Data Perkembangan Kasus Covid di Provinsi Papua per Kamis, 16 April 2020.

JAYAPURA (PB.COM)—Angka kasus Covid-19 di Provinsi Papua dari hari ke hari terus meningkat tajam. Berdasarkan data yang dikeluarkan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua per Kamis (16/04/2020), jumlah orang yang positif terpapar Covid-19 di Provinsi Papua sebanyak 80 orang, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 100 orang, dan terdapat 3.545 Orang Dalam Pemantauan (ODP)?

Hal ini tentu saja meresahkan masyarakat. Sebab, sudah tiga pekan, akses udara, laut, dan darat untuk keluar masuk Papua sudah ditutup total. Lalu apa yang menyebabkan angka kasus Covid-19 terus bergerak naik?

Dosen Epidemiologi pada FK Uncen Jayapura, dr. Eka Fatem, M.Epid.

Menurut Dosen Epidemiologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih (FK Uncen) Jayapura, dr. Eka Fatem, M.Epid, untuk mengendalikan wabah ini, terutama mempercepat pemutusan mata rantai penularan, pertama-tama ia menyarankan perlunya dilakukan Screening Massal, bagi seluruh penduduk Papua, terutama di 6 wilayah sebaran terbanyak, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, Merauke, Keerom, dan Sarmi.

“Ini adalah moment berharga bagi kita di Papua untuk lakukan screening massal. Di saat bandara dan pelabuhan ditutup, tidak ada pergerakan orang keluar masuk, Rapid Test Diagnostic (RDT) seharusnya diujikan kepada seluruh masyarakat Papua. Guna “membaca” immunoglobulin yang berhubungan (terbentuk setelah terpapar) dengan Covid-19. Dengan RDT, kita bukan saja menyaring Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) saja, namun dapat sekaligus “menangkap” Orang Tanpa Gejala (OTG) yang justru menjadi carrier atau pembawa virus,” kata Eka dalam rilis yang diterima papuabangkit.com, Kamis (16/04/2020).

Hanya saja, kata Eka,  kendala saat ini adalah permintaan pasar terhadap alat RDT membludak, dimana produksi tidak sebanyak permintaan. Hingga saat ini, Indonesia masih mengimpor RDT dari China. Tentu saja, melakukan test pada dua juta lebih penduduk agak sulit.

“Kedua, jika memang screening massal belum dapat dilaksanakan, maka Satgas Covid Papua harus memikirkan opsi lain yaitu Mempublikasaikan Data Pasien dan Sebaran Kasus Covid di Papua Kepada Masyarakat. Walaupun hal ini mendapat pro dan kontra dari berbagai pihak, karena tidak sesuai dengan kode etik kedokteran. Namun saat ini kita tengah mengalami pandemik, yang butuh kerjasama dari berbagai pihak, tidak terkecuali masyarakat,” tegasnya.

Eka menjelaskan, data pasien itu tidak perlu mencantumkan nama lengkap si pasien, namun dapat berupa inisial saja. Yang terpenting sebenarnya alamat tempat tinggal, itupun bukan alamat lengkap. Melainkan, cukup mencantumkan nama jalan atau kompleks tempat tinggal pasien. Karena dengan hal ini, masyarakat sebagai garda terdepan dalam memutus rantai penyebaran Covid-19, dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran diri. Bahwa saat ini kita tidak sedang baik-baik saja

Eka yang adalah lulusan Fakultan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini memahami, bahwa secara ilmu epidemiologi, peningkatan jumlah kasus di Papua ini adalah hal wajar. Sebab, rata-rata penderita baru mulai menunjukkan gejala sekarang. Seperti masa inkubasi Covid-19 bervariasi, antara 2-14 hari bahkan ada yang sampai 28 hari.

“Jadi orang yang positif corona, pada masa inkubasi ini sudah dapat menularkan virus  ke orang lain di sekitarnya, tanpa dia tahu bahwa sebenarnya dia positif (Carrier/asymptomatic),” katanya.

Ia menambahkan, justru Carrier dalam diri Orang Tanpa Gejala (OTG) adalah yang paling sulit dalam pengendalian, pelacakan, dan diagnosis. Sebab mereka tidak merasa sedang sakit, sehingga berperilaku seperti orang sehat. Mereka kerap keluar rumah tanpa masker, aktivitas di luar rumah seperti biasa, budaya berkumpul, tidak melakukan isolasi diri, dan sebagainya.

“Bahayanya, ketika secara tidak sengaja menularkan kepada orang lain, terutama orang yang berisiko dengan status imun tubuh yang lemah, penyakit penyerta seperti kencing manis, darah tinggi, penyakit jantung, penyakit infeksi lain, usia lanjut, dan sebagainya, ini yang kita kuatirkan,” tuturnya. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box