Kandungan Senyawa Kimia dan Aktivitas Farmakologi: Mengandung lemak berikatan rangkap atau minyak omega 3-6, tokoferol atau vitamin E yang cukup tinggi dan zat anti oksidan. Mempunyai aktivitas farmakologi anti oksidan dan tokoferol untuk mencegah penyakit degenerative, anti hipertensi, anti kolesterol, meningkatkan stamina dan dapat meningkatkan zat imun.

 

5. Phylantus urinaria Linn.Sin Phylantus alatus,BL

Famili: Euphorbiaceae, Nama Lokal : Babiji belakang (umumnya di Papua), Meniran

Deskripsi: Merupakan tumbuhan semak seperti  rerumputan. Tumbuhannya kecil tinggi sekitar 15-25 cm, termasuk tumbuhan dikotil dengan sistem perakaran tunggang. Batang warna coklat kehijauan, diameter 0,5-1 cm. Daun majemuk gasal, menyirip dan tersebar. Anak daun berwarna hijau tua, berbentuk jorong ukurannya 0,2-0,5 cm, jumlah hanya 15-17 anak daun setiap ibu tangkai daun. Bunga dan buah terletak di bagian bawah daun majemuk, muncul pada setiap ketiak anak daun. Buah kecil ukurannya 2-4 mm, berwarna kehijauan.

Habitat dan Penyebarannya: Tumbuh subur dimanapun di setiap lahan yang kosong. Di tanah jenis apapun tumbuhan ini dapat tumbuh, bahkan disela-sela tumbuhan budidaya perkebunan juga mudah tumbuh, sehingga sering dikategorikan tumbuhan gulma atau tumbuhan pengganggu. Menyebar seantero  wilayah Papua pada ketinggian berapapun. Dapat tumbuh pada daerah yang beriklim basah atau curah hujan tinggi samapai di daerah panas yang curah hujannya sedikit. Di dataran rendah sampai di dataran tinggi. Baik di tanah datar atau yang mempunyai kemiringan curam.

Penggunaan Secara Tradisional: Masyarakat Sarmi dan beberapa daerah lainnya di Papua Tumbuhan Babiji belakang digunakan untuk penyakit ginjal dan malaria. Cara penggunaaanya tumbuhan babiji belakang dicabut dengan akar-akarnya dicuci bersih, direbus dengan menggunakan 3 gelas air dibiarkan mendidih sampai 1 gelas. Diminum hangat-hangat 2x sehari pagi dan sore  hari sampai sembuh.

Informasi Kandungan Senyawa Kimia dan Aktivitas Farmakologi: Kandungan utama senyawa kimia flavonoid. Aktivitas farmakologi mempunyai efek immunomodulatory, antioksidan, diuretik.

 

6. Arechacatechu L

Famili: Arecaceae, nama lokal : Pinang, Nama Lain: Arecanuts, Betelnut, Betel palmAreca palm (Inggris).

Deskripsi: Merupakan tumbuhan palma yang selalu hijau sepanjang tahun, tinggi 10-15 meter, soliter, tegak dan ramping. Daun majemuk menyirip, panjang 1-2 m, anak daunnya banyak, panjang 30-60 cm, bergerigi tidak teratur pada bagian ujung permukaan halus, segmen bagian atas saling melekat, tangkai daun terbungkus. Bunga tersusun malai dan cabang-cabang, monoecious.

Bunga berwarna putih kekuningan, bunga jantan pada ranting, dalam 2 baris, bunga betina pada sisi bagian pangkal ranting. Buah seperti berry, berserabut, oval , bentuk dan warna bervariasi, panjang 4-6 cm. Biji bulat tumpul ujung seperti kerucut, diameter bagian basal 15-30 mm; kulit biji (testa) coklat dan ditandai jaringan padat berupa garis-garis tanpa warna atau pucat. Biji yang dikunyah rasanya agak tawar, dapat mengencangkan jaringan tubuh sebagai astringent. Berbunga pada periode antara bulan Mei-Desember.

Habitat dan Penyebarannya: Tumbuhan ini lebih menyukai daerah kering dengan tanah yang subur dan lembab di daerah naungan hutan atau semak-semak. Tumbuhan ini  juga tumbuh di savanna dan hutan sekunder yang sudah ditebang. Sering dibudidayakan di halaman rumah di daerah tropis. Mayoritas tumbuh dan menyebar di daerah  tropis  dan di daerah perkebunan Papua New Guinea.

Penggunaan Secara Tradisional: Hampir sebagian besar masyarakat Papua memanfaatkan , memberikan efek meningkatkan percaya diri dan menjadi berani secara psikis. Buah yang masih mudah dikupas kulitnya dikunyah-kunyah bersama bijinya. Biasanya ditambahkan dengan bunga sirih dan kapur sirih dikunyah sampai berwarna merah tercampur ludah dan biasanya ludah dibuang, tapi sebenarnya ada sebagian cairan yang tertelan. Cairan campuran tersebut yang memberikan efek  merangsang /stimulant dan psikotropika.

Informasi Kandungan Senyawa Kimia dan Aktivitas Farmakologi: Kandungan  senyawa kimia arecoline, guvacine, nicotine, nicotinic acid ethyl ester, nicotinic acid methyl ester, Harman, norharman,piperdine and pyridine esther, alanine, phenyalanine, arginine, aspartic acid, glutamic acid,glycine, histidine, leucine, isoleucine, proline, serine, threonine, tyrosisne,valine,stearic acid, nondeconic acid,oleic acid, palmitic acid, petadeconoic acid, lauric acid,myristic acid, flavones, catechin derivatives, beta-sitosterol.

Aktifitas farmakologi euphoriant, psikotropik, anti depresan, aktivitas anti nyeri, hipotensif, anti spasmodic, anti micobacteri, anti hepatotoksik, anti mutagenic, anti oksidan, clastogenik, diabetogenik, kontraseptif, aktivitas penurunan tingkat kolesterol, bronco konstriksi, anti ascariasis, abortifacient, antihelmentik, hipertermik, anti nematode, antifungal, anti halistosis, anti ragi, teratogenik, aktivitas induksi aberasi kromosom, anti cholinergic.

Ada juga obat tradisional China  yang telah digunakan dalam pengobatan Covid-19 seperti  Lianhua Qingwen yang dikemas dalam bentuk kapsul . Tulisannya dalam bahasa Mandarin dan jika diterjemahkan ke bahasa Inggris. Lily Flower capsules clear infections disease

Functions: clear infections, detoxify, and aid common cold – the toxic heat type accumulated in the lung. Symptoms:  high fever, worsen cold, muscle pain, block nose, running nose, cough, headache, dry and sore throat, tongue turns red and yellow. The dosage is to be taken 3 times a day, 4 tablets each.

 

 7. Kapsul Bunga Lili (bakung) Untuk Mengatasi Infeksi

Fungsi: menghilangkan infeksi, detoksifikasi/racun, menghilangkan flu- panas yang bersarang  dalam paru.

Gejala: panas tinggi, flu berat, hidung tersumbat, ingus meler,batuk,sakit kepala, tenggorokan sakit atau luka, lidah yang merah atau kuning.

Dosis: 3 x 4 tablet sehari

Testimoni: Telah digunakan pada pasien Covid-19 di salah satu rumah sakit di Jayapura dan hasil sangat baik dalam proses penyembuhan

Akhirnya kita berharap Covid-19 segera berlalu dari Bumi Cenderawasih dan Indonesia, walau virus ini tidak akan hilang dari muka bumi tapi kasusnya dapat dikendalikan atau tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Setelah badai, lautan pasti  tenang, Setelah hujan, langit akan cerah, Setelah datang penyakit, pasti akan ada obatnya

 

Kepustakaan:

  1. Surat Edaran Nomor: HK.02.02/IV.2243/2020 tentang Pemanfaatan Obat Tradisional untuk memelihara penyakit dan perawatan kesehatan, 19 Mei 2020.
  2. Tumbuhan Obat Tradisional Papua, SP3T, Dinkes Papua, 2016.

*Para Penulis Adalah Kepala Dinas dan Staf Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional  SP3T, Universitas Cenderawasih. Korespondensi : [email protected]

Facebook Comments Box