Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana, ST.M.Si ketika menerima aspirasi masyarakat terkait proses pergantian wakil bupati di halaman kantor bupati, Selasa (25/01/2022)

 

JAYAPURA (PB.COM)—Bupati Pegunungan Bintang (Pegubin), Spei Yan Bidana, ST.M.Si, Selasa (25/01/2022) menerima perwakilan masyarakat dari “Empat Ok” yaitu Okaom, Oksebang, Oksobtil, dan Kalomdol di Kantor Bupati Pegubin. Spei hadir didampingi sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) setempat.

Sejumlah perwakilan massa yang dipimpin Charles Kalakmabin itu, datang menyerahkan aspirasinya dengan permintaan utama agar Bupati Spei segera mempercepat proses pergantian wakil bupati Pegubin yang kosong, pasca meninggalnya alm. Piter Kalakmabin, A.Md.TEK pada Kamis, 28 Oktober 2021 silam.

Perwakilan masyarakat Empat Ok, Charles Kalakmabin saat menyerahkan aspirasi.

“Semua pikiran, kerinduan masyarakat kami sudah cantumkan dalam bentuk tulisan di dalam aspirasi ini. Oleh karena itu, kami memberi beberapa waktu untuk bapa  bupati menanggapi semua pikiran dan aspirasi masyarakat yang sudah kami berikan itu,” kata Charles Kalakmabin.

Usai menerima aspirasi itu, bupati muda kelahiran 20 Maret 1977 ini mengatakan, pada prinsipnya Pemda Pegubin mengapresiasi dan menghargai apresiasi masyarakat. Namun ia menegaskan bahwa proses pergantian wakil bupati seperti ini bukan hal yang mudah dan cepat semudah membalikan telapak tangan.

“Hari ini rakyat meminta dan langsung jadi? TentuTidak! Semua yang dipikirkan rakyat akan kami ikuti sesuai mekanisme yang  sudah ditetapkan. Dan saya sudah pernah sampaikan bahwa Spey-Piter (SEPTE–Red.) masih ada sampai hari ini,” tegas Bupati Spei.

Spei menegaskan, rakyat Pegubin harus memahami bahwa proses pergantian wakil bupati ini membutuhkan waktu dan tidak bisa terburu-buru atau cepat. Sementara ia juga menghendaki agar roda pemerintahan ini terus berjalan, kerjasama semua pihak dalam membangun kestabilan daerah sangat dibutuhkan, dan suasana duka masih dirasakan jajaran pemerintah dan masyarakat atas kepergian alm. Wabup Piter tiga bulan lalu.

Menurut Bupati Spei, Pegunungan Bintang adalah  daerah rawan konflik. Oleh karena itu, butuh waktu dan pertimbangan yang matang untuk mewujudkan aspirasi dan keinginan yang disampaikan masyarakat. Tujuannya agar proses pergantian itu menghadirkan sosok seorang pemimpin berwatak kebapakan seperti alm, Piter Kalakmabin dan sesuai dengan kerinduan seluruh masyarakat Pegubin.

“Akan ada dampak negatifnya kalau kami salah tempatkan pengganti wakil bupati yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Jadi mari kita atur secara baik-baik dan tenang sesuai mekanisme yang berlaku. Karena proses ini sangat panjang,” tutup Spei.

Sekedar diketahui, untuk mengganti kepala daerah seperti bupati/wakil bupati yang berhalangan tetap karena meninggal dunia, prosesnya didahului dengan Rapat Paripurna pemberhentian secara tetap kepala daerah atau wakil yang besrsangkutan oleh DPRD setempat. Kemudian, tahap berikutnya ialah pembentukan Panitia Khusus (Pansus) pemilihan oleh DPRD setempat, menyusul proses rekrutmen nama calon oleh partai politik pengusung, penyerahan nama kepada bupati untuk selanjutnya diusulkan ke Mendagri, lalu berakhir dengan pemilihan oleh anggota DPRD.

Di Papua, sejumlah daerah pun mengalami hal serupa. Misalnya, sejak awal dilantik, Biak Numfor tidak memiliki wakil bupati sampai hari ini. Sebab wabup terpilih, Nehemia Wospakrik  meninggal pada 29 Desember 2018 sebelum dilantik. Kursi Wakil Bupati Nduga juga masih kosong sejak dilantiknya Entius Nimiangge menjadi Bupati Kabupaten Nduga pada 15 Maret 2021. Entius menggantikan Yairus Gwijangge yang meninggal pada 15 November 2020. Demikian pun kursi Wakil Gubernur Papua hingga kini pun belum terisi pasca meninggalnya Klemen Tinggal pada 21 Mei 2021. (Aquino N./Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box