JAYAPURA (PB.COM)—Pilkada Serentak 2024 sebentar lagi akan berlangsung, berpuncak pada pemungutan suara, 27 November 2024 mendatang. Pesta demokrasi lokal serentak pertama kali dalam sejarah republik ini, dimulai dengan tahapan pendaftaran para calon kepala daerah pada 24 Agustus 2024.
Di Kabupaten Pegunungan Bintang (Pegubin), Provinsi Papua Pegunungan, sejumlah nama telah santer diberitakan akan siap maju bertarung. Sebut saja politisi PDI Perjuangan yang saat ini sedang menjabat sebagai bupati, Spei Yan Bidana ST,M.Si. Kemudian, wakil bupati Kris Bakweng Uropmabin, ST dengan Golkar, Ketua DPRD Denius Taplo, S.Si dengan Demokrat, dan juga mantan bupati Constan Oktemka, SIP dengan PKN.
Dari beberapa nama ini, tercatat baru Spei Yan Bidana yang sudah pasti mengantongi tiket partai politik untuk maju bertarung. Kemenangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Pemilihan Legislatif, 14 Februari 2024 lalu dengan meraih 8 kursi, telah memastikan partai besutan Megawati Soekarnoputri itu tak butuh koalisi di Pilkada Pegubin kali ini.
Kabar terbaru, pada Rabu, 24 Juli 2024, Spei Bidana dan pasangan calon wakil bupati Arnold Nam, S.AP pun sudah secara resmi menerima formulir dukungan B1-KWK dari DPP PDI Perjuangan di Jakarta.
Di balik dinamika politik yang sedang berproses ini, ada satu hal menarik yang menjadi catatan demokrasi bagi Tanah Papua, terutama rakyat di Bumi Okmin. Itu tak lain adalah sikap dan pilihan politik seorang Spei Yan Bidana yang patut diteladani. Bagaimana tidak, sebagai seorang calon bupati petahana, ia mengambil keputusan berani dan berbeda dalam memilih pasangan calon wakilnya.
Dalam perhelatan politik lokal di hampir seantero nusantara, para calon petahana atau incumbent umumnya memiliki watak politik yang beda-beda tipis: angkuh dan percaya diri tinggi untuk menang, membangun koalisi gemuk dengan parpol lain, dan sibuk membuka seleksi calon wakil yang ketat dengan mengutamakan politisi lintas parpol. Tujuannya ialah memudahkan dukungan rakyat dalam meraih kemenangan menuju periode kedua. Transaksi politik pun sangat tampak dipertontonkan memperebutkan kursi calon wakil yang mendampingi incumbent.
Tetapi tidak bagi seorang Spei Yan Bidana. Ia memilih seorang wakil dari kalangan anak muda yang sangat minim dalam pengalaman politik. Sepi dari pemberitaan media. Namanya Arnold Nam. Sesama fungsionaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Pegubin, anak binaannya di rumah banteng Pegubin, sebelum Megawati Soekarnoputri mengangkat Spei menjadi Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Papua Pegunungan pada 7 Februari 2023 lalu.
“Saya berterima kasih kepada Bapak Spei yang telah memberikan tempat bagi saya dengan menjadikan saya calon wakil bupati mewakili masyarakat dari tujuh distrik di wilayah Sofker-Ifau. Beliau tidak memandang soal pengalaman kerja, kiprah politik, atau prestasi, tetapi murni pertimbangan keberpihakannya untuk mengangkat masyarakat Sofker-Ifau di panggung politik Pegubin,” kata Arnold Nam saat menghubungi papuabangkit.com, Rabu, 24 Juli 2024.
Afirmasi Politik Spei
Politik tak semata elektabilitas, popularitas, ketenaran, dan nama besar. Politik juga butuh keberpihakan atau afirmasi. Karena di balik tampilnya seorang figur, ada citra kelompok masyarakat yang mewakilinya. Bisa saja mereka yang dalam dinamika politik dan sosial, selalu dianaktirikan atau dinomorduakan.
Publik dunia pernah diingatkan dengan catatan sejarah politik Amerika Serikat beberapa tahun lalu. Ketika seorang Barack Obama mampu mematahkan mitos menjadi presiden kulit hitam pertama pada 20 Januari 2009 di negeri Paman Sam. Ia bahkan mencatat namanya sebagai presiden ke-44 dan ke-45 dan berkuasa hingga 20 Januari 2017. Amazing. Kemenangan Obama adalah simbol kemenangan orang-orang kulit hitam, yang dalam konstruksi sosial dianggap warga kelas dua di negara itu.
Di ujung telponnya pada Rabu, 24 Januari 2024, saya mencatat baik satu alasan bernas Spei Bidana memilih Arnold Nam. Spei mengaku pilihannya menggandeng Arnold sebagai calon wakil bupati sebagai bentuk afirmasi untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat di wilayah Sofker-Ifau, yang selama ini masih dianaktirikan dalam kebijakan pembangunan.
“Ini sebagai bentuk kaderisasi bagi SDM dari suku-suku di wilayah Utara yang masih tertinggal dalam pembangunan. Supaya ke depan ada Arnold-Arnold lain yang mengikuti jejaknya,” tutur Spei.
Fakta membuktikan, wilayah Sofker-Ifau di bagian Utara Pegunungan Bintang masih belum banyak disentuh pembangunan. Alasan utama ialah konektivitas jalan darat dari Oksibil maupun Jayapura yang belum tersambung. Wilayah ini terdiri dari tujuh (7) distrik yakni Distrik Batom, Jetfa, Aboy, Teraplu, Murkim, Mofinop, dan Okbemtau.
Mengurus Pegubin dengan luas 15.683 km2 yang terbagi dalam 34 distrik, bukanlah perkara mudah. Perlu ada pemetaan dan skala prioritas dengan mengutamakan urgensi kebutuhan rakyat. Dan rakyat Pegubin harus bersyukur memiliki seorang pemimpin visioner yang berlatar belakang birokrat, bahkan pernah menjadi Kepala Bappeda yaitu Spei Bidana.
Maka sejak resmi memimpin Kabupaten Pegubin 3 Maret 2021 lalu, wilayah Sofker-Ifau ini pelan-pelan mulai mendapat perhatian. Pembangunan infrastruktur menghubungkan Jayapura hingga Batom, lalu menuju Oksibil jadi salah satu prioritas Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bahkan, hingga hari ini, jalan darat yang dibangun sudah mencapai Distrik Jetfa. Ruas jalan ini bahkan sudah diresmikan Spei pada 22 Mei 2024 lalu.
Kemudian, Pemda Pegubin juga memberi perhatian untuk perbaikan landasan bandara Batom sejak 2022 dan ingin menjadikan distrik ini sebagai salah satu Kawasan Ekononomi Khusus (KEK). Tak ketinggalan, perhatian terhadap pembangunan manusia. Pada 22 Agustus 2023 lalu, Spei terbang ke wilayah ini untuk menyerahkan sumbangan bagi beberapa klasis Gereja GIDI yang merayakan yubelium. Juga ia menempatkan beberapa birokrat dari wilayah ini mengisi kabinet kerja.
Bagi saya, ini adalah pilihan politik mulia seorang Spei, tetapi dalam matematika politik tidaklah lazim. Tetapi saya percaya, alam dan leluhur Bumi Aplim Apom sedang tersenyum. Karena suka tidak suka, pilihan ini adalah langkah awal bagi seorang Spei memenangkan hati rakyatnya. Setelah ia menang atas ego dan ambisinya meraih kekuasaan secara mudah, dan memilih jalan politik afirmatif yang sunyi dan susah dipahami.
“Supaya ke depan ada Arnold-Arnold lain yang mengikuti jejaknya.” Saya yakin, kata-kata ini membawa pesan positif yang memerdekakan siapa pun yang mendengarnya, termasuk mereka yang selama ini buta dan tuli akibat dendam politik lima tahunan dan enggan mengakui kemajuan Pegubin di tangan seorang Spei. (Gusty Masan Raya)