PESAWAT Wings Air yang membawa kami dari Kota Sentani, tiba di Bandara Nop Goliat, Kota Dekai, Kabupaten Yahukimo sekitar Pkl. 13.30 WIT. Ini pertama kalinya, saya menginjakkan kaki di negeri berjuluk Sejuta Jembatan itu.
Hari itu, Rabu, 1 Maret 2023. Bersama dua rekan lainnya, saya mendampingi tokoh kesehatan Papua, drg. Aloysius Giyai, M.Kes untuk melakukan penelitian tentang pelayanan kesehatan di Kabupaten Yahukimo guna kepentingan studi doktoralnya di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jakarta.
Berbeda dengan sejumlah bandara lainnya di pedalaman Papua, tak ada rasa takut yang tergambar di wajah para penumpang, saat burung besi yang kami tumpangi hendak mendarat. Sebab bandara Nop Goliat, Dekai memang luas. Dengan runway sepanjang 2.500 meter, bandara ini merupakan yang terpanjang untuk bandara kategori UPBU Kelas II di Papua.
Bandara Nop Goliat diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 18 Oktober 2016 dan sudah dapat melayani pesawat sejenis Boeing. Ketika itu, Jokowi dengan pesawat kepresidenannya mendarat langsung di bandara ini. Amazing!
Memandang sejenak dari kaca jendela pesawat sebelum kami mendarat, tampak luas dataran yang membentang berpuluh-puluh kilometer. Pemukiman penduduk masih jarang, tertutup pohon dan hutan rindang. Dekai, ibukota kabupaten Yahukimo memang satu-satunya kota di wilayah Pegunungan Papua yang memiliki topografi dataran terluas.
Luas Dekai mencapai 792,00 km². Tak hanya menjadi ibukota, Dekai juga adalah salah satu distrik dari 51 distrik di Kabupaten Yahukimo. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tahun 2020, penduduk di Dekai berjumlah 17.972 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 23 jiwa/km².
Siapapun yang menginjakkan kaki pertama kali di Kota Dekai, pasti terpesona pada tata kotanya yang modern. Ruas jalan protokol nan luas dengan dua jalur membentang sepanjang puluhan kilometer, dihiasi taman di tengah-tengahnya. Pesona kota ini seakan melupakan hawa udaranya yang cukup panas dan endemi malaria yang tinggi.
Gedung perkantoran, sekolah dan rumah-rumah dinas milik pegawai, guru dan dokter berdiri dengan tembok nan megah. Paling mencolok terlihat pada bangunan Kantor Bupati dan rumah jabatan bupati dan wakil bupati. Megahnya gedung dengan arsitektur modern membawa kami seakan sedang berada di kota besar di Pulau Jawa.
“Kalau saya lihat, kota ini lebih cocok jadi ibukota Provinsi Papua Pegunungan. Di sini, biaya hidup tidak beda jauh dengan Jayapura. Bensin harga Rp 8 ribu per liter, semen harga Rp 200 ribu per sak karena ada pelabuhan Lokbon. Sembako juga sama. Apalagi beras, murah. Ada sawah di Yahukimo,” tutur sopir yang menjemput kami menuju Hotel Yahukimo, tempat kami menginap empat hari.
Dinas Kesehatan Yahukimo di bawah pimpinan Lesman Tabuni, SKM,M.Kes dan staf memfasilitasi kami untuk melakukan penelitian ini. Penjemputan penuh haru sejak kami datang di siang itu, membuat kami merasa betah di Dekai.
“Hanya kurang satu. Keamanan akhir-akhir ini. Apalagi kota ini sangat luas,” lanjutnya.
“Kenapa om?”
“Ya beberapa kali terjadi penembakan. KKB masuk kota. Kami takut keluar malam,” lanjutnya.
Teror Penembakan
Bunyi ketukan tiang listrik membangunkan kami sore hari sekitar Pkl. 17.00 WIT. Informasi dari pengelola hotel, biasanya jika ada kejadian atau situasi genting, tiang listrik selalu dibunyikan untuk mengingatkan warga. Letak Hotel Yahukimo, tempat kami menginap memang persis berdampingan dengan Mapolres Yahukimo.
Tak ada jaringan internet di tempat kami menginap di Kota Dekai pada pekan itu. Menurut sejumlah warga sesama penghuni hotel, kondisi keamanan yang tak stabil jadi pemicunya. Jaringan internet sengaja diperlambat guna mencegah penyebaran informasi hoax dan provokasi. Apalagi, insiden Wamena yang dipicu isu penculikan anak yang berujung 12 orang meregang nyawa, baru saja terjadi.
“Internet memang sengaja diperlambat. WA tidak bisa, telp biasa kadang bisa kadang susah,” katanya.
Sore itu, Rabu 1 Maret 2023, Kota Dekai mencekam. Informasi valid kami terima dari salah seorang personil Polres Yahukimo yang berkunjung ke hotel tempat kami menginap. Ada insiden penembakan terhadap Komandan Kodim (Dandim) 17/15 Yahukimo Letkol Johanis Victorianus Tethool dan 3 anggotanya.
Sejumlah media menulis, penembakan diduga dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB). KKB menyerang Letkol Johanis dan prajurit TNI lainnya di KM 4 Jalan Paradiso Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Rabu, 1 Maret sekitar pukul 15.30 WIT.
“Benar KKB menyerang prajurit Kodim 1715/Yahukimo. Kejadian itu mengakibatkan 1 orang gugur,” ujar Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Herman Taryaman kepada wartawan, sebagaiman dimuat detik.com.
Akibat kontak tembak tersebut, satu prajurit atas nama Pratu Lukas Warekba gugur. Sementara tiga lainnya mengalami luka tembak. Termasuk Dandim Johanis.
Di tengah giat penelitian di RSUD Dekai, Kamis, 2 Maret 2023, tokoh kesehatan Papua Aloysius Giyai berkesempatan mengunjungi Letkol Johanis. Dandim berdarah Kei-Maluku itu tak kuasa menitikkan air mata, ketika kaget melihat Aloysius tiba-tiba datang memeluknya di bed rumah sakit. Keduanya memang sudah saling kenal, saat Aloysius masih bertugas sebagai Plt. Sekretaris Daerah Pegunungan Bintang.
“Saya dengan tim naik penelitian untuk studi S3 saya. Kemarin saya dengar kejadian dan hari ini pas ada wawancara di rumah sakit. Semoga lekas sembuh adikku,” kata Aloysius memeluk Johanis.
“Terima kasih kaka. Terima kasih. Saya tidak dendam, itu juga adik-adik yang hanya berbeda ideologi,” begitu suara Dandim Johanis menyampaikan perasaannya.
Di kalangan masyarakat Yahukimo, Letkot Johanis Tethol memang sangat dekat dengan masyarakat. Ia ramah dan akrab dengan semua kalangan. Merangkul berbagai pihak untuk menciptakan Yahukimo yang damai.
Bersama dua prajurit lainnya, hari itu juga, Dandim Johanis dievakuasi ke Jayapura untuk menjalani pengobatan lebih lanjut. Keberangkatan mereka bersama jenazah prajuritnya yang tewas. Sedih.
Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, SH sangat menyesalkan aksi yang diduga dilakukan kelompok KKB itu. Ia pun menyampaikan belasungkawa atas gugurrnya salah seorang prajurit TNI dalam insiden kontak tembak itu.
“Kami sampaikan agar masyarakat tetap tenang dan anggota juga hati-hati karena ancaman ini sudah semakin serius,” ujar Bupati Didimus mengutip detikcom, Kamis, 2 Maret 2023.
Kekuatiran Didimus terbukti. Tepat sepekan sesudah menyerang prajurit TNI, kelompok yang diduga KKB ini menembak mati dua warga sipil, Emon Kabak dan Viktor Hadi Sampa, Rabu, 8 Maret 2023. Emon adalah salah seorang pelajar asli Yahukimo, sedangkan Viktor adalah mahasiswa asal Toraja, Sulawesi Utara.
“Lokasi penembakan di Jalan Poros Dekai Logpon KM 2, Yahukimo, sekitar pukul 19.45 WIT. Berdasarkan laporan yang kami terima, terdengar dua kali suara tembakan di lokasi,” kata Kapolres Yahukimo AKBP Arief Kristanto dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan.
Warga Takut Tinggalkan Dekai?
Teror tak berhenti di situ. Pada Sabtu, 11 Maret 2023 sekitar pukul 13.35 WIT, pesawat Trigana Air yang membawa 66 penumpang dari Bandara Sentani ditembak KKB di Bandara Nop Goliat Dekai, Yahukimo. Pesawat itu ditembaki sebanyak sembilan kali, yakni empat kali saat landing dan lima kali saat take off.
Syukur, tak ada korban jiwa. Sebutir peluru berhasil menembus badan pesawat dan sempat mengenai kursi penumpang yang kosong. Tetapi melihat kondisi keamanan yang tak terjamin, Trigana Air maupun Wings Air, resmi berhenti sejak hari itu dengan batas waktu yang tak ditentukan. Pihak operator kedua maskapai yang selama ini melayani penerbangan regular Sentani-Dekai, meminta jaminan keamanan.
Sebenarnya, penembakan pesawat ini sudah terjadi saat Sabtu, 4 Maret 2023 pada Pkl 08.00 pagi. Saat itu, pesawat Wings Air hendak landing di Bandara Nop Goliat Dekai. Satu menit sebelum mendarat, terdengar bunyi tembakan 5 kali di ujung landasan. Kami yang sedang menunggu pesawat itu untuk menumpang menuju Jayapura pun dibuat was-was.
Usai menembak pesawat, kelompok Orang Tak Dikenal (OTK) kembali berulah dengan membakar dua unit sekolah yakni YPK Metanoia Dekai, Senin, 13 Maret 2023 sekitar Pkl. 01.00 dan SMP Negeri 2 Dekai pada Kamis, 16 Maret 2023, sekitar pkl. 01.35 dini hari. Mengerikan.
Lalu siapa sebenarnya pelaku di balik serangkaian teror ini? Kapolda Papua Irjen Pol. Mathius D. Fakhiri mengatakan, kelompok KKB yang melakukan serangkaian teror penembakan di Yahukimo masih terafiliasi dengan jaringan KKB pimpinan Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga yang sedang menyandera pilot asal Selandia Baru, Philip Mark Marthens.
“Ini salah satu bentuk pengalihan isu dari kelompok Egianus Kogoya yang sedang diburu aparat karena menyandera Pilot itu,” kata Kapolda Mathius.
Sementara dari sejumlah rilis yang diterima di whatsapp grup, pihak TPN/OPM yang memperkenalkan diri sebagai Panglima Kodap XVI Yahukimo Brigjen Elkius Kobak dan Komandan Operasi Mayor Erick Bahabol, mengklaim bertanggung jawab atas semua kejadian teror di Kota Dekai, Yahukimo ini.
Bahkan, dalam sejumlah pesan suara yang beredar secara berantai di whatsapp, pihak TPN/OPM pimpinan Elkius Kobak ini mengancam seluruh warga non Papua untuk segera tinggalkan Yahukimo.
Kondisi yang tak aman dan terhentinya penerbangan regular Trigana Air dan Wings Air memicu kepanikan warga Dekai. Maka tak heran, gelombang pengungsian warga keluar Dekai tiba-tiba terjadi pada Kamis, 16 Maret 2023. Sebanyak 261 warga Dekai, Yahukimo dengan menggunakan pesawat udara Hercules A-1315 tipe C-130 milik TNI-AU tinggalkan kota itu dan berangkat menuju Jayapura.
Tetapi Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo saat dimintai keterangannya mengatakan, ratusan masyarakat yang berangkat tersebut tidak bisa dikatakan jika mereka merasa takut akibat adanya peristiwa yang terus terjadi di Yahukimo, melainkan karena memang adanya keperluan yang tertunda sehingga memanfaatkan kesempatan untuk berangkat dengan pesawat Hercules.
“Seperti yang disampaikan oleh salah satu warga bernama Bur, dirinya berangkat karena akikahan anaknya di Makassar yang dimana seharusnya berangkat pada hari minggu lalu, namun karena tidak ada pesawat ke Yahukimo jadinya tertunda sehingga ini merupakan kesempatannya untuk berangkat,” kata Kombes Pol. Ignatius dalam rilis yang diterima redaksi.
Menurut Kombel Ignatius, warga yang berangkat tidak hanya dari warga non Papua saja, melainkan juga warga asli Yahukimo juga sebagian berangkat. Misalnya, James Mirin yang turun ke Jayapura karena keperluan untuk melanjutkan kuliahnya.
“Saya mau lanjut kuliah jurusan Guru di Universitas Cenderawasih Jayapura, karena penerbangan yang susah dan ada kesempatan menggunakan Pesawat Hercules, saya langsung ikut agar tidak tertinggal pada saat melaksanakan kuliah nantinya,” ujar James Mirin.
Soal keamanan di Yahukimo, Ignatius menegaskan bahwa Polda Papua telah menambahkan personel untuk mem-back up Polres Yahukimo dengan mengirim 40 personel Brimob dan 20 personel TNI dari Jayapura dan Timika.
Saya berharap, Kota Dekai kembali kondusif. Saya masih rindu kembali ke Dekai. Rindu menikmati lezatnya nasi dari padi lokal Yahukimo dan enaknya udang dari sungainya nan jernih. Menikmati jalanan kota nan luas tanpa macet dengan anginnya yang kencang. Menikmati mata bocah-bocah yang berjalan kaki ke sekolah penuh semangat, sambil membawa sepotong ubi bakar dalam tasnya sebagai bekal.
“Program Yahukimo Sehat dan Yahukimo Cerdas sangat bagus. Kita berharap keadaan di Dekai bisa aman, damai dan kondusif sehingga pembangunan bisa berjalan lancar. Saya percaya Bupati dan aparat TNI/Polri bisa memulihkan Kota Dekai agar pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan berjalan lancar,” ujar Aloysius Giyai sambil memandang Dekai dari atas pesawat yang kami tumpangi menuju Jayapura, Sabtu, 4 Maret 2023. (Gusty Masan Raya)