Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua Drs. Nerius Auparay, M.Si membuka kegiatan Forum Jurnalis Papua, Selasa (12/9/2023).

JAYAPURA (PB.COM) – Perwakilan BKKBN Provinsi Papua menggelar kegiatan Forum Koordinasi Jurnalis yang membahas tentang percepatan penurunan angka prevalensi stunting di Tanah Papua,  Selasa (12/09/2023) di salah satu hotel di Jayapura, Papua.

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua menilai bahwa Forum Koordinasi Jurnalis menjadi satu momentum penting dalam rangka mensosialisasikan penanganan stunting (gangguan pertumbuhan pada anak karena kondisi kurangnya nutrisi) secara menyeluruh melalui media masing-masing. Selain itu, meningkatkan pemahaman serta mendorong perubahan perilaku dalam upaya pencegahan stunting di Provinsi Papua.

Menurut Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua Drs. Nerius Auparay, M.Si melalui Forum Koordinasi Jurnalis, informasi tentang stunting lebih menjangkau banyak orang. Harapannya, percepatan penurunan stunting di Papua bisa terealisasi karena memang dari hasil survey di tahun 2021 angka stunting berada di posisi 29,5 persen. “Namun ternyata hasil survey status gizi di Indonesia tahun 2022 naik 5,1 point sehingga menjadi 34,6 persen,” ujarnya.

Secara keseluruhan Provinsi Papua dari 29 kabupaten/kota, kata Auparay, ada 20 kabupaten yang angkanya turun meskipun tidak banyak. Ada yang turun cuma 1 poin, ada yang 2 poin. Cukup bervariasi. Tetapi ada kabupaten yang poinnya naik. Contohnya Kabupaten Supiori tahun 2021 29,2 persen tetapi setelah survey, naik menjadi 40,5 persen. Dengan jumlah penduduk sedikit dan jumlah Balita sedikit, tentu ini memprihatinkan. Survey di Supiori ini telah mencakup keseluruhan 38 kampung.

Selanjutnya, jelas Auparay, Kabupaten Mamberamo Raya dengan letak geografis yang sangat sulit memang butuh penanganan yang benar-benar serius dan didukung dengan biaya yang maksimal sehingga angka prevalensi stunting bisa tertangani dengan baik.

Yang naik juga saat ini di Kabupaten Asmat di Provinsi Papua Selatan, di mana sebelumnya turun tetapi tahun 2022 lalu naik lagi. Kabupaten-kabupaten lain di Papua Pegunungan seperti Yahukimo, Nduga, Lannya Jaya juga angkanya naik.

“Kami berharap kepada pejabat di daerah untuk ikut memberikan dukungan yang positif untuk penurunan stunting sehingga tahun 2024 mendatang harus turun,” katanya. Jika menggunakan rumus perhitungan 14 persen (standar nasional 2024) sangat sulit, minimal angka prevalensi stunting di Papua bisa turun karena stunting ini dampaknya ke depan sangat merugikan.

Para jurnalis yang hadir dalam kegiatan Forum Koordinasi Jurnalis.

Menurut dia, Jurnalis berperan aktif dalam memberikan informasi melalui media yang dikelola sehingga masyarakat mengerti dan mencegah stunting. Pasalnya, stunting dapat terjadi saat janin baru terbentuk dalam kandungan. Seorang ibu di awal kehamilan harus mendapat asupan gizi yang benar hingga bayi lahir dengan gizi yang tercukupi.

Ia menyadari, keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga dan lainnya menyebabkan banyak masyarakat yang tidak tercukupi kebutuhan gizi. Karena itu, ia berharap seorang ibu di awal kehamilan rutin ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sehingga mendapatkan pendampingan.

“Percepatan penurunan angka stunting bukan hanya pekerjaan satu dinas saja tetapi semua dinas terkait. Makanya sudah ada tim percepatan penurunan stunting tingkat provinsi, kabupaten/kota hingga ke tingkat kampung. Tim ini berkolaborasi dan berkonvergensi untuk menangani percepatan penurunan stunting ini,” jelas Auparay kemudian.

Ia kembali berharap, semua ibu hamil yang ada di kampung-kampung harus dikawal dan didampingi oleh kader-kader Posyandu dan harus dikontrol setiap bulan.

Koordinator Program Manager Satgas PPS Papua Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Moch Sodiq, SH.M.Hum,

Peranan Media Sebagai Agenda Seting

Forum Jurnalis Papua juga menghadirkan tiga pemateri yang mendukung peranan penting media dalam percepatan penurunan prevalensi stunting di Papua. Koordinator Program Manager Satgas PPS Papua Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Moch Sodiq, SH.M.Hum, dengan materi “Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Upaya PPS di Papua”, menjelaskan 5 pilar strategi nasional (Stratas) Penurunan Prevalensi Stuntung (PPS).

Yang pertama, peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan kementerian atau lembaga pemerintah. Yang kedua, peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.  Ketiga, peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitive di pemerintah daerah provinsi hingga tingkat kampung.

Keempat, peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Lima, penguatan dan pengembangan system, data, informasi, riset dan inovasi. Media, menurut Sodiq, masuk dalam pilar kedua yang berperan meningkatkan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.

Sementara itu, Praktisi Media dan Kehumasan, Dewi Anggraeni, SIP.MA, dengan materi “Hubungan Pemerintah dan Dukungan Media Relations”, memaparkan tentang pentingnya peranan media dalam menyampaikan informasi-informasi yang membantu humas mencapai tujuan dari suatu program, seperti di BKKBN tentang stunting.

Media, menurutnya bisa menghasilkan berita positif, negative maupun netral. Hal ini tergantung dari framing atau membingkai sebuah peristiwa menjadi sebuah informasi yang disajikan kepada masyarakat/netizen.

“Untuk membantu BKKBN dalam program penurunan stunting di Papua, media menjadi agenda seting, dengan angle berita sesuai visi misi media,” jelas Dewi.

Narasumber ketiga, MC (master of ceremony) muda yang cukup kondang, Piter Genuni, membawakan materi, “Membangun Branding”.  BKKBN terkenal dengan branding “Dua Anak Cukup”. Tentu di Papua menimbulkan prop dan kontra. Hal ini justru membuat branding BKKBN ini makin diingat, karena terbentuk sudah lama. Menimbulkan kontra, tentu saja, mengingat penduduk Papua yang sedikit dengan luas wilayah yang sangat besar. Karena itu, perlu sebuah brand baru yang menyentuh emosi dan masuk di hati, sehingga diiingat dan diikuti. “Dua anak lebih baik”, “menjaga jarak lahir”, butuh waktu untuk sampai di hati masyarakat Papua.

Untuk ‘stunting”, menurut Piter Genuni yang biasa disapa Pige, membutuhkan satu brand yang cukup dengan tiga atau empat kata, bisa menyentuh emosi masyarakat untuk mengikuti. Media memiliki peranan penting yang diharapkan membantu percepatan penurunan stunting dengan brand yang singkat, tapi membawa dampak. “Cegah Stunting, Itu Penting!”

Pembahasan dan diskusi bersama belasan Jurnalis cetak, online dan televisi ini, diselingi kuis-kuis berhadiah dari Perwakilan BKKBN Papua, dengan pertanyaan-pertanyaan seputar stunting. (Frida Adriana)

Facebook Comments Box