Kepala Dinas Kesehatan Papua Dr. Robby Kayame, SKM.M.Kes

 

JAYAPURA (PB.COM)—Kasus penularan HIV-AIDS di Provinsi Papua terus bertambah dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Papua per 30 September 2022, jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS di Bumi Cenderawasih menembus angka 50.011 kasus, dimana HIV sebanyak 20.441 dan AIDS sebanyak 29.570 kasus.

Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Papua, Dr. Robby Kayame, SKM.M.Kes meminta agar para pasien atau Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) tidak putus meminum obat Antiretroviral (ARV) yang disiapkan pemerintah secara gratis serta beristirahat yang cukup. Hanya dengan begitu, harapan hidup mereka bertambah dan bisa terus produktif bekerja.

“Dari jumlah ODHA itu, yang minum ARV dalam data kami hanya sekitar 8 ribu, sedangkan yang lain putus berobat. Padahal Obat ARV ini gratis. Kami Dinkes Papua datangkan dari Kementerian Kesehatan lalu bagi ke kabupaten/kota. Kami berharap, Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota menyiapkan tim HIV-AIDS yang bisa mengatur, mengendalikan dan mengobati pasien ODHA. Memang selama ini ada kendala yakni tak ada biaya operasional di Puskesmas dan kita berharap Kabupaten/Kota bisa menyiapkannya ke depan,” kata Robby Kayame kepada papuabangkit.com melalui telepon selulernya, Kamis, 1 Desember 2022.

Obat Antiretroviral Fixed Dose Combination jenis Tenofovir, Lamivudin, Efavirens (ARV FDC TLE) untuk terapi orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Foto: Antara

 

Menurut Robby, stigma terhadap pasien HIV-AIDS atau ODHA di Papua akhir-akhir ini mulai berkurang. Para pasien diterima secara baik oleh anggota keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, ia meminta mereka tidak perlu malu dan minder untuk datang mengambil obat ARV di fasilitas kesehatan terdekat.

“Yang jadi soal, ada yang putus minum ARV karena beranggapan bahwa ARV itu obat biasa. Padahal itu obat resmi yang ditetapkan dan digunakan di seluruh dunia untuk mengobati pasien HIV-AIDS,” tegasnya.

Mantan Kepala Dinas Kesehatan Paniai ini menjelaskan, persoalan HIV-AIDS di Papua masih menjadi momok menakutkan. Oleh karena itu, Gubernur Lukas Enembe, SIP.MH mengambil langkah untuk tetap mempertahankan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua guna terus bekerja melakukan sosialiasi, advokasi dan koordinasi dengan seluruh kabupaten/kota dan LSM guna mengendalikan virus ini.

“Kedua, dulu kita kasih obat ARV di kota-kota. Kami harap dalam waktu yang dekat, semua Puskesmas dan rumah sakit ada siapkan ARV agar para ODHA bisa mudah mendapatkannya. Untuk itu kami sedang latih beberapa kabupaten/kota bagaimana memberikan ARV kepada pasien ODHA setempat,” tuturnya.

Selain pengobatan, Robby Kayame juga menyarankan dalam upaya mencegah laju angka HIV-AIDS di Papua, seluruh kabupaten/kota di Papua harus melakukan program Wajib Periksa HIV guna mendeteksi secara dini.

“Sebab banyak kasus, para pasien anak muda yang datang di VCT, mereka punya CD4-nya di bawah 200 dan susah kita dongkrak naik. Artinya itu terlambat dideteksi. Oleh karena itu, kalau mau selamat ya semua orang harus diperiksa untuk deteksi dini,” bilang Robby.

Salah Satu penyebab utama tingginya kasus ini, kata Robby, adalah praktik seks bebas dan narkoba di kalangan anak muda yang menjadi media penyebaran paling cepat, seiring dengan tuntutan ekonomi dan kecepatan teknologi komunikasi.

Robby juga menambahkan, pada pekan kedua Desember 2022 ini, pihaknya akan menggelar  pertemuan revitalisai program HIV-AIDS di Tanah Papua guna mengevaluasi program kerja dan mendengungkan kembali HIV-AIDS sebagai penyakit berbahaya di Tanah Papua.

Sebab kasus HIV-AIDS ini sudah masuk ke dalam keluarga, dimana daerah dengan kasus terbanyak ialah Nabire (3.752), Mimika (3.372) dan Kota Jayapura (3.053), diman paling banyak menyerang usia produktif (25-49 tahun) di Papua dengan total 28.812 kasus.

“Papua ini nusantara kecil, jadi kalau kasus HIV-AIDS di Papua tinggi, maka daerah lain bisa kena ketika orang-orang yang tinggal di Papua pulang kampung halamannya. Ini berbahaya. Jika dilihat dari jumlah kasus kita dan persentasi penduduk di Provinsi Papua, kita tertinggi di Indonesia,” tutupnya. (Gusty Masan Raya)

 

Facebook Comments Box