Oleh *Dr. Robby Kayame,SKM, Mkes ** Dr.dr. Arry Pongtiku,MHM ***Elianus Tabuni,Mgr,MSc **** Arief Rahman,SKM
CORONA VIRUS DISEASE atau Covid-19 sungguh seram! Wabah ini telah menginfeksi lebih dari 213 negara dan mengakibatkan jumlah orang terinfeksi sudah sebanyak 4.609.797 jiwa, dimana 2.559.445 orang masih dalam perwatan, meninggal 307.533 orang, dan sembuh 1.742.819. Dari sejumlah pasien masih dirawat, yang sakit berat sebanyak 45,021 (1,6%). Jumlah kasus dan kematian tertinggi akibat Covid-19 terjadi di negara Amerika Serikat, Spanyol, Rusia, Inggris, Italia dan Brazil. Pasien kondisi ringan (98%) banyak ditemukan. Artinya, saat ini dunia sudah menemukan penyakit Covid-19 lebih cepat sehingga kurang yang mengalami sakit berat atau komplikasi.
Indonesia menduduki urutan ke 34 jumlah kasus Covid-19 di dunia. Kasus terkonfirmasi positif Corona di Indonesia kini telah mencapai angka 16,496 pasien, dimana angka kesembuhan terus bertambah 3.803 orang dan meninggal terkonfirmasi positif virus corona adalah sebesar 1.076 orang (Worldometer, 15 Mei 2020).
Sayangnya, di Indonesia, angka kematian Covid-19 tertinggi di antara negara Asia Tenggara (ASEAN). Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan pencegahan yang lebih agresif sehingga kita dapat memutuskan rantai penularan dan menemukan kasus-kasus Covid-19 dengan gejala ringan atau kasus dini.
Tulisan ini akan membicarakan penanganan kasus Covid-19 di tanah Papua khususnya kabupaten Merauke yang trendnya baik dan upaya percepatan dengan mengutamakan tindakan pencegahan.
Situasi Covid-19 di Provinsi Papua
Hingga tanggal 16 Mei 2020, jumlah kumulatif kasus Covid-19 adalah 362 orang. Dari jumlah tersebut, yang masih dalam perawatan 266 orang (73%), sembuh 89 orang (25%) dan meninggal 7 orang orang (2%). Penanggulangan Covid-19 di Papua sudah kurang lebih 2 bulan. Kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan di kabupaten Merauke pada tanggal 22 Maret 2020. Ke-29 kabupaten/kota pun telah mempunyai Posko Covid-19 dan melaporkan dengan aktif. Ada 12 kabupaten /kota yang telah terpapar virus Corona ini sebagaimana dalam Gambar 1 di bawah ini.
Permasalahan atau beban Covid-19 di kabupaten Kota dapat dilihat dengan cepat dengan menghitung Point Prevalence Rate (PR) yaitu Jumlah kasus yang dirawat atau masih tercatat dibagi dengan jumlah penduduk dikalikan 100.000 populasi atau PR=Jumlah kasus dirawat/jumlah penduduk x 100,000.
Saat ini, di Papua angka PR teritnggi berada di Kabupaten Mimika, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Biak dan Nabire. Sedangkan angka PR signifikan turun adalah kabupaten Merauke. Angka Prevalensi sangat dipengaruhi keaktifan pencarian kasus, jumlah penduduk dan jumlah kasus yang sembuh. Makin aktif kita mencari kemungkinan mendapatkan kasus-kasus yang tersembunyi lebih banyak.
Ada 45 Rumah Sakit di Papua dan 16 menjadi Rumah Sakit Rujukan Covid. RSUD Abepura menjadi RS Darurat untuk penanganan Covid-19 untuk kasus ringan dan sedang. Untuk kasus berat diserahkan ke RSUD Jayapura.
Pemerintah Provinsi Papua telah mendistribusi dan Rapid Test sebanyak 41840 buah sebagian besar telah digunakan dan juga akan membeli lagi sekitar 35.000 sebagai respon kebijakan pemeriksaan masif (wajib periksa). Ada beberapa kabupaten telah mengadakan Rapid Test sendiri. Per tanggal 16 Mei 2020, jumlah Rapid Test yang sudah kita lakukan di seluruh Provinsi Papua adalah sebanyak 20.243 test.
Rapid Test adalah alat deteksi cepat yang digunakan dalam survei untuk melihat apakah di suatu wilayah atau penduduk telah terpapar virus Corona. Kasus Rapid Positif kemudian dilanjutkan pemeriksaan PCR (Polimerase Chain Reaction ) untuk diagnosis pasti yaitu melihat penanda virus yang hidup . Kasus positif PCR inilah yang bertanggungjawab terhadap penularan Covid-19 di wilayah tersebut. Menemukan kasus Positif, mengisolasikan dan mengobatinya sampai sembuh adalah konsep pencegahan utama, karena tidak dapat menularkan lagi ke orang lain.
Pengamatan data di Papua menunjukkan dari sejumlah penduduk yang dilakukan Rapid Test, terdapat 4-5% positif . Jika kemudian dilanjutkan pemeriksaan PCR sekitar 20% yang konfirmasi positif Covid-19. Kasus Rapid positif dan dirawat karena ada gejala Covid-19 yang disebut PDP (Pasien Dalam Pengawasan) apabila dikonfirmasi ke PCR akan positif sebanyak 60%. Saat ini Papua terus melaksanakan kegiatan pencarian kasus aktif sehingga hal menggembirakan banyak kasus Covid-19 ditemukan dalam keadaan dini yaitu tidak ada gejala atau hanya gejala ringan saja. Menemukan kasus positif Covid-19 sebanyak-banyak adalah hal utama untuk memutuskan rantai penularan.
Untuk mendukung pemeriksaan, saat ini mesin PCR telah aktif di Litbangkes dan Labkesda Jayapura, Rumah Sakit Kuala Kencana-Freeport Mimika, RS Serui-Yapen. Beberapa mesin TCM (test Cepat Mikroskopik) akan diaktifkan ke depan yaitu Merauke, Nabire, Wamena,Biak dan Paniai. Papua mempunyai 13 mesin TCM yang biasa digunakan untuk test resistensi TB akan dipakai untuk deteksi Covid-19 dengan menggantikan cartridge.
Trend Kasus Covid-19 Yang Diharapkan
Kasus Covid-19 terus meningkat dari waktu ke waktu, diiringi dengan meningkatnya pemeriksaan Rapid Test masif, pemeriksaan PCR, serta meningkatnya pasien ODP dan PDP. Ada dua (2) cara melihat Trend penanda baik. Pertama, Trend Kasus Positif Kumulatif Covid-19 yang terus naik dan suatu saat berhenti dan lurus ke kanan. Kedua, Trend Kasus Baru Covid-19 yang akan berbentuk seperti lonceng .
Kami hanya fokuskan pada cara pertama Trend Positif Kumulatif. Pada gambar 2 di bawah ini adalah gambaran trend kasus Papua yang diharapkan yaitu menaik dan kemudian mendatar ke kanan yang menandakan tidak ada kasus baru.
Kita harus bisa menjamin bahwa daerah tersebut bebas atau tidak menjadi masalah kesehatan Covid-19, dengan memeriksa sebanyak mungkin penduduk dan konfirmasi PCR yang hasilnya banyak negatif. Pasien Positif Kumulatif di Papua pertanggal 15 Mei 2020 sebanyak 343 kasus.
Trend Kasus Covid-19 di Merauke dan Daerah Bebas Covid-19
Di Provinsi Papua, saat ini ada 12 kabupaten/kota yang telah terpapar Covid-19. Sedangkan 17 kabupaten lainnya masih bebas Covid-19. Kita terus menjaga agar kabupaten yang yang masih bebas tetap bebas dengan menutup akses ke daerah tersebut. Selain itu, pengamatan kita (surveilans) dengan secara rutin melakukan pemeriksaan Rapid Test dan konfirmasi PCR untuk memastikan bahwa daerah atau penduduk belum terinfeksi.
Kita dapat survey tempat-tempat atau orang yang beresiko tinggi seperti pasar, tukang ojek/sopir, tukang sayur, tukang cukur, petugas kesehatan, daerah sekitar puskesmas atau rumah sakit, daerah yang padat/lokasi ramai, asrama, orang dengan penyakit penyerta lainnya bahkan lembaga permasyarakatan. Orang dengan gangguan pernapasan atau gejala flu ( Influenza Like Illness) dipantau dan ditest.
Dari data yang ada, dapat dikatakan bahwa Merauke menunjukkan hal yang menggembirakan bahwa Covid-19 dalam situasi telah terkendali. Dalam grafik di bawah ini, Merauke mengalami 3 kali grafik naik dan mendatar ke kanan. Sudah 16 hari tidak ada kasus baru lagi.
Di Merauke, kita bisa melihat ODP/PDP semua diperiksa, dan dari pasien positif semua kontaknya dilacak (tracing). Tentunya penerapan dan partisipasi masyarakat yang tinggi dalam melakukan tindakan pencegahan yaitu Social Distancing (tidak berkumpul atau tinggal di rumah), Physical Distancing (jaga jarak), Wajib Masker, menjaga kebersihan (hygiene) dan gizi serta olah raga.
Merauke harus terus mempertahankan pencapaian ini dan menjaga pintu masuk (karatina). Kabupaten lain yang sangat aktif mencari dan menemukan kasus seperti Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura akan segera mengikuti Kabupaten Merauke, apabila terus didukung partisipasi penuh masyarakat dan lintas sektor terkait dalam mengikuti protokol kesehatan dan himbauan pemerintah.
Usaha Pencegahan dan Dampak Covid-19
Mengedepankan usaha-usaha pencegahan adalah keputusan bijak karena biaya perawatan Covid-19 di rumah sakit, melakukan pemeriksaan laboratorium bahkan jika mengalami sakit berat sangatlah mahal. Kita perlu berusaha untuk bisa mempercepat pengendalian Covid-19 di Papua sehingga Covid-19 bisa segera berakhir. Dampak ekonomi sudah semakin terasa. Daerah yang tergantung sektor jasa dan perdagangan seperti Kota Jayapura, banyak pegawai tidak berkantor (work from home), bandara udara dan pelabuhan laut ditutup sehingga buruh tidak bekerja, bahkan penggadain kian ramai. Sementara, anak-anak tidak ke sekolah, banyak pelajaran harus belajar on line, dimana tidak semua mempunyai computer dan dapat mengakses internet.
Social cost yang hilang seperti kita kehilangan kesempatan bersilahturahmi dan tidak dapat melakukan ibadah bersama. Bahkan, tidak jarang banyak orang yang stress. Badan Kesehatan Se-dunia (WHO) menganjurkan kiat-kiat yang murah dan jitu yang disebut low cost intervention strategies yaitu Social Distancing (tidak berkumpul/tinggal di rumah), Physical Distancing (jaga jarak), Hygiene (cuci tangan) dan wajib masker. Pertanyaannya, apakah ini sudah dilakukan masyarakat di Papua dengan benar? Apakah kita cukup displin?
Physical distancing, misalnya. Kadang sulit kita hindari ketika di pasar atau ke mall . Oleh karena itu, kita perlu wajib menggunakan masker (penutup hidung dan mulut) dan pasar perlu diatur sedemikian rupa. Pasar adalah tempat pembeli dan penjual bertemu. Pasar tempat kita membeli kebutuhan hidup sehari-hari.
Di daerah-daerah yang beresiko seperti pasar, sebaiknya terbuka dan kita membiarkan terpapar sinar matahari. Virus Corona tidak tahan udara panas atau di atas 27◦C. Selain itu, sinar matahari yang baik untuk imunitas tubuh kita adalah pukul 10.00- 14.00 siang. Ini juga menjadi alasan kenapa pasar dan tempat keramaian dibatasi sampai jam 14.00. Pasar dan toko/mall perlu diatur untuk banjirnya orang membeli sembako atau keperluan rumah tangga atau membeli secara berlebihan (panic buying). Di bawah ini contoh sebuah pasar di Salatiga yang membuka jualan mereka di jalan dan para pedagang diatur jaraknya tidak berdekatan satu dengan yang lainnya (physical distancing).
Konsep pencegahan dan kita dapat memanfaatkan dengan murah adalah terpapar Sinar matahari. Sumber utama vitamin D adalah sinar matahari, terutama pukul 10.00 sampai pukul 14.00. Vitamin D lebih dari hormon, sinar matahari merupakan pengatur sistem pertahanan tubuh kita (Vitamin D is the greatest regulator of the immune system-Dr.Cicero Coimba). Dengan banyak Vitamin D akan mengurangi resiko infeksi. Jika tidak divaksinasi, ada kuman atau virus masuk ke tubuh kita maka vitamin D akan mengaktifkan pertahanan tubuh kita yang disebut Innate yang merupakan imun non spesifik.
Vitamin D dapat mengaktifkan Sel T yang merupakan sel pembunuh/killer cell, apabila ada benda asing (Virus, bakteri) yang masuk ke tubuh kita. Kekurangan vitamin D dapat mengurangi respon pertahanan sistem pernapasan (ARDS-Acute Respiratory Distress Syndrome). Nenek moyang kita yang hidup bertani dan berburu diberkati gaya hidup sehat di luar rumah terpenuhi kebutuhan vitamin D sebesar 90%.
Vitamin D dapat berasal dari tablet supplement dengan kebutuhan harian untuk pencegahan D3 10,000 IU. Makanan yang berasal dari kolesterol (cholecalciferol dan ergocalciferol) kaya akan Vitamin D. Untuk mempertahankan stamina tubuh kita kita perlu makan daging yang cukup. Sebaliknya orang-orang yang kegemukan atau sakit jantung yang mengkonsumsi obat anti kolesterol seperti statin (simvastatin) daya tahan tubuh berkurang.
Vitamin C sangat bermanfaat untuk meningkatkan imunitas kita yaitu mencegah badai Cytokine yang merupakan proses peradangan hebat akibat masuknya virus corona di dalam tubuh kita. Vitamin C dapat mengurangi resiko sakit berat atau penggunaan ventilator. Untuk terapi vitamin C dapat diberikan sampai 6.000 mg per hari. Kekurangan Vitamin C biasa dijumpai pada orang yang sakit akut maupun kronis.
Sumber Vitamin C alamiah dapat berasal dari buah-buahan seperti jeruk, tomat, Lombok, manggis, apel. Pemberian Vitamin C terbukti mengurangi masa tinggal di rumah sakit dan memperbaiki oksigenasi tubuh dan mengurangi angka kematian. Olah raga secara rutin dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita dan meningkatkan pelepasan hormon-hormon. Hormon testosterone dan estrogen sangat baik meningkatkan vitalis kita.
Cuci Tangan bisa menggunakan hand sanitizer yang merupakan larutan antiseptic yang mengandung alcohol. Cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun merupakan gold standard dariPrilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hilangkan kotoran dan virus yang melekat di tangan kita. Hindari kebiasaan mengorek hidung dan menggosok mata karena virus dapat masuk ke tubuh kita melalui jalan tersebut. Penggunaan masker atau wajib masker mengurangi kesempatan kita terpapar virus lewat droplets. Beberapa laporan virus corona dapat juga menular lewat hubungan kelamin dan air seni.
Mari kita sayangi diri kita lewat usaha-usaha pencegahan. Ingat kata-kata Don McPherson ini: “Pencegahan yang sejati bukan menunggu sesuatu yang jelek terjadi, mencegah sesuatu kejadian ditempatkan pertama” (True prevention is not waiting for bad things to happen ,it’s preventing things from happening in the first place)
*Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua
**Dinkes Papua, mengajar di FKM/Kedokteran Uncen, Yapis, Port Numbay, korespondensi: [email protected]
***Dinkes Papua, Epidemiolog, Lulusan St.Elizabeth University (Praha, Cekoslavakia)
****Anggota Tim Data dan Info Covid-19 Papua
(Ucapan Terima Khusus Kepada Sahabat Kami Dr.Widya Murni,MARS,Dip of IHS, Master of Nutritional Medicine yang memberikan konsep pencegahan Covid-19 lewat vitamin D dan Vitamin C)