drg. Aloysius Giyai, M.Kes didampingi Pastor John AKW Bunay, Pr foto bersama umat yang hadir usai  peresmian dan pemberkatan monumen Kerahiman Ilahi Papua yang terletak di Pusat Spritual St. Yohanes Paulus II di Kampung Dosay, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Minggu (24/04/2022).

 

JAYAPURA (PB.COM)—Tokoh Katolik Papua, drg. Aloysius Giyai, M.Kes meresmikan monumen Kerahiman Ilahi Papua yang terletak di rumah doa Pusat Spritual St. Yohanes Paulus II di Kampung Dosay, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Minggu (24/04/2022).

Acara peresmian yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Aloysius itu dilakukan usai perayaan ekaristi di Kapel Kerahiman Ilahi yang dipimpin oleh Pastor John AKW Bunay, Pr. Sementara Pastor John memberkati monumen setinggi sembilan meter itu disaksikan seratus lebih umat yang hadir.

Aloysius Giyai saat memotong pita sebagai tanda meresmikan Monumen Kerahiman Ilahi Papua.

“Saya sangat bangga dan memberi apresiasi yang tinggi kepada Pastor John Bunay yang menginisiasi lahirnya tempat doa ini. Situasi perkembangan dunia yang kiat pesat membutuhkan tempat seperti ini buat umat Kristen untuk mengambil waktu hening, berdoa, meditasi dan merefleksikan iman dan pergumulan hidupnya,” kata Alo yang saat ini menjabat Plt. Sekretaris Daerah Pegunungan Bintang.

Menurut Alo, ia sudah beberapa kali berkunjung ke tempat doa ini. Oleh karena itu, ia membantu Pastor John untuk membangun Monumen Kerahiman Ilahi ini agar semakin banyak umat Kristen di Papua yang bisa datang berdoa dan menemukan kedamaian di sana.

Aloysius Giyai saat menandatangani prasasti Monumen Kerahiman Ilahi Papua.

“Karena sehebat-hebatnya kita manusia, kita tetap kembali kepada Tuhan, kepada sang khalik, dan bertemu dalam doa,” katanya.

Direktur spiritual sekaligus pemilik rumah doa bernama Pusat Spritual St. Yohanes Paulus II Dosay, Pastor John Bunai, PR mengatakan monumen Kerahiman Ilahi Papua ini dibangun setinggi 9 meter, dimana terdapat Patung Tuhan Yesus setinggi 3 meter.

Pastor John Bunay, Pr saat bersiap menandatangani prasasti Monumen Kerahiman Ilahi Papua.

“Saya berterima kasih kepada Bapak Aloysius Giyai karena sudah membantu secara finansial menghadirkan Monumen Kerahiman Ilahi Papua ini,” katanya saat dihubungi papuabangkit.com, Minggu malam.

Pastor John menjelaskan, pemberkatan dan peresmian monumen ini sengaja dilakukan bertepatan dengan Minggu Kerahiman Ilahi yang dirayakan oleh umat Katolik sedunia, sebagaimana pesan Yesus kepada Suster Faustina.

Prasasti Monumen Kerahiman Ilahi Papua.

“Monumen Kerahiman Ilahi ini terinspirasi dari Komunitas Doa Kerahiman Ilahi, sebuah kekayaan Gereja Katolik yang sudah mendunia. Di Papua, kelompok doa ini dihidupkan di Paroki Kristus Terang Dunia Waena, dimana saya sebagai pembimbing rohani mereka,” kisah Pastor John Bunay.

Tempat Doa Ekumenis

Menurut Pastor John, Pusat Spritual St. Yohanes Paulus II dibangun di atas lahan seluas kurang lebih tiga hektar di Kampung Dosay, Distrik Sentani Barat. Untuk mencapai tempat ini, umat Kristen bisa menempuh satu jam menuju ke sana dengan kendaraan bermotor dari Kota Sentani atau dua jam dari Kota Jayapura.

“Saya mulai bangun pondasi tahun 2015 lalu, bangun rumah-rumahnya itu tahun 2018. Di sini ada fasilitas rohani seperti Gua Maria, Jalan Salib, rumah retret dengan penginapan 2 unit, ada aula, kapel, ruang makan, dan dapur,” kata Pastor John.

Uniknya, rumah doa yang dibangun pastor asal Suku Mee ini, tidak hanya untuk kalangan umat Katolik di Papua. Di sini terdapat juga sarana doa, meditasi dan wahana ziarah rohani bagi seluruh denominasi Gereja di Papua.

“Pusat spritual yang saya bangun ini untuk seluruh denominasi Gereja, baik Katolik maupun Protestan. Misalnya untuk umat Protestan, kami siapkan ada kolam untuk baptis, sementara di Kapel Kerahiman Ilahi tidak terlalu tampak sarana Katolik yang menonjol. Beberapa waktu lalu ada dokter-dokter dari Protestan yang pakai buat kegiatan di sini. Jadi sifatnya ekumenis,” kisahnya.

Ia berharap, dengan berdirinya monumen Kerahiman Ilahi Papua, semua orang Kristiani di Papua menyadari diri sebagai satu rahim yaitu rahim Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus.

Umat yang hadir mengikuti acara peresmian dan pemberkatan Monumen Kerahiman Ilahi Papua.

“Sehingga ketika kita menyebut Papua berarti menyebut Injil, dan menyebut Injil berarti menyebut Papua. Saya mengajak semua orang Katolik dan Protestan di Papua, kita semua membangun keintiman dalam Kerahiman Ilahi, semakin akrab satu sama lain untuk mewartakan Injil Kristus sehingga hadir damai dan sejahtera di Tanah Papua,” ujar Pastor John. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box