Yohanes Penius Lani, S.Kom,M.PWK.

 

JAYAPURA (PB)Fenomena banyaknya mahasiswa Papua yang gagal menyelesaikan studi, atau mempertontonkan aktivitas negatif dan viral di media sosial akhir-akhir ini, menuai keprihatinan dan kritik keras banyak pihak.

Salah satunya, datang dari mantan Ketua Badan Pengurus Harian Ikatan Keluarga Besar Pelajar dan Mahasiswa Pegunungan Jayawijaya (BPH IKB-PMPJ) Kota Studi Koordinator Wilayah (Korwil) Solo Tahun 2004-2006 dan Ketua BPH IKB-PMPJ Kota Studi Korwil Yogyakarta Tahun 2006-2008, Yohanes Penius Lani, S.Kom, M.PWK.

Menurut Yohanes, mahasiswa Papua harus menyadari bahwa keputusan untuk berangkat studi di luar Papua, tentu memiliki resiko biaya yang besar yang dipikul kedua orang tuanya. Sekalipun mahasiswa itu berasal dari anak orang kaya atau pejabat, ataupun mendapat beasiswa, semua orang tua selalu duduk berpangku tangan dan mendoakan anak-anaknya yang sedang studi.

“Saya sebagai Alumni dari Kota Studi Yogyakarta-Solo menghimbau kepada adik-adik mahasiswa, saya sangat prihatin ada begitu banyak kasus akhir-akhir ini dimana adik-adik mahasiswa menunjukkan perilaku yang kurang etis dan viral di media sosial. Kembalilah ke jati dirimu, ingat orang tua di kampung di Tanah Papua yang susah payah bekerja, dan selalu berdoa untuk mendukung kuliahmu,” kata Yohanes kepada papuabangkit.com, Rabu, 29 Januari 2025.

Yohanes menilai, akhir-akhir ini banyak mahasiswa Papua gagal dalam studi, padahal mereka adalah penerima beasiswa dan anak pejabat. Sementara masih banyak anak Papua yang berasal dari kalangan bawah, yang hidup terisolir di balik gunung dan lembah nun jauh, karena tak memiliki akses dan sumber daya ekonomi, akhirnya putus sekolah bahkan buta huruf.

“Karena itu, saya sebagai senior, minta kepada adik-adik, manfaatkan berkat dan kesempatan itu dengan kuliah sebaik-baiknya. Fokus kuliah dan selesai tepat waktu. Boleh kembangkan diri lewat organisasi dan kegiatan positif, tapi hindari hal-hal negatif, baik itu minuman keras, seks bebas, narkoba, judi online, atau suka ikut demo Papua Merdeka sampai telantarkan studi,” tegasnya.

Pria yang juga menjabat Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Provinsi Papua Pegunungan ini menilai, terjadi pergeseran karakter dan daya juang yang sangat timpang antara mahasiswa Papua sekarang dan mahasiswa Papua di era dahulu. Di tengah banyak kemudahan akses dan bantuan studi, mahasiswa Papua saat ini malah terlena, lupa diri, manja, mudah menyerah, dan bahkan bermental pengemis.

“Ini berbeda dengan kami dulu, juga senior-senior di atas kami yang saat ini sukses menduduki jabatan, baik di politik maupun birokrasi pemerintahan di Tanah Papua. Untuk dapat uang seribu saja, kami harus kerja bersihkan kebun orang, lamar cuci piring di warung, bahkan ada yang rela kerja sedot WC. Karena kami tak punya uang sama sekali untuk biayai kebutuhan. Sekarang? Adik-adik kita ini semuanya serba ada, tetapi prestasi dan dedikasinya malah sangat kurang,” tegasnya.

Yohanes menegaskan, mahasiswa Papua yang sedang studi dimana pun, baik di Papua, luar Papua bahkan di luar negeri untuk menjaga nama baik keluarga dan Tanah Papua. Stigma buruk tentang mahasiswa Papua harus dihapus.

“Kalian ini kelak yang akan menjadi pemimpin menggantikan kami. Jadi saya minta adik-adik mahasiswa, fokus belajar dan selesai tepat waktu,” tutup kandidiat Doktor Ilmu Pemerintahan Universitas Cenderawasih Jayapura ini. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box