Oleh Gusty Masan Raya/Pemimpin Redaksi papuabangkit.com/Majalah Bintang
SELASA, 22 Maret 2022, Bupati Pegunungan Bintang, Spei Yan Bidana, ST.M.Si merayakan ulang tahunnya yang ke-45. Usia yang sangat matang, energik dan produktif sebagai seorang putra daerah Papua yang memimpin kabupaten di wilayah nan sulit dan terisolir itu.
Sudah setahun lebih, Spei memimpin Pegunungan Bintang setelah menang pada Pilkada 2020 dan dilantik pada 3 Maret 2021 di Gedung Negara Jayapura. Spei didampingi wakil bupati alm. Piter Kalakmabin, Amd.TEK, yang meninggal tiba-tiba pada 28 Oktober 2021.
Pesan dan meme ucapan di berbagai grup WA menyebar sejak pagi tadi. Semua mendoakan Bupati Spei agar di hari istimewahnya ini, Tuhan dan leluhur Tanah Papua, selalu menjaga dan melindunginya untuk terus bekerja membangun masyarakatnya di Bumi Okmin.
“Atas nama seluruh jajaran birokrasi dan masyarakat Pegunungan Bintang, kami mengucapkan selamat ulang tahun buat Bupati Spei Yan Bidana. Panjang umur dan sehat selalu,” kata Plt. Sekretaris Daerah Pegunungan Bintang, drg. Aloysius Giyai, M.Kes dihubungi papuabangkit.com melalui telepon selulernya, Selasa pagi.
Menurut Aloysius, masyarakat Pegunungan Bintang harus bangga dan bersyukur memiliki sosok pemimpin seperti Spei Yan Bidana. Selain penuh wibawa, lembut dan berjiwa kebapakan, Spei juga menonjol sebagai pemimpin cerdas yang selalu melakukan inovasi dan kebijakan terobosan untuk membangun Pegubin.
“Saya menyebutnya sebagai misionaris modern. Apa yang tidak pernah dipikirkan oleh pemimpin lain, dilakukan oleh Spei. Dia ingin menyusun ulang kerangka dasar pembangunan Pegunungan Bintang, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di sini,” tutur Alo.
Tujuh Fakta Terobosan Spei
Penyataan Sekda Alo Giyai tentang Bupati Spei, tentu beralasan. Sejumlah catatan capaian kerja Spei selama setahun lebih, jadi buktinya. Sedikitnya, ada tujuh (7) fakta menarik yang dapat ditampilkan di sini tentang capaian kinerja ketua DPC PDIP Pegubin itu.
Pertama, Mendirikan Universitas Okmin Papua (UOP) di Kota Oksibil. Perjuangan mendirikan UOP hanya butuh waktu tiga bulan, dibantu tim dari UKSW dan Prof. Ir. Yohanes Sardjono, APU. Pada hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2021, kabar gembira datang. UOP resmi berdiri sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 344/E/O/2021 tertanggal 17 Agustus 2021 tentang Izin Pendirian Universitas Okmin Papua.
Sejak September 2021, universitas pertama di Pegunungan Tengah Papua itu pun mulai berjalan, walau terbatas sarana dan prasarananya. Manajamen Kampus UOP menerima 615 mahasiswa yang mendafatar untuk 5 program studi perdana. Dengan rincian, Jurusan Antopologi S1 (265 orang), Pendidikan Bahasa Inggris (50 orang), Pendidikan Matematika (35 orang), Pendidikan Biologi (135 orang), dan Agroteknologi (130 orang). Sebanyak 35 tenaga dosen siap membantu.
“Saya dan Asisten II Pegubin dr Silwanus Sumule akan siapkan agar tahun depan sudah dibuka S1 dan D3 Keperawatan supaya menyiapakan tenaga kesehatan,” ujar Sekda Alo.
Alo sependapat dengan pemikiran Bupati Spei. Bahwa UOP berdiri tak hanya semata untuk mendongkrak sumber daya manusia (SDM), tetapi juga menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Bayangkan saja, selama 20 tahun berjalannya Otonomi Khusus di Papua, kebijakan pendidikan yang dilakukan dengan mengirim anak-anak Papua untuk studi atau kuliah di luar Papua, telah menguras kantong APBD. Dari sisi ekonomi, Papua tentu rugi.
“Saya hitung, mahasiswa kita dari Pegunungan Bintang yang kuliah di Jawa saja makan anggaran sampai Rp 15 miliar setiap tahun. Nah saatnya kita ubah, mahasiswa kita ke depan kuliah di Oksibil dan uang berputar di sana. Saya akan bersurat ke para bupati, terutama tetangga seperti Boven Digoel, Yalimo, Yahukimo, Keerom, Jayawijaya, bisa tiap tahun kirim 10 anak kuliah di Universitas Okmin Papua,” ujar Bupati Spei beberapa waktu lalu.
Kedua, Bangun Model Pendidikan Berbasis Budaya. Dalam rangka mendukung Universitas Okmin Papua, Bupati Spei Bidana pun membenahi pendidikan dasar. Pemda Pegubin bekerjasama dengan Yayasan Alirena, menghadirkan model pendidikan berbasis budaya yang diberi nama Pengkajian Budaya Papua dan Modernisasi (PBPM).
Menurut Pembina Yayasan Alirena, Mr. Eng Go, MBA, dalam pendidikan berbasis budaya dari PAUD, SD, SMP hingga SMA/SMK, orang tua dan komunitas harus terlibat. Dengan demikian, ekonomi dan kesehatan juga menjadi bagian dari program ini. Semuanya terintegrasi.
“Kita ingin memerdekakan anak-anak Pegubin untuk berkompetisi di level global. Kendati demikian, modernisasi dan globalisasi tidak boleh menggerus bahkan menghilangkan budaya dalam pendidikan,” ujar Mr. Eng saat tampil pada acara talkshow live Papua 60 Menit di TVRI Papua, Sabtu 4 Desember 2021.
Pada tahun 2021, terdapat 7 distrik di Pegubin yang menjadi sasaran pelaksanaan model pendidikan ini. Eng menilai, anak-anak Papua, termasuk di Pegubin sangat kenal dan paham dengan alamnya. Tetapi saat mereka test pelajaran IPA, umumnya mereka gagal. Nilai mereka hanya 30 atau 40. Kendalanya adalah pada pola pengajaran baca, tulis dan berhitung (calistung) dari para guru yang sangat lemah.
“Makanya kami ubah modelnya dengan pendekatan budaya, dimana tekankan bercerita (storytelling). Mereka diuji tentang apa yang mereka kenal itu dengan bercerita. Ternyata luar biasa bagus. Artinya, nalar anak-anak Asli Papua tidak jauh tertinggal. Mereka mampu,” tutur Eng.
Ketiga, Tempatkan 90 Persen Pejabat Birokrasi Orang Asli Pegubin. Dari sisi birokrasi, Spei pun tak tinggal diam untuk merangsang rasa percaya putra daerah Bumi Okmin. Sejak April 2021, ia telah menempatkan putra-putri terbaik asli Pegubin untuk menduduki 36 Organisasi Perangkat Daerah untuk belajar menjadi pemimpin. Bersama-sama dia membangun daerah sesuai semangat dan roh Otsus yakni keberpihakan (affirmative action).
Keempat, Tingkatkan PAD Lewat Carbon Trading. Gagasan brilian ini dilakukan Bupati Spei dengan memanfaatkan sekitar 1,6 juta hektar hutan Pegubin. Carbon trading adalah perdagangan emisi karbon yang dilakukan antar-negara untuk mengurangi emisi karbon dunia, khusunya dari karbon dioksida. Perdagangan karbon ini merupakan bentuk perdagangan yang menargetkan karbon dioksida atau CO2 dengan satuan ton.
Transaksi inilah yang membantu menetapkan batas kuantitatif yang dihasilkan oleh para penghasil emisi karbon. Dengan adanya perdagangan, negara yang memproduksi emisi dalam jumlah banyak bisa mengeluarkan emisi karbon tersebut dari negaranya. Dan negara yang menghasilkan emisi dalam jumlah sedikit bisa menjual hak menghasilkan emisi yang dimilikinya kepada negara lain.
“Saya sudah lakukan MoU dengan salah satu perusahaan untuk carbon trading di Swiss. Ini ujicoba yang pertama dilakukan di Indonesia dan Papua. Kalau sukses maka kita akan menghasilkan uang dari penjagaan hutan kita yang masih lestari dengan kontribusi oksigen sekian ton kubik ke dunia. Perhitungan kasar saja, ambil seperempatnya saja dari total hutan kita di Pegunungan Bintang seluas 1,6 juta hektar, itu bisa menghasilkan sekitar Rp 45o miliar,” kata Bupati Spei Bidana, Sabtu, 18 Desember 2021.
Kelima, Menciptakan Renewable Energy atau Energi Terbarukan. Energi ini diciptakan dari power plant untuk mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan sungai-sungai untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) atau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
“Kita dorong energi terbarukan dan target kita 2030, Pegunungan Bintang itu bisa mandiri energi dengan zero fosil dan hasilkan energy minimal 10-15 MW yang bisa kita jual ke PLN dan dialirkan ke kabupaten lain seperti Boven Digoel dan Papua Nugini. Ini akan jadi PAD kita,” ujar Bupati Spei yang juga kandidat doktor bidang Konservasi.
Oleh karena itu, Spei mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga hutan dan lingkungan agar tetap lestari dengan terus melakukan penghijauan. Rencananya, pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Pemda akan me-launching Pegunungan Bintang sebagai kabupaten konservasi, baik konservasi terhadap biodiversity, sungai, hutan, kebudayaan, maupun nilai-nilai kearifan lokal. Apalagi dari sisi lokasi, Pegunungan Bintang memang sentral hidrologis di Papua.
Keenam, Membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA). Usul ini sudah disetujui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dimana sedianya akan dibangun di Distrik Batom. Bupati Spei Bidana didampingi Plt. Sekda Aloysius Giyai dan Staf Khusus Bupati, Yohanes Sardjono, APU, telah bertemu Kepala BRIN, Dr. L.T. Handoko di kantornya yang terletak Gedung B.J. Habibiet Lt. 24 Jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat, Jumat, 7 Januari 2022.
Dipilihnya Batom sebagai pusat riset dan inovasi daerah karena distrik ini memiliki letak sangat strategis yang mendukung konsep pengembangan terintegrasi dari kawasan strategis perbatasan. Batom berada di wilayah yang berbatasan langsung dengan PNG dan juga dekat dengan Jayapura di bagian utara.
Tata ruang Distrik Batom memang sedang dirancang dan dikembangkan menjadi salah satu kota satelit di Pegunungan Bintang dan menjadi landasan untuk mendorong penetapan wilayah itu oleh Presiden Jokowi sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Perbatasan dengan mengandalkan potensi sumber daya alam energi terbarukan, konservasi alam, dan keanekaragaman hayati (biodiversity).
Ketujuh, Target 2022 Perbaiki Listrik, Internet dan Air Minum di Kota Oksibil. Tiga kebutuhan mendasar di Pegunungan Bintang menjadi perhatian serius pemerintahan Bupati Spei Yan Bidana, ST.M.Si. Listrik, internet dan air bersih. Jangankan di wilayah pelosok, di Kota Oksibil saja, masyarakat belum menikmati dengan puas.
Pada Senin, 13 Desember 2021, Anggota Komis I DPR RI, Yan Mandenas, S.Sos,M,Si memimpin rombongan ke Oksibil. Ikut bersama dia, General Manager PT. Telkom Papua, Sugeng Widodo, Manajer Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Jayapura, Salmon Kareth, Divisi Backbone Direktorat Infrastruktur BAKTI Kominfo, John Tirayoh, Kabinda Papua, Mayjen TNI Abdul Haris Napoleon, dan Danrem 172/PWY Brigjen Isak Pangemanan.
“Semua pihak sepakat untuk mendukung rencana kerja kami. Kita targetkan 2022 ketiga hal ini bisa rampung,” tutur Bupati Spei, Desember 2021 lalu.
Selamat Ulang Tahun Pak Bupati Spei. Teruslah Bekerja Membangun Masyarakat Bumi Okmin. (*)