Bupati Pegunungan Bintang Spey Yan Bidana, ST.M.Si bersama Plt. Sekda, drg. Aloysius Giyai, M.Kes dan Staf Khusus Prof. Ir. Yohanes Sardjono, APU saat bertemu Kepala BRIN, Dr. L.T. Handoko di Gedung B.J. Habibiet Lt. 24 Jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat, Jumat (07/01/2022).

 

JAKARTA (PB.COM)—Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung gebrakan Pemerintah Daerah Pegunungan Bintang (Pegubin) untuk membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) sebagai yang pertama di Provinsi Papua. BRIDA ini  sedianya akan dibangun di Distrik Batom.

Bupati Pegunungan Bintang Spey Yan Bidana, ST.M.Si dalam keterangannya kepada papuabangkit.com melalui telepon seluler dari Jakarta, Jumat (07/01/2022) pagi mengatakan, ia bersama Plt. Sekretaris Daerah Pegubin, drg. Aloysius Giyai, M.Kes dan Staf Khusus Bidang Penelitian, Pengembangan, Pengkajian IPTEK dan Infrastruktur Prof. Ir. Yohanes Sardjono, APU, baru saja bertemu dengan Kepala BRIN, Dr. L.T. Handoko di kantornya yang terletak Gedung B.J. Habibiet Lt. 24 Jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat.

Dalam pertemuan itu, Kepala BRIN mengapresisi inisiatif Bupati Spey Bidana untuk membentuk BRIDA guna mendukung kemajuan pembangunan di wilayah Pegunungan Bintang. Kedua pihak juga beromitmen untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) guna mendukung rencana ini, baik untuk peningkatan SDM Pegubin  dalam pendidikan strata satu (S1), S2, maupun S3 guna mendukung penelitian dan pengembangan. Sekaligus, komitmen kerjasama untuk membesarkan Universitas Okmin Papua yang sudah berdiri di Oksibil.

Bupati Spey Yan Bidana bersama Kepala Kepala BRIN, Dr. L.T. Handoko.

“BRIN sangat mendukung rencana kami. Mereka akan kirim tim ke Pegunungan Bintang dan dalam waktu dekat kami akan lakukan MoU. Untuk Papua, BRIN masih kosong, kami yang pertama. Prinsip BRIN, daerah mana, kabupaten mana yang siap, di situ mereka masuk membentuk BRIDA. Ketika kami hadir dengan konsep inovasi ini, nah mereka memberi apresiasi dan menyambut baik. Secara kebetulan, mereka juga sedang mencari mitra daerah,” tegas Spey yang juga mantan Kepala Bappeda Pegubin ini.

Menurut Spey, dipilihnya Batom sebagai pusat riset dan inovasi daerah karena distrik ini memiliki letak sangat strategis yang mendukung konsep pengembangan terintegrasi dari kawasan strategis perbatasan. Batom berada di wilayah yang berbatasan langsung dengan  PNG dan juga dekat dengan Jayapura di bagian utara.

Saat ini, kata Spey, tata ruang Distrik Batom sedang dirancang dan dikembangkan menjadi salah satu kota satelit di Pegunungan Bintang dan menjadi landasan untuk mendorong penetapan wilayah itu oleh Presiden Jokowi sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Perbatasan dengan mengandalkan potensi sumber daya alam energi terbarukan, konservasi alam, dan keanekaragaman hayati (biodiversity).

Bupati Spey Yan Bidana bersama Kepala Kepala BRIN, Dr. L.T. Handoko.

“Batom itu daerahnya dataran, lembahnya bagus. Dekat dengan Jayapura dan berbatasan dengan PNG. Untuk mendukung rencana ini, Kementerian PUPR mulai 2022 ini membangun infrastruktur jalan dari Towe di Keerom tembus Batom. Kita juga sedang mendorong dan akan menyurati Presiden Jokowi agar Pegunungan Bintang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yang mulai dibangun dari Batom,” tegasnya.

Apresiasi Utamakan SDM

Staf Khusus Bupati Pegunungan Bintang Bidang Penelitian, Pengembangan, Pengkajian IPTEK dan Infrastruktur, Prof. Ir. Yohanes Sardjono, APU menjelaskan saat ini Papua memiliki peran penting bagi ekonomi dunia. Bahan baku industri dunia saat ini ada di perut bumi Pulau Papua, dimana Pegunungan Bintang menjadi titik pusat pulau itu.

“Baik itu mining dan mineral, baik itu biodiversity, dan bahkan budaya Melanesia, pusatnya ada di Pegunungan Bintang. Pegunungan Bintang juga menjadi sumber kehidupan bagi seluruh manusia yang ada di Papua, baik Papua dalam NKRI maupun PNG. Karena seluruh air kehidupan di pulau itu, datang dan mengalir dari Pegunungan Bintang,” kata Profesor Sardjono.

Hutan di Pegunungan Bintang

Posisi penting lain dari Kabupaten Pegunungan Bintang dan Pulau Papua umumnya adalah perannya sebagai penyumbang oksigen terbesar bagi dunia dengan hutannya yang masih lestari. Sekitar 90 persen hutan hujan (rainforest) dunia ada di Papua, selain Amazon-Brasil, dimana Pegunungan Bintang memiliki 1,6 juta hektar hutan.

Oleh karena itu, menurut Sardjono, pembangunan di Pegunungan Bintang dan Papua pada umumnya harus dilakukan dalam konsep pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang dirumuskan PBB guna menyejaterahkan masyarakat dunia. Sumber daya alam di bawah perut bumi maupun di atas bumi seperti biodiversity, ekologi dan ekosistem harus dikelola berbasis sumber daya alam dan lingkungan.

“Nah Papua ini tinggal satu kekurangannya yaitu SDM yang masih terbatas. Karena itu, SDM harus dipercepat. Dengan meningkatnya SDM Papua, tidak perlu lagi eksplorasi sumber daya alam di perut bumi, mineral. Tetapi optimalkan yang di atas perut bumi. Nah itulah alasan, kami bersama bupati mendorong hadirnya badan riset dan inovasi daerah ini,” urai Sardjono.

Potensi pertanian padi di Distrik Batom, wilayah perbatasan Pegubin-PNG.

Profesor Sardjono menjelaskan, posisi strategis Pegunungan Bintang yang berada di tengah-tengah Pulau Papua, mendorong Bupati Spey Yan Bidana memandang perlu dibentuknya BRIDA berupa Riset Station Center berbasis konservasi alam dan lingkungan. Tujuannya agar sumber daya itu terus dijaga dan dipelihara untuk keberlanjutan hidup anak cucu.

“Membangun dari jumlah uang akan habis, membangun dari jumlah emas akan juga habis. Tapi membangun dari sisi otak atau SDM, itu akan memberi nilai tambah beribu kali. Ini yang sedang dilakukan Bupati Spey. Tadi pak bupati dapat apresiasi sebagai sosok kepala daerah yang visioner dari Kepala BRIN dr. L.T. Handoko. Pak Handoko juga langsung menunjuk timnya terdiri dari beberapa doktor untuk membantu Pegunungan Bintang terkait BRIDA ini,” tuturnya.

Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga menegaskan, perkembangan teknologi sejatinya ditopang oleh  empat faktor yakni inovasi (45 persen), networking (25 persen),  teknologi (20 persen), dan sumber daya (10 persen). Artinya, orang-orang pintar yang memiliki inovasi, networking dan teknologi maka sumber daya alam yang dimilikinya bisa diirit dan dipertahankan keberlanjutannya.

“Saya sangat apresiasi Bupati dan Sekda Pegunungan Bintang yang tinggalkan meja kerja untuk bertemu para dirjen dan menteri-menteri supaya program pembangunan di daerahnya bisa sinergis. Pemerintah Pusat itu senang bertemu pemimpin visioner seperti Bupati dan Sekda Pegunungan Bintang supaya bisa berkolaborasi membangun daerah bersama-sama,” urainya.

Misionaris Baru

Sementara itu, Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, drg. Aloysius Giyai, M.Kes mengapresiasi gebrakan brilian Bupati Spey Yan Bidana dan Profesor Prof. Ir. Yohanes Sardjono, APU, dan “membaptis” keduanya menjadi misionaris baru. Sebab keduanya telah membuat konsep baru pembangunan di Papua dan kawasan perbatasan dengan tiga prinsip penting.

Pertama, pelestarian peningkatan dan pengendalian sosial budaya, terutama antropologi regional Melanesia. Kedua, konservasi dan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam serta energi-energi terbarukan dalam rangka mengikuti perkembangan IPTEK, globalisasi dan modernisasi dunia. Ketiga, penguatan sistem Informasi Teknologi dan potensi inovasi terbaru yang dimulai dari pendidikan dimana Universitas Okmin Papua menjadi dasar percontohan.

“Dengan hadirnya BRIDA nanti, tentu saja sangat mendukung ekonomi dan pendidikan di Pegunungan Bintang yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakata,” tegas Sekda Aloysius.

Untuk diketahui, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintahan non kementerian yang idbentuk oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2019. Sejak 29 April 2021, BRIN yang sebelumnay berada di bawah Kemenristek, berdiri sendiri dan berada di bawah presiden.

Adapun tugas BRIN yaitu menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi, dan 18 fungsi. Pada 5 Mei 2021, Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2021, yang secara efektif menetapkan BRIN sebagai satu-satunya badan penelitian nasional.

Peraturan tersebut memutuskan bahwa semua badan penelitian nasional Indonesia seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasioanal (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan Lembaga Penerbangan dan Antaraiksa Nasional (LAPAN) bergabung menjadi BRIN. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box