JAYAPURA (PB) – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Aloysius Giyai mengklaim pelayanan respon emergency secara cepat di mana petugas medisnya melakuan kunjungan mobile ke rumah – rumah warga hingga ke pelosok, tidak berbenturan dengan program Satgas Kaki Telanjang yang digagas Dinkes Pemprov Papua.
Menjawab pertanyaan media ini, Aloysius menjelaskan jumlah petugas Satgas Kaki Telanjang sangat sedikit. “Kaki telanjang kan cuma sedikit. Kan mereka hanya ditaruhkan sebagai pilot project percontohan. Itu menjadi percontohan buat kabupaten, agar mereka membuat membuat seperti yang provinsi buat. Keberadaan Satgas Kaki Telanjang hanyalah ransangan saja,” jelasnya, akhir pekan kemarin di salah satu hotel di Jayapura.
Pilot Project inilah yang nanti akan diterapkan di kabupaten/kota. “Terserah kabupaten mereka mau kasih nama apa terserah. Tetapi kegiatannya mobile,”selanya. Ia memberikan contoh seperti di Kabupaten Mimika memberikan nama Mimika Safety Mimika Sehat.
Kemudian di Pegunungan Bintang memberikan nama Tim Perubahan Kesehatan. Sedangkan di Kab. Jayawijaya masih meniru seperti yang dibuat provinsi yakni Tim Satgas Kaki Telanjang. “Mereka bulan lalu baru kami lepas oleh Wakil Bupati,” tuturnya.
Dirinya menegaskan semua kabupaten wajib membentuk pelayanan respon emergency secara cepat dan paling lambat tahun 2018 semua sudah terbentuk. Pasalnya saat ini untuk Program Kaki Telanjang yang lebih difokuskan pada wilayah Pegunungan Papua, satu kabupaten hanya mendapat dua tim saja. “Kalau hanya dua tim tidak menjangkau semua Puskesmas untuk wilayah pelayanan,” tuturnya.
Kabupaten Rapor Merah Wajib
Pada kesempatan itu, Giay menegaskan kabupaten berapor merah wajib membentuk Pelayanan Respon Emergency Secara Cepat. Saat ini untuk pelayanan mobile ini 10 kabupaten sudah terbentuk dimana sebagian diantarnnya adalah kabupaten yang memiliki rapor merah dalam bidang kesehatan. 10 kabupaten yang sudah memiliki tenaga kesehatan lokal sistem mobile itu diantaranya Pegunungan Bintang, Puncak, Timika, Lanny Jaya, Yalimo, Jayawijaya, Kabupaten Jayapura, Yapen, Waropen, Paniai.
“Tenaga kesehatan lokal ini dengan percontohannya Satgas Kaki Telanjang yang sudah kami lakukan selama tiga tahun berturut – turut,” jelasnya seraya menambahkan satu tim ini minimal 6 – 8 orang tenaga medis.
Dirinya berestimasi jika 200 orang diturunkan untuk 1 kabupaten, maka semua Puskesmas sudah bisa dijangkau. “Hanya saja untuk tenaga dokternya susah didapat. Makanya profesi dokter susah, dokter gigi susah. Terkadang farmasinya susah. Akhirnya tenaga medisnya hanya 6 yakni perawat, bidan, Eslin, Promkes, Ahli gizi dan analis. Jadi kadang – kadang ada tim yang 6 orang. Ada 7 orang. Kalau lengkap 8 orang,” tutupnya. (YMF/Ed-Fri)