Gubernur Lukas Enembe bersama Aloysius Giyai yang kini menjabat Plt. Sekda Pegunungan Bintang.

 

JAYAPURA (PB.COM)Tanggal 27 Juli 2022 merupakan hari istimewah bagi Gubernur Papua Lukas Enembe, SIP.MH. Orang nomor satu di Bumi Cenderawasih ini merayakan Hari Ulang Tahun (HUT)-nya yang ke-55.

Berbagai ucapan membanjiri media sosial baik facebook, twitter, Instagram, dan whatsapp hingga media massa. Baik dari kalangan pejabat maupun masyarakat biasa yang mengenal beliau. Tak ketinggalan, drg. Aloysius Giyai, M.Kes yang saat ini menjabat Plt. Sekretaris Daerah Pegunungan Bintang (Pegubin).

“Dari Bumi Okmin Kota Oksibil, saya sekeluarga mengucapkan Selamat Merayakan Ulang Tahun ke-55 buat Bapak Gubernur Lukas Enembe. Bagi saya, Kaka Lukas adalah pemimpin hebat dan kharismatik yang dimiliki Papua. Saya sangat sayang dan respek terhadap beliau. Sebab dari dialah, kami generasi koteka bisa dihargai oleh bangsa ini, bisa percaya diri maju menjadi pemimpin,” ujar Alo melalui telepon selulernya, Rabu, 27 Juli 2022.

Gubernur Lukas bersama keluarganya di Kampung Mamit, Distrik Kembu, Tolikara

 

Lukas Enembe lahir di Desa Timo Ramo, Distrik Kembu, Kabupaten Tolikara, 27 Juli 1967. Dalam buku biografinya Seorang Negarawan Dari Honai yang ditulis Sendius Wonda SH, dikisahkan bahwa Lukas hidup di tengah keluarga sederhana, melewati kehidupan penuh penderitaan dan keterbatasan.

Setelah tamat SD YPPGI Mamit, Lukas pindah ke Sentani dan melanjutkan sekolahnya di SMP Negeri I Sentani (1979-1980), lalu masuk ke SMA Negeri 3 Jayapura di Sentani (1983-1984). Di masa kuliahnya di Manado sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Sam Ratulangi, kesulitan biaya kerap dialami Lukas, hingga ia berinisiatif membentuk “Ikatan Mahasiswa Pegunungan Tengah” di dalam wadah IMIRJA (Ikatan Mahasiswa Irian Jaya) Sulawesi Utara.

 

Tahun 1995, usai menyelesaikan studinya, Lukas kembali ke Papua. Namun setelah enam tahun kemudian barulah ia mulai dikenal di kancah politik Papua setelah terpilih menjadi wakil bupati Puncak Jaya, Saat itu, ia berpasangan dengan alm. Drs. Eliaser Renmaur. Dalam pemilihan yang dilakukan oleh DPRD Puncak Jaya, 5 Juli 2001, Eliaser dan Lukas terpilih dengan 12 suara dari total 20 suara DPRD. Maka pada 10 Agustus 2001, Lukas pun dilantik menjadi Wakil Bupati Puncak Jaya (2001-2006) oleh alm. Drs. Gubernur JP Salossa, M.Si.

“Kami makin dekat ketika sama-sama bekerja untuk mendukung beliau maju pada Pemilihan Gubernur tahun 2004,” kisah Alo Giyai yang akrab disapa Kaka AG.

Lukas dan Alo Sangat Dekat

Hampir sebagian kalangan intelektual di Papua tahu, hubungan emosional Aloysius Giyai dan Gubernur Lukas Eenembe yang sangat dekat. Dalam buku biografinya berjudul Memutus Mata Rantai Kematian di Tanah Papua (Penerbit PAKAR, 2012), Alo mengisahkan bahwa Lukas turut andil membantu biaya kuliahnya di Universitas Airlangga, Surabaya. Waktu itu, Lukas masih menjabat Wakil Bupati Puncak Jaya,

Hubungan itu terjaga hingga Lukas dan Klemen Tinal menang pada Pilkada Gubernur 2013 meraih 1.199.657 suara dan dilantik menjadi Gubernur Papua pada 9 April 2013. Ketika itu, Alo sedang memimpin RSUD Abepura. Hingga akhirnya tak lama berselang, ia dipilih Lukas menjadi Kepala Dinas Kesehatan Papua pada 2014 hingga 2020, bersama-sama membentuk Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP) pada 12 Oktober 2012, hingga dipercayakan menjadi Direktur RSUD Jayapura sejak 23 Januari 2020.

Alo mengakui, kendati awalnya sempat kecewa karena diganti secara tiba-tiba dari Direktur RSUD Jayapura pada 20 Agustus 2021 tanpa alasan yang jelas, ia sama sekali tidak pernah marah atau menaruh dendam pada Lukas. Rasa cinta, kagum dan hormat Alo pada Lukas Enembe tetap abadi. Sebab Alo sangat menghargai jasa dan kebaikan Lukas.

Lukas dan Alo berdiskusi ringan usai pelantikan pengurus UP2KP, 12 Oktober 2013.

Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), ketaatan atau loyalitas tegak lurus pada keputusan Gubernur Papua Lukas Enembe adalah wajib hukumnya bagi Alo. Kebesaran hati menerima keputusan pergantian dirinya adalah harga mati. Ini juga sebagai wujud kesetiaannya kepada NKRI dan ajaran Katolik yang diimaninya.

“Saya adalah bawahan yang juga sangat dekat dengan Gubernur Lukas. Bahkan masyarakat Paniai menganggap saya dan Lukas Enembe itu seperti dua sisi mata uang, sebelah menyebelah. Tak terpisahkan. Tetapi saya sedikit pun tidak marah, benci atau dendam, atau mempertanyakan mengapa bapa gubernur mencopot saya. Saya mengimani semua itu sebagai rancangan Tuhan,” tutur Alo.

Alo ingat, pada tahun 2004, sewaktu dirinya menjadi Ketua LMA Pegunungan Tengah bersama alm. polisi Philius Halitopo (Ketua Rukun Keluarga Jayawijaya) di Jayapura, mereka ikut berperan penting untuk mengorbitkan Lukas di pentas politik Papua.

Dengan slogan Koteka Pecah, Lukas Enembe didorong menuju kontestasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua pada 2005. Sebagai politisi muda dari Pegunungan Tengah Papua, awalnya Lukas yang berpasangan dengan Ahmad Arobi Aituarauw, SE.MM dianggap sebelah mata. Sebab lawan-lawan politiknya lebih senior dan berpe­ngalaman, seperti Barnabas Suebu SH-Alex Hesegem, SE, Drs. John Ibo, MM-Paskalis Kossay, S.Pd.MM, Drh. Constant Karma-Donatus Mote, SE.MM, dan Dick Henk Wabiser-Simon Petrus Inaury.

Namun keputusannya menggandeng pasangan dari kalangan Muslim yang menunjukkan sikap nasionalisnya, membuat Lukas mendapat banyak simpati rakyat. Terbukti, dalam pemungutan suara yang berlangsung 10 Maret 2006, sesuai hasil pleno rekapitulasi KPU Pa­pua, Lukas meraup dukungan suara sebanyak 333.629 suara. Lukas kalah tipis dengan Suebu-Hesegem yang meraih 354.763 suara.

Kendati kalah tipis dengan Barnabas Suebu, Lukas telah menunjukkan dirinya sebagai spirit baru anak koteka yang berani berjuang merobohkan tembok stigma yang bertahun-tahun memenjarakan kaumnya di wilayah Pegunungan Papua, baik Lapago maupun Mee Pago.

Lukas Enembe akhirnya membuktikan diri sebagai anak koteka pendobrak sejarah setelah pada Pemilihan Gubernur Papua, 13 Januari 2013, ia bersama alm. Klemen Tinal menang mutlak. Dengan mengusung visi Papua Bangkit Mandiri dan Sejahtera, lima tahun bekerja membangun Papua,  banyak gebrakan yang dilakukan, hingga rakyat Papua kembali memilih keduanya memimpin Papua di periode kedua dan dilantik Presiden Jokowi pada 5 September 2018 si Istana Negara.

“Lukas banyak melakukan gebrakan hebat bagi rakyat, seperti Kartu Papua Sehat bagi Orang Asli Papua tidak mampu dan juga sukses selenggarakan PON XX Papua 2021. Saya kira semua generasi calon pemimpin Papua harus belajar dari beliau. Sekali lagi, selamat ulang tahun, semoga Tuhan Yesus beri kesehatan selalu dan sukses dalam menjalankan tugas di sisa jabatan setahun lagi sebagai gubernur Papua,” ucap Alo. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box