Tokoh Kerawam Keuskupan Jayapura drg. Aloysius Giyai, M.Kes saat tampil sebagai narasumber dalam seminar Kerawam Dekenat Teluk Cenderawasih, di Aula St. Yusuf Paroki Kristus Sahabat Kita, Nabire, Sabtu, 21 Oktober 2023.

NABIRE (PB.COM)—Tokoh Kerasulan Awam (Kerawam) Keuskupan Jayapura drg. Aloysius Giyai, M.Kes meminta para Kerawam di Provinsi Papua Tengah, terutama para calon legislatif dan politisi harus tampil sebagai sosok pemimpin yang berintegritas, berkomitmen, dan berani memperjuangkan keadilan dan kebaikan bersama sesuai nilai-nilai ajaran Gereja Katolik.

Pesan itu disampaikan Aloysius Giyai saat tampil sebagai salah satu narasumber dalam Seminar Kerawam yang digelar Komisi Kerasulan Awam Dekenat Teluk Cenderawasih, Keuskupan Timika di Aula St. Yusuf Paroko Kristur Sahabat Kita (KSK) Bukit Meriam, Nabire, Provinsi Papua Tengah, Sabtu, 21 Oktober 2023.

“Menjelang hajatan politik 2024, saya berharap Kerawam Katolik di Provinsi Papua Tengah harus bersatu dan berpartisipasi menentukan arah dan langkah politiknya, baik dalam Pileg, Pilpres maupun Pilkada,” kata Aloysius yang tampil membawakan materi berjudul peran Kerawam Dalam Bidang Sosial, Kemasyarakatan, Politik, dan Pemerintahan.

Menurut Aloysius, Gereja Katolik secara hirarkis memang dilarang berpolitik praktis. Tetapi peran ini diisi oleh para kader-kader Katolik atau Kerawam untuk terlibat dalam pembangunan dan pemerintahan.

“Saya berharap, Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Timika khususnya Dekenat Teluk Cenderawasih terus membangun hubungan baik dengan anggota Kerawam. Sebab Komisi Kerawam berfungsi sebagai jembatan antara gereja dan ormas-ormas Katolik. Giat seperti rekoleksi dan seminar seperti ini sangat bagus. Ini seperti dilakukan alm. Pastor Yul Mote di Keuskupan Jayapura dulu. Tetapi setelah ini, harus ada aksi-aksi nyata. Tidak hanya omong di sini dan selesai,” tuturnya.

Aloysius yang juga Direktur RSUD Jayapura ini menegaskan, Kerawam Katolik di Papua Tengah harus saling mengenal satu sama lain, bersatu, dan bersama-sama membangun konsolidasi dan strategi politik menatap Pemilu 2024.

“Tetapi politik yang berintegritas, yang berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang transparan, demokratis, adil, demi terciptanya kesejahteraan bersama atau bonum commune. Harus punya warna bahwa kita orang Katolik itu beda, punya prinsip dan berani membela kebenaran,” tegasnya.

Gereja Katolik Keuskupan Timika, lanjut Aloysius, tentu rela mempersembahkan kader-kader terbaik untuk bangsa dan negara dengan menduduki jabatan-jabatan publik dan politik. Ini juga dianggap perlu dan penting tetapi dengan tiga pertimbangan sebagai berikut. Pertama, perlunya memberikan perhatian dan dukungan kepada kader katolik yang mempunyai kualifikasi dan integritas untuk terlibat di ranah kemasyarakatan dan politik. Kedua, Gereja menghadirkan putra-putri terbaiknya agar bisa berkontribusi secara signifikan di tengah masyarakat, membawa perubahan dan memberi solusi bagi permasalahan bangsa, terutama yang menyangkut kepemimpinan. Ketiga, memudahkan koordinasi dan fasilitasi yang diperlukan dalam rangka mendukung kontestasi kader Katolik dalam masyarakat.

“Gereja Katolik juga tidak boleh melepas begitu saja para kadernya, tetapi bertanggung jawab melakukan penguatan spiritualitas panggilan hidup menggereja dan bermasyarakat serta menjalankan pengutusan ke ranah politik,” bilangnya.

Pada kesempatan itu, Aloysius juga mengharapkan para Kerawam di Dekenat Teluk Cenderawasih untuk peka terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik dengan belajar dari sejumlah tokoh Katolik.

Misalnya, Mama Yosepha Alomang, tokoh Perempuan Papua Amungme yang gigih memperjuangkan keadilan dan hak Masyarakat melawan PT. Freeport Indonesia, John NR Gobay, anggota DPRP yang gigih dan konsisten memperjuangkan hak-hak masyarakat adat Papua, serta alm. Thobias Giyai dan Didimus Tebay yang merintis program pemberdayaan ekonomi melalui P5 Moanemani,

“Keberpihakan kita kepada orang kecil, yatim piatu, pengungsi, anak-anak panti asuhan, anak-anak putus sekolah, anak-anak jalanan dan orang-orang yang termarginalkan dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan, harus terus digelorakkan dan diwujudnyatakan. Tidak hanya sesama umat Katolik, tetapi juga kepada semua orang berbeda agama, suku, ras, dan pilihan politik,” tegas mantan Kepala Dinas Kesehatan Papua ini.

Giat rekoleksi dan seminar yang diikuti ratusa peserta ini diawali dengan Misa Pembukaan dan Rekoleksi dipimpin Uskup Jayapura Mgr. Yanuarius Theofilus Matopai You, Pr. Sementara ada 3 pemateri dalam seminar yakni Aloysius Giyai, Direktur SKP Keuskupan Timika Diakon Saul Wanimbo, dan pendiri ICAKAP di Tanah Papua Vitalis Yumte, S.Pd.,M.Ling. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box