Oleh dr. Aloisya Diantini*)

Cutaneous Larva Migran (CLM) adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis cacing tambang. Kondisi tersebut paling sering ditularkan melalui kotoran hewan yang terinfeksi telur cacing di bawah tanah. Telur tersebut kemudian menetas dan berkembang menjadi larva di bawah permukaan tanah atau pasir. Setelah masuk ke dalam kulit, cacing tersebut kemudian berpindah tempat di dalam kulit dan menunjukkan sejumlah gejala pada permukaan kulit. Risiko terinfeksi semakin tinggi saat berjalan tanpa menggunakan alas kaki atau berbaring di pasir atau tanah tanpa alas.

Gejala Cutaneous Larva Migran (CLM)

Tanda-tandaCutaneous Larva Migrans (CLM) biasanya muncul 1-5 hari setelah infeksi. Pada beberapa orang, terkadang butuh waktu lebih lama. Gejala umumnya meliputi:

  • Munculnya lesi merah yang memiliki pola seperti ular berkelok-kelok di permukaan kulit. Gejala ini terjadi akibat pergerakan larva di bawah kulit. Dalam sehari, lesi bisa bergerak hingga 2 sentimeter.
  • Pembengkakan, gatal, dan rasa tidak nyaman. Lesi yang muncul akibat Cutaneous Larva Migrans (CLM) akan terasa gatal, menyengat, bahkan menyakitkan.
  • Munculnya lesi pada kaki dan punggung. Meski lesi dapat muncul di bagian tubuh mana pun, tetapi bagian tubuh yang sering terpapar tanah atau pasir seperti kaki memiliki risiko lebih tinggi.

Lesi yang terbentuk akibat Cutaneous Larva Migrans (CLM) akan terasa sangat gatal. Hal tersebut membuat pengidap cenderung menggaruk kulitnya. Jika dibiarkan, kulit bisa saja rusak dan meningkatkan risiko infeksi bakteri sekunder.

Penyebab dan Faktor Resiko Cutaneous Larva Migran (CLM)

Ketika terinfeksi akan muncul sensasi kesemutan atau tusukan dalam waktu 30 menit. Larva dapat tertidur selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah menginfeksi. Mereka bisa saja langsung meninggalkan jejak seperti ular selebar 2-3 milimeter yang membentang sepanjang 3-4 sentimeter.

Sejumlah gejala tersebut disebabkan oleh banyak jenis cacing tambang, seperti:

  • Ancylostoma braziliense, yaitu cacing tambang yang ditemukan pada feses anjing dan kucing liar di AS tengah dan selatan, Amerika Tengah dan Selatan, serta Karibia.
  • Ancylostoma caninum, yaitu cacing tambang yang ditemukan pada feses anjing di Australia.
  • Uncinaria stenocephala, yaitu cacing tambang yang ditemukan pada feses anjing di Eropa.
  • Bunostomum phlebotomum, yaitu cacing tambang yang ditemukan pada feses sapi.

Faktor Resiko Yang Perlu Diwaspadai

Orang dari segala usia, jenis kelamin, dan ras dapat terinfeksi Cutaneous Larva Migrans (CLM) jika terpapar larva cacing tambang. Kasusnya paling sering ditemukan di wilayah tropis atau subtropis. Kelompok yang berisiko adalah mereka yang kerap bersentuhan dengan tanah lembab, dan berpasir.

Berikut ini beberapa golongan yang berisiko terinfeksi Cutaneous Larva Migrans (CLM):

  • Seseorang yang senang berjemur atau berjalan kaki di pinggir pantai.
  • Anak-anak yang senang bermain pasir.
  • Para petani yang mengharuskan membajak sawah.
  • Tukang kebun yang sehari-hari berkutat dengan tanah.
  • Pemburu yang senang berburu hewan-hewan liar.
  • Seseorang yang bepergian ke daerah tropis atau subtropis.

Diagnosis Cutaneous Larva Migrans (CLM)

Diagnosis penyakit dilakukan berdasarkan gejala yang mendasari. Langkah awal dilakukan dengan wawancara yang disertai dengan pertanyaan tentang riwayat berjemur, berjalan tanpa alas kaki di pantai, atau aktivitas lainnya di daerah tropis. Untuk menunjang hasil, dokter akan melakukan tes mikroskop.

Tes mikroskop berguna untuk memvisualisasikan pergerakan larva. Tes ini juga dilakukan untuk menunjukkan adanya telur atau larva cacing tambang dalam tinja. Pemeriksaan biopsi kulit tidak dianjurkan karena dapat memicu peradangan lebih lanjut di daerah yang terkena. Pemeriksaan tersebut tidak efektif dalam menunjukkan keberadaan larva parasit.

Pengobatan Cutaneous Larva Migrans (CLM)

Larva migrans kulit dapat sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Durasinya sendiri akan tergantung pada spesies larva yang menginfeksi. Dalam kebanyakan kasus, lesi akan sembuh tanpa pengobatan dalam 4-8 minggu.

Pengobatan utama pada CLM adalah ivermectin. Dosis tunggal (200 µg/kg berat badan) dapat membunuh larva secara efektif dan menghilangkan rasa gatal dengan cepat. Penggunaan tiabendazol secara topikal pada lesi dengan konsentrasi 10-15% tiga kali sehari selama 5-7 hari terbukti memiliki efektivitas yang sama dengan penggunaan ivermectin secara oral.

Selain itu, pengobatan lainnya meliputi:

  • Penggunaan obat cacing.
  • Perawatan fisik seperti cryotherapy nitrogen cair atau laser karbon dioksida untuk menghancurkan larva.
  • Antihistamin dan kortikosteroid topikal untuk meredakan gejala gatal.
  • Infeksi bakteri sekunder memerlukan pengobatan dengan antibiotik yang sesuai.

Pencegahan Cutaneous Larva Migrans (CLM)

Untuk membantu mencegah infeksi, berikut ini beberapa langkah efektif yang dapat dilakukan:

  • Memakai alas kaki ketika bepergian.
  • Pakai baju yang menutupi seluruh bagian tubuh.
  • Hindari duduk atau berbaring di atas tanah atau pasir.
  • Jauhi hewan yang berisiko tinggi terinfeksi.

Kapan Harus ke Dokter

Periksakan ke dokter bila Anda mengalami gejala di atas, terutama bila sebelumnya Anda melakukan aktivitas yang membuat kulit berkontak langsung dengan tanah atau pasir. Pengobatan yang dilakukan sejak dini akan mencegah terjadinya infeksi kulit sekunder.

Karena larva cacing tambang sering hidup di tubuh hewan peliharaan, periksakan hewan peliharaan Anda secara berkala ke dokter hewan, guna mencegah penularan infeksi cacing ini.

Sumber:

Tan, S., Firmansyah, Y., & Pratiwi, Y. (2021). Case Report: Innovative Treatment of Cutaneous Larva Migrans Management. Jurnal Medika Hutama, 2(3), pp. 863–8.
Dermnet NZ. Diakses pada 2022. Cutaneous larva migrans.

 *) Penulis adalah Dokter yang Sedang Berdinas di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

Facebook Comments Box