Plt. Direktur RSJD Abepura dr. Guy Yama Emma Come, MPH didampingi Wadir Umum dan Keuangan Daniel L. Simunapendi, MM.M.Kes, dan Ketua Komite PPI dr. Izak Samay, M.Kes.Sp.KJ foto bersama peserta dan pemater sosialisasi.

 

JAYAPURA (PB.COM)—Dalam rangka mencegah dan mengendalikan infeksi bersama, Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura menggelar Sosialisasi Program Pencegahan Infeksi Covid-19, Pelaksanaan Hand Hygiene, Etika Batuk, Penggunaan APD dan Penggunaan SpillKit Pada Seluruh Karyawan/i, House Keeping RSJD Abepura pada Kamis-Jumat, 18-19 Agustus 2022.

Kegiatan yang digelar oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSJD Abepura ini dihadiri oleh Plt. Direktur dr. Guy Yama Emma Come, MPH, Wadir Umum dan Keuangan Daniel L. Simunapendi, MM.M.Kes, Ketua Komite PPI sekaligus Kabag Yanmed dr. Izak Samay, M.Kes.Sp.KJ, dan karyawan-karyawati dari seluruh unit pelayanan rumah sakit.

Plt. Direktur RSJD Aebpura dr. Guy Yama Emma Come, MPH, Wadir Umum dan Keuangan Daniel L. Simunapendi, MM.M.Kes, dan Ketua Komite PPI dr. Izak Samay, M.Kes.Sp.KJ.

 

Tampil sebagai pemateri di hari pertama, Yuliana Demetouw, S.Kep.Ns dan Riri Andayani, S.Kep.Ns selaku Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) RSJD Abepura. Dihubungi papuabangkit.com pada Kamis, 18 Agustus 2022 petang, Riri Ardayani menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama seluruh manajemen dan karyawan-karyawati untuk menggelorakan semangat mencegah penularan infeksi nosocomial di rumah sakit yang khusus menangani Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) itu.

“Kami meminta seluruh manajemen, karyawan dan petugas kesehatan untuk terus mematuhi protokol kesehatan dalam pelayanan. Apalagi saat ini Covid mulai naik lagi. Di RS Jiwa, sudah ada 7 pasien kami yang terkena Covid juga. Seluruh tindakan komunitas pekerja di rumah sakit sesuai standar PPI. Paling utama itu rajin cuci tangan karena itu adalah kunci yang paling utama mencegah virus atau bakteri,” kata Riri.

IPCN RSJD Abepura, Riri Andayani, S.Kep.Ns saat menyampaikan materi sosialisasi.

 

Menurut Riri, Dalam lingkup rumah sakit, Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) itu semacam “KPK”-nya rumah sakit. Ia berperan untuk meningkatkan mutu layanan dengan melakukan kajian manajemen resiko, good clinical governance serta memastikan terjaminnya kesehatan dan keselamatan kerja bagi seluruh komunitas rumah sakit.

“Rumah sakit menjadi salah satu sumber infeksi terbesar dalam dunia kesehatan, dimana infeksi dapat berasal dari pasien, petugas, maupun pengunjung dengan obyek yang terkontaminasi berupa darah, saliva, sputum, cairan nasal, cairan dari luka, urin dan eksresi,” urainya.

Para peserta sosialisasi saat memperagakan etika batuk.

 

Untuk itu, kata Riri, guna menekan terjadinya infeksi, ada baiknya kita meningkatkan kewaspadaan isolasi (isolation precautions) yang merupakan kombinasi dari kewaspadaan standar (standard precautions) dan kewaspadaan berbasis transmisi (transmission-based precautions). Kewaspadaan standar merupakan gabungan dari kewaspadaan universal (universal precautions) dan isolasi tubuh (body substance isolation) yang berlaku untuk semua pasien.

“Berbeda dengan kewaspadaan standar, kewaspadaan berbasis transmisi merupakan kewaspadaan terhadap pasien rawat inap dengan tanda infeksi baru yang ditentukan berdasar kriteria klinis dan epidemiologis sebelum hasil laboratorium mengkonfirmasi diagnosis. Kewaspadaan berdasar transmisi dibagi menjadi 3, yaitu kewaspadaan kontak (contact), kewaspadaan percikan (droplet) dan kewaspadaan udara (airborne),” jelasnya.

Ia menambahkan, kewaspadaan transmisi melalui kontak bertujuan menurunkan risiko timbulnya HAIs karena kontak langsung atau tidak langsung, misalnya kontak langsung dengan permukaan kulit yang terbuka dengan kulit terinfeksi atau kolonisasi maupun kontak tidak langsung berupa kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas yang belum dicuci atau benda di sekitar pasien.

“Untuk menekan infeksi, hindari menyentuh permukaan lingkungan yang tidak berhubungan dengan perawatan pasien. Sedangkan jenis kewaspadaan transmisi melalui percikan dilakukan dengan menempatkan pasien di ruang rawat terpisah untuk membatasi terjadinya kontaminasi serta bila diperlukan, setiap kali keluar ruangan, pasien diberi respirasi dan etika batuk,” tegas Riri.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, Riri menyadari bahwa kesadaran para pekerja di RSJD Abepura untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker dan kebiasan mencuci tangan kian meningkat. Animo ini makin tinggi dalam pantuan Komite PPI setempat.

“Mari kita terus budayakan selalu cuci tangan dan pakai masker,” tegasnya. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box