Kepala Bapperida Provinsi Papua Pegunungan, Marthen Kogoya, SH,M.AP.

 

WAMENA (PB.COM)—Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Otonomi Khusus (Otsus) digelar Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Provinsi Papua Pegunungan, Selasa, 6 Mei 2025 di  Baliem Pilamo Hotel, Kota Wamena.

Giat Musrenbang yang menghadirkan para bupati dari 8 kabupaten dan para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) itu menjadi momen menarik. Tidak hanya karena dbaru  pertama digelar di era Gubernur Papua Pegunungan defenitif Dr. (HC) John Tabo, SE,M.BA, tetapi juga karena ada sosok baru yang memimpin Bapperida dan menyita para ASN setempat.

Dia adalah Marthen Kogoya, SH,M.AP. Sejak 30 April 2025, Marthen resmi menahkodai intansi perencanaan Papua Pegunungan ini setelah Gubernur John Tabo menyerahkan nota dinas kepadanya.

Pria kelahiran Kampung Konda, Kabupaten Tolikara, 6 Oktober 1977 dengan jabatan terakhir Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Papua ini adalah sosok pemimpin muda, visioner, energik, cekatan dan berkarakter.

“Saya percaya bahwa jabatan ini adalah amanah yang diberikan Tuhan kepada saya. Karena saya bukan siapa-siapa. Saya hanya anak kampung yang berusaha tekun untuk bekerja dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat,” ucap Marthen dengan penuh kerendahan hati kepada media ini suatu ketika.

Suami dari Maria Ima Goran yang kini telah dikaruniai enam orang anak ini, memulai karirnya menjadi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Tolikara sejak tahun 2004. Karirnya mulai menanjak sejak dipercayakan menjadi Kepala Seksi Kepemudaan pada Kantor Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tolikara pada Oktober 2006.

Kemudian pada Maret 2007 hingga Oktober 2009, ia naik jabatan menjadi Kepala Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Pariwisata Tolikara. Masih dengan jabatan yang setara, November 2009, Marthen dimutasi menjadi Kepala Bidang Sosial Budaya Pada Bappeda Kabupaten Tolikara.

Tahun 2011-2015, Marthen Kogoya dilantik dan menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian Umum pada Setda Kabupaten Tolikara. Sebuah pencapaian setingkat lebih tinggi. Pada April 2015, ia kemudian dimutasi menjadi Kepala Bagian Persidangan pada Setretariat Dewan DPRD Kabupaten Tolikara.

Berkat prestasi kerjanya, pada November 2016, ia dilantik menjadi pejabat eselon II menduduki jabatan sebagai Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tolikara. Jabatan ini diembannya selama empat tahun.

Pada Agustus 2020, Marthen tinggalkan Tolikara. Gubernur Papua Lukas Enembe memberi kepercayaan kepadanya sebagai Kepala Bidang Pengembangan Aparatur pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Papua. Hanya dalam rentang waktu satu tahun, ia pun diberi tanggung jawab menjadi Plt. Kepala BKD Papua pada Agustus 2021, lalu menjadi pejabat defenitif pada 5 Oktober 2021 di tempat yang sama.

Marthen memang cerdas. Ia layak mendapatkan jabatan ini. Ini terlihat dari sejumlah prestasi kerja yang diraihnya. Misalnya pada 2018, ia menyabet prestasi sebagai lulusan terbaik ke-2 Diklat Pengelolaan Keuangan Berbasis Aktual yang diselenggarakan oleh Badan Keuangan Kabupaten Tolikara. Penghargaan ini diberikan dari BPKP Perwakilan Papua. Selain itu, ia juga menerima Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun dari Presiden Republik Indonesia pada 2018.

“Dari kecil hingga kuliah, memang saya tanamkan diri untuk disiplin soal waktu. Karena bagi saya waktu adalah anugerah Tuhan yang harus kita manfaatkan untuk mengolah potensi diri kita atau bekerja,” tuturnya.

Sejak dipercayakan menjadi Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Papua pada 2020, awalnya, Marthen pun mengaku minder. Ia harus beradaptasi dengan rekan kerja dengan kemampuan intelektual dan public speaking yang bagus.

“Walaupun dulu sempat jadi Kabag Umum dan Sekwan, saya tetap merasa diri orang kampung dari Tolikara. Pengalaman untuk berbicara di forum publik sangat terbatas. Karena itu, saat jadi Kepala BKD, saya harus berlatih dan mengasah lebih dalam lagi karena akan turun ke daerah-daerah di 29 kabupaten/kota,” tuturnya.

Sejak 18 Oktober 2022 hingga 20 Februari 2025, ia dipercayakan Menter Dalam Negeri sebagai Penjabat Bupati Tolikara dengan sejumlah gebrakan brilian. Mulai dari pendekatannya dengan semua pihak untuk menjaga keamanan daerah sehingga sukses melaksanakan sejumlah agenda nasional seperti Pilpres, Pileg, dan Pilkada, kemudian mengatasi stunting dengan program inovasi bernama Sarapan Sehat Anak Sekolah (SARASEHANS), mampu membenahi keuangan daerah, meningkatkan infrastruktur jalan dan kesehatan, dan mendisiplinkan daerah.

“Setiap tugas yang diberikan harus saya laksanakan dengan penuh tanggung jawab dan disiplin, karena itu amanah,” tegasnya.

Luluas Universitas Putra Bangsa Surabaya ini mengaku, untuk melangkah hari ini, ada banyak kenangan pahit yang harus ia lewati. Bukan perkara mudah untuk memulai hidup baru dan kuliah di Surabaya. Rasa minder dan sikap rasis secara halus dialaminya. Itu terutama saat Marthen dan teman-temannya bertemu masyarakat yang berpendidikan rendah.

“Mereka rasa heran melihat kami dari Papua dengan warna kulit dan rambut yang berbeda. Itu sangat kami rasakan. Tetapi ini tidak kami persoalka, malah jadi motivasi saya untuk maju. Dan prinsip saya ialah selalu berbaur dengan siapa saja, bergaul lintas budaya, baik di kampus maupun lingkungan kos-kosan. Dari situ saya banyak belajar dari teman-teman dari daerah lain, baik Jawa, Sumatera, NTT dan Maluku,” akunya.

Marthen adalah anak sulung dari enam bersaudara. Ayah dan ibunya hanyalah petani sederhana di Tolikara. Di saat awal-awal kuliah, persoalan biaya hidup dan kuliahnya selama di Surabaya sangatlah berat. Komunikasi dengan orang tua melalui telp belum ada. Ketika itu, Tolikara masih bergabung di Kabupaten Jayawijaya. Belum ada akses jalan dari Wamena ke Karubaga. Hanya lewat pesawat kecil.

“Saya bergumul, saya bilang Tuhan, saya hidup dan kuliah di tempat yang jauh. Tolong buka jalan bagi saya agar bisa mendapatkan beasiswa. Dan saya bersyukur, Tuhan jawab doa saya. Mulai semester tiga, saya lolos selekasi untuk dapat beasiswa dari PT Freeport Indonesia sampai selesi, bahkan dapat tiket pulang ke Papua. Persyaratan nilai kuliah yang dimint Freeport IPK 3,10, sementara saya punya IPK 3,25,” kenang Marthen.

Marthen mengaku, kesuksesannya hari ini di dunia birokrasi juga termotivasi ketika ia  membaca kisah-kisah sukses tokoh dunia yang diidolakannya. Di antaranya, tokoh reformasi gereja yaitu Martin Luther King yang berjuang membela orang lemah dan HAM. Kemudian, di Indonesia ada Presiden Soekarno dengan nasionalismenya. Selain itu, Marthen juga hobby membaca kiat-kiat sukses menjadi pemimpin yang ditulisa Andrie Wongso dan Merry Riana.

“Tapi yang paling banyak saya baca itu Firman Tuhan dalam Alkitab sebagai pondasi atau dasar iman saya. Sebab menurut saya, sumber segala pengetahuan itu ada di Firman Tuhan. Buku-buku lain itu nomor dua,” ucapnya.

Selain itu, didikan ayahnya yang tidak berpendidikan itu menempanya menjadi lelaki sukses hari ini. Ayah dan ibu Marthen pun masih hidup dan menyaksikan kesuksesan dia dan adik-adiknya yang lain.

“Saya selalu ingat kata-kata bapak saya saat saya masih usia sekitar enam tahun. Saat itu saya malas sekolah. Bapak saya bilang begini, Marthen, kalau ko mau makan enak seperti guru pendatang yang makan nasi, kue? Kalau ko mau, ko harus pergi sekolah. Kalau tidak ko tinggal kerja kebun terus. Ko rajin sekolah supaya ko makan enak dan tidur di tempat yang bagus, dan bisa naik pesawat,” kenang Marthen.

Selamat bertugas di tempat baru untuk membangun Provinsi Papua Pegunungan dengan aneka terobosan dan inovasi. Tuhan memberkati! (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box