Bupati Kabupaten Merauke Frederick Gebze

JAYAPURA (PB) – Pemerintah Kabupaten Merauke saat ini tengah mengantisipasi kebakaran lahan di enam distrik, karena musim kemarau yang berkepanjangan.

Bupati Kabupaten Merauke Frederick Gebze kepada papuabangkit.com di Jayapura, menjelaskan, daerah yang titik apinya 100 lebih, menjadi perhatian pemerintah pusat dan juga kabupaten. Setidaknya ada enam distrik di wilayahnya yang merupakan daerah investasi yang diantisipasi mengalami pembakaran lahan.

Seperti di Distrik Muting, Uliling, Eligobel, Animha dan juga Distrik Okaba serta Distrik Kaptel yang berada di dekat Perusahaan Medco Grup, di mana ada hal yang menyebabkan titik – titip api. “Akan tetapi kami lebih berkonsentrasi di daerah Muting, Ulilin, Eligobel dan Sota atau daerah yang sering disingkat dengan nama Mulia,”ungkapnya.

Selaku kepala daerah, Frederick mengaku sering berkoordinasi dengan badan pengelola bencana daerah. Akan tetapi itu pemerintah harus di support untuk mengantisipasinya. “Memang kemarin saya  dari Sota itu di depan hutannya hijau. Akan tetapi  di belakang hutannya telah habis terbakar di areal Sota,” akunya.

Katanya, terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan di wilayahnya, ada beberapa hal. Pertama hutan di Merauke, ada sejenis alang – alang yang dapat memicu timbulnya api. Kedua, faktor manusia yang biasanya mencari hasil buruan seperti tikus tanah, dengan cara membakar lahan. Hal Ini yang bakal memicu alam maupun faktor manusia. Dua-dua erat hubungannya.

Ketiga, berkaitan juga ada kurang lebih 7-8 perusahaan. “Memang kami sangat ketat. Bahkan kami memang sudah sangat sering melakukan pertemuan. Sebagai ketua stakeholder Forum Investasi saya meminta perusahaan agar bertanggung jawab bagaimana mengendalikan kebakaran hutan, bagaimana reboisasi dan menjaga tempat – tempat sakral, serta melibatkan masyarakat. Partisipasi masyarakat paling penting adalah melindungi fauna dan habitat yang ada disana,” jelasnya.

Bentuk Satgaskarhutla

Menyangkut kebakaran hutan ini, kata Frederick, wilayah Selatan telah membentuk Satgas tugas penanggulangan Kebakaran Hutan (Satgaskarhutla), dengan Kapolres Merauke sebagai pelaksana dengan lembaga – lembaga terkait.

Ada beberapa hal yang dijumpainya  dan menemukan ada kelompok – kelompok tertentu yang membakar hutan. “Jadi di samping tiga faktor alam dan kemudian manusia serta kelompok – kelompok yang biasanya mereka mungkin tersinggung dengan perusahaan. Akan tetapi kalau perusahaan yang baru biasanya saya sangat ketat,” akunya.

Seraya memberikan informasi kurang lebih 485 ribu hektar telah diselamatkannya selaku pemimpin daerah,  dengan menahan 11 perusahaan untuk tidak boleh buka ijin lagi. “Kita sedang menyurati ke perusahaannya. Kalau dia tidak bisa hidupkan lebih baik kita cabut ijinnya. Dengan harapan lahan sebesar ini bila dapat dikendalikan. Mudah – mudahan titik api dapat dikendalikan,” harapnya.

Lanjutnya, titik api ini, karena sudah menggunakan citra satelit,  sehingga kalau dilihat ada titik api, mau tidak mau pihaknya perlu mendata dengan baik. “Karena ini pernah di Istana Negara, sewaktu disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup memang saya bupati memprotes dan mempertanyakan waktu itu, setelah dua tahun ini, ternyata kita hanya 6 titik akan tetapi dibilang 70 titik. Dari menteri katakan itu adalah citra satelit jadi kita juga tidak bisa bantah,” ucapnya.

Untuk itu pihaknya mempunyai upaya dengan melibatkan kepala distrik yang  melakukan sosialisasi dan koordinasi bersama masyarakat. Selain itu juga Satgaskarhutlah  perlu berkoordinasi dengan badan penanggulangan bencana daerah.

Selain itu juga untuk mengantisipasi kebakaran hutan maka perlu didukung dengan peralatan yang memadai. Dengan badan pengelolaan bencana itu.pemerintah kabupaten selalu koordinasi. Supaya bila ada kebakaran hutan yang tinggi, bisa mengirim bantuan. Seperti  hellykopter atau ada hal – hal yang bisa memadamkan kebakaran itu. “Dari sisi itu kami  Pemkab Merauke sedang menggalakkan sosialisasi pencegahan,” tutupnya. (YMF/Ed-Fri)

Facebook Comments Box