*Dr. Robby Kayame, SKM, MKes, **Dr. dr.Arry Pongtiku, MHM

*** Elianus Tabuni, Mgr,MS

 

PENANGANAN Covid-19 di Papua harus bisa terukur. Kita masih bisa mengukur  kemajuannya  dengan menggunakan indikator proses, yaitu dengan melihat usaha atau kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan untuk memutuskan rantai penularan Covid-19. Pengalaman  dituangkan  dalam tulisan ini.

Penularan Covid-19 begitu cepat, virus lewat percikan air liur atau droplet. Virus hanya dapat hidup pada manusia dan mempunyai kemampuan bertahan  hidup di udara, tanah dan benda-benda yang bersentuhan dalam waktu beberapa jam. Orang yang lanjut usia dan orang dengan penyakit kronis seperti kencing manis/diabetes, penyakit paru, jantung dan gangguan imunitas HIV/AIDS, kanker,kurang gizi dilaporkan  mempunyai angka kematian lebih tinggi. Sosial budaya yang tinggi di Papua suka berkumpul, berjabat tangan  bisa menjadi faktor resiko.

Ferguson dkk (Maret, 2020) menyatakan bahwa virus Covid menggandakan dirinya tanpa intervensi sangat cepat seperti deret ukur. Virus ini bermultiplikasi 1,2,4,8,16 dengan ratio 2 atau   selama 4 hari virus dapat menginfeksi baru sebanyak 16 orang seperti gambar di atas, kalau kita coba membuat rumus matematika sama dengan 2 pangkat n atau 2 .  Jika kita menghitung dengan jumlah hari (n) sejak dilaporkan kasus positif di Papua, betapa tingginya angka tersebut, bukan? Ini artinya dalam penanganan wabah Covid-19 membutuhkan kecepatan kerja (speed) yang tinggi.

Untungnya Pemerintah Provinsi bersama Forkopimda Papua mengambil langkah cepat melakukan penutupan bandara dan pelabuhan, dimana diketahui kasus-kasus itu terbawa  dari penumpang yang datang daerah endemis. Dari permodelan itu, angka ini tentunya sudah berkurang dengan dilakukan intervensi-intervensi seperti Social Distancing (menjaga untuk orang tidak berkumpul), Physical Distancing (jaga jarak satu orang dengan yang lain), Hygiene (jaga kebersihan: mencuci tangan, mengganti baju setelah bepergian, mandi, serta menjaga stamina dengan makan bergizi dan olah raga) dan menggunakan masker (wajib menggunakan masker jika keluar rumah, berbelanja ke toko, pasar). Masker atau penutup mulut dan hidung dapat dibuat dari kain atau materi lainnya yang bersih.

Hal penting lain adalah informasi edukatif. Promosi Kesehatan lewat media sosial, RRI dan TVRI serta media online telah terus dilakukan. Memberikan informasi yang benar dan mengedukasi masyarakat sangat dibutuhkan. Masyarakat harus memahami masalah Covid-19 adalah masalah kita Bersama. Barack Obama, mantan presiden Amerika Serikat mengatakan bahwa  merebak luas Covid-19 di negeri Paman Sam tersebut salah satunya karena informasi yang tidak tepat (misinformation) yang diterima oleh masyarakat.

Beberapa model  intervensi dalam penanggulangan Covid-19 oleh  Iwan Ariawan dkk (Maret 2020) mengatakan: penemuan kasus dalam pelayanan rutin,  Contact tracing, isolasi mandiri  dianggap sebagai  intervensi biasa. Dengan penyebaran virus yang cepat ada beberapa intervensi tambahan yaitu

Intervensi Ringan: Jaga jarak sosial sukarela, membatasi kerumunan massa.

Intervensi Moderat: tes massal (Rapid Test) dengan cakupan yang rendah, mengharuskan jaga jarak sosial (penutupan sekolah dan bisnis)

Intervensi Tinggi Di Masyarakat: tes massal  dengan cakupan tinggi dan mewajibkan jaga jarak sosial.

Bagaimana Situasi  Papua Dan Kabupaten Kota Saat Ini

Papua melaporkan 2 kasus Covid-19 pertama pada tanggal 22 Maret 2020. Pada tanggal 26 Maret 2020, dalam posisi Siaga Darurat Covid-19, Pemprov Papua melakukan penutupan bandara dan pelabuhan bagi penerbangan dan kapal penumpang yang menuju dan ke luar Papua. Selanjutnya, dengan bertambahnya  kasus serta  adanya penularan setempat (local transmission) dan kematian, maka ditingkatkan menjadi Tanggap Darurat pada tanggal 6 April 2020.

Hingga 17 April 2020, dilaporkan  pasien positif Covid-19 kumulatif di Provinsi Papua sebanyak 89 orang, dimana 63 orang sedang dalam perawatan, 19 orang sembuh, dan 7 orang dan meninggal. Pasien Dalam pengawasan (PDP) sebanyak 101  orang, dan terdapat 3.532 Orang Dalam Pemantauan (ODP). Daerah yang terjangkit adalah Merauke, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, Sarmi, Keerom, Jayawijaya, Mamberamo Tengah dan Nabire.

Perlu diingat bahwa angka positif akan terus bertambah karena merupakan data kumulatif. Pasien Positif dalam perawatan dan PDP adalah pasien yang berada di rumah sakit dan diperlakukan sebagai pasien covid-19 dengan pengobatan dan isolasi.

Pada grafik garis dapat dijelaskan bahwa penemuan kasus baru  positif Covid-19, bergerak lambat dari  tanggal 22 Maret hingga 5 April 2020. Kemudian, bergerak naik sejak 6 April 2020 hingga kini. Kita dapat melihat kejadian  kasus baru per hari lewat diagram batang. Peningkatan kasus terjadi karena pencarian kasus aktif lewat penelusuran kontak dan penggunaan rapid test. Penggunaan rapid test harus lebih banyak dilakukan untuk dapat mendeteksi dengan cepat, memilahnya dan langsung dikonfirmasi dengan Polimerase Chain Reaction (PCR) di Litbangkes Papua.

Kasus Positif dengan PCR inilah yang diakui sebagai penanggungjawab menularnya virus  Covid-19. Pemakaian tes cepat atau Rapid Diagnostic Test (RDT) di Papua masih belum banyak, walau sudah didistribusikan ke kabupaten kota. Dari 2.911 orang yang dites RDT, terdapat  117 positif.

RDT harusnya juga dilakukan oleh petugas surveilance dan puskesmas, bukan di rumah sakit. Dengan situasi penerbangan yang ditutup, sehingga konfirmasi dari RDT ke PCR  memerlukan waktu ke Jayapura. Oleh karenanya, Dinas Kesehatan Provinsi akan mendirikan satu laboratorium PCR  yang ditempatkan di Mimika untuk melayani daerah pegunungan dan sekitarnya.

Pengangkutan petugas kesehatan, pengiriman obat  dan sampel dilakukan lewat mitra penerbangan swasta dan misionaris. Pembelian RDT untuk tes cepat harus dengan kualitas yang baik yaitu sensitivitas dan spesifisitasnya tinggi di atas 95%.  Kesediaan RDT di pasaran saat ini termasuk langka dan harganya cukup mahal. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/kota akan mengadakan Rapid Test dan mendirikan posko sehingga orang dapat melakukan test secara sukarela ,terutama orang yang berasal dari tempat-tempat yang dilaporkan kasus positif.

Data lain memperlihatkan kasus Covid-19 berdasarkan jenis kelamin tidak terlalu jauh beda, dimana  perempuan 46% sedangkan laki-laki 54%. Kemungkinan, laki-laki terkena karena mobilitasnya tinggi dan laki-laki lebih mudah mengakses pelayanan kesehatan dibandingkan perempuan.

Kasus Covid-19 lebih banyak mengena orang Non Papua 96% dan Papua 4%. Walau data menunjukkan orang Papua hanya 4%, kita harus melihat budaya orang Papua tentang konsep sakit. Bagi orang Papua, disebut sakit kalau sudah tidak bisa makan, tidak bisa jalan. Oleh karena itu, tim harus mencari kasus-kasus yang mangkir/tersembunyi di rumah. Sebagian besar kasus  berada di usia 50-59 tahun (30%) sedangkan paling kecil adalah anak-anak <1%.

Berdasarkan model yang disebutkan di atas  dapat dikatakan:Papua saat ini masih melakukan intervensi dalam skala moderat yaitu menemukan kasus, melakukan pelacakan, dan melakukan RDT terbatas disertai social distancing dengan meliburkan sekolah menutup rumah ibadah.

 

Bagaimana Caranya Agar Papua  Lebih Cepat Bebas Covid-19?

WHO menganjurkan 4 hal yang masuk dalam low cost intervention, dengan biaya tidak mahal tapi dapat memerangi Covid-19 cukup efektif yaitu Social Distancing, Physical distancing, Hygiene dan pemakaian masker penutup hidung dan mulut. Apakah hal-hal ini sudah ditaati oleh masyarakat?  Hal ketaatan ini harus dimulai dari diri kita sendiri dengan menjalankan hastag: Sa Jaga Ko, Ko Jaga Sa, Kitorang Pasti Selamat. Masyarakat sebagai garda terdepan dan petugas kesehatan di rumah sakit adalah garda terakhir.

Untuk lebih mempercepat harus dilakukan intervensi tinggi yaitu pemeriksaan massal (Wajib periksa dengan  RDT) dan wajib menjaga jarak sosial. Di beberapa negara, masyarakat yang masih tidak mengindahkan larangan berkumpul, bisa mendapatkan sanksi hukum.

Kenyataan di Papua, masyarakat tampaknya belum tertib, seperti aktivitas di pasar-pasar. Mereka masih berjubel-jubel membeli sembako. Pembongkaran kapal yang datang di pelabuhan Jayapura masih sangat ramai. Apakah kita bisa menjaga jarak dan memakai masker? Semua ini masih perlu ditertibkan.

Kemudian, kebijakan wajib periksa Covid-19 di Provinsi Papua, telah dimulai dari pemeriksaan Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Pimpinan Agama dan Adat harus diperiksa, hal ini juga memberikan contoh dan mengurangi stigma dan rasa takut bagi masyarakat.

Angka kasus positif harus ditemukan sebanyak-banyaknya untuk memutuskan rantai penularan. Pada saat yang sama, kita lakukan pemeriksaaan RDT dan PCR sebanyak-banyaknya dalam waktu 4 minggu ke depan. Angka positif dapat berasal dari skrining ODP dan perawatan PDP yang tinggi. Kasus-kasus positif  per hari trendnya dilihat akan naik  dan suatu saat akan berkurang hingga benar-benar tidak ada kasus baru seperti Prospective Model di bawah ini.

Angka kesembuhan akan terus naik menggantikannya. Penggunaan RDT dan laporan dari masyarakat atau datang secara sukarela untuk diperiksa merupakan cara menemukan kasus dini. Penemuan kasus positif yang ringan akan di isolasi di rumah atau tempat penginapan yang di sewa pemerintah. Sementara yang sakit sedang dan berat dirawat dan di isolasi di rumah sakit. Penyebaran kasus Covid-19 cepat dan unik, beberapa negara melaporkan  mengalami puncaknyanya pada hari ke 40 dan menurun pada hari ke 70.

Kita mengedepankan usaha-usaha pencegahan lain adalah menjaga hidup sehat, seperti makan bergizi seimbang termasuk buah dan sayur, tidur yang cukup, konsumsi  vitamin terutama yang mengandung vitamin C. Juga minum jamu-jamuan seperti rebusan jahe, kunyit dan gula merah.

Di Papua, masyarakat juga mempraktekkan ukup (daun daunan yang direbus, dicampur minyak kayu putih ditutup dan uapnya dihirup). Hal ini berasumsi bahwa virus Corona tidak dapat hidup diudara  yang panas atau suhu > 26 derajat celcius, kumur-kumur dengan daun sirih (anti septik). Selain itu daun pepaya, buah merah merupakan makanan/suplemen yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Buah jambu biji, jeruk dan  manggis juga mempunyai kandungan vitamin yang tinggi.

Laporan di Wuhan, pengobatan tradisional China , banyak ramuan akar-akaran (radix) dan rempah-rempah dilaporkan dapat mengobati Covid-19. Obat yang dianjurkan pemerintah jika telah positif Covid-19 adalah segera memberikan Chloroquine sebagai obat anti radang. Masuknya virus corona dapat mengacaukan sistem imunitas yaitu terjadinya badai cytokine sehingga menimbulkan peradangan hebat ke paru-paru (pneumonia), jantung dan organ lainnya. Obat membunuh virus itu sendiri adalah Osetamivir. Imunitas yang turun pada infeksi virus dapat menyebabkan infeksi sekunder yang kita obati dengan Azithromicin.

Penemuan kasus dini memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Jika sudah sesak nafas dengan sakit berat dan menggunakan ventilator angka kematian kasus Covid-19 meningkat. Penyakit Covid-19 adalah penyakit virus yang dapat sembuh sendiri jika imunitas kita baik (self limited disease) . WHO menyatakan 80% kasus Covid dapat sembuh tanpa mendapatkan penanganan khusus.

Masalah Covid-19 Adalah Masalah Kita Bersama

Saat ini, segenap masyarakat dan stakeholder terkait harus bisa mengambil perannya untuk mengatasi Covid di Papua: siapa, berbuat apa. Kita tidak bisa tinggal diam. Pihak BNPB, polisi dan tentara mengawal anjuran yang dicanangkan pemerintah agar benar-benar dilaksanakan oleh masyarakat. Suplai logistik kesehatan termasuk di dalamnya obat dan Alat Pelindung Diri(APD) dipantau oleh stakeholder terkait.

Dinas kesehatan merekrut dokter dan para medis untuk menjadi relawan guna membantu kegiatan di lapangan. Universitas Cenderawasih dan lembaga pendidikan lainnya terlibat dalam mencari solusi pemutusan rantai penularan. Lebih jauh dampak akibat Covid-19 seperti ekonomi, bantuan sembako perlu diperhatikan. Anak sekolah/mahasiswa dan kantor dapat melakukan pertemuan dan ujian lewat online/zoom.

Masih banyak kasus dimana orang dengan Covid-19, dijauhi masyarakat dan mendapat perlakuan yang kurang pantas. Ada pasien yang lari dari rumah sakit. Juga ada orang-orang yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19 takut dan menyembunyikan diri.

Petugas puskesmas dan surveilan harus lebih proaktif lagi mencari kasus-kasus tersembunyi. Tokoh agama (Gereja dan Muslim) dan tokoh adat menghimbau masyarakat yang sakit untuk memeriksakan diri di puskesmas atau fasilitas kesehatan masyarakat. Himbauan untuk tidak memberi stigma buruk bagi penderita Covid-19 dan keluarganya harusnya diikuti. Mitra juga mengambil perannya seperti Unicef, Gapai membantu dalam promosi kesehatan dan memberikan edukasi kepada masyarakat.

Puskesmas dan rumah sakit diharapkan bisa memberikan pelayanan seperti biasa dengan tetap mengatur jarak satu pasien dengan pasien yang lain. Untuk mengurangi ketakutan dan kepanikan yang terjadi di tengah masyarakat diperlukan  informasi yang benar. Kita perlu mengedukasi masyarakat terus menerus. TVRI, RRI dan wartawan melakukannya. Berolahraga ringan atau berkebun adalah cara-cara sederhana mengurangi stres.  Doa-doa terus dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Supaya badai Covid-19 segera berlalu dari Bumi Cenderawasih.

 *Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua

**Dinkes Papua, mengajar di FKM/Kedokteran Uncen

*** Dinkes Papua, Epidemiolog, Lulusan St.Elizabeth University (Praha,Cekoslavakia)

 

 

Facebook Comments Box