Bupati Spei Bidana saat tiba di Kampung Oktem Distrik Oklip, Rabu, 31 Mei 2023.

HUJAN LEBAT yang mengguyur perkampungan di atas bukit itu baru saja reda. Sejak malam, kabut tebal juga turun menutup dengan sempurna wilayah itu bagai selimut malam untuk para penghuninya. Jarak pandang sangat dekat hingga pagi hari.

Di tepi rumah pastoran Stasi Oklip berdinding kayu itu, tiba-tiba dua lelaki menerobos masuk dari teras depan. Waktu baru saja menunjukkan Pkl. 06.05. WIT. Saya kaget.

“Saya dan Alfred baru pulang mandi di kali. Di atas sana, kami sampai di bukit-bukit itu. Mandi enak kalau pagi-pagi,” katanya sambil menunjuk ke arah nun jauh di depan. Lokasi yang ditunjuk masih tampak samar akibat tertutup kabut.

“Bapa tidak rasa dingin?”

“Sudah biasa, justru mandi di kali yang lebih segar,” tutur Spei Yan Bidana, ST.M.Si, Bupati Pegunungan Bintang.

Sejak Rabu, 31 Mei 2023, Spei Bidana tiba di Kampung Oktem, Distrik Oklip, sekaligus mendampingi Uskup Jayapura Mgr. Yanuarius Theofilus Matopai You, Pr yang berkunjung ke paroki itu. Kendati tak langsung menginjak tempat tinggal masa kecilnya di Dusun Apom Distrik Kiwirok, tempat ini menyimpan kenangan sejarah masa kecilnya yang sangat berharga.

Bupati Spei Bidana menyalami salah seorang kerabatnya di depan gereja.

“Saya biasa lewat di bukit yang ada longsor itu, baru turun ke bawah. Sekarang longsor jadi tidak bisa lewat lagi. Kita lihat dari jauh sini jadi sepertinya dekat, tapi kalau jalan kaki berjam-jam itu. Harus turun ke kali di bawah baru naik,” tutur Spei, yang mengajak saya ke pinggir gedung gereja dan memandang kampungnya dari jauh.

Spei Bidana mengisahkan, ia melewati masa pendidikan sekolah dasarnya di dua SD. Sebelumnya, ia sekolah di SD Pelebakon, Distrik Kiwirok bersama kakaknya yang tertua, Ani Bidana dan suaminya. Ia kemudian pindah ke SD Inpres Pelekpon di Kampung Oktumi, yang tampak terlihat dari bukit di pagi itu.

Uskup Yan You foto bersama umat Paroki Oklip usai misa perdana.

“Bapa saya, Agus Bidana adalah tokoh yang pertama kali menerima misi Gereja Katolik di wilayah ini,” bilangnya.

Saat Spei masih kelas IV SD, sang ayah Agus Bidana memutuskan untuk membawa keluarganya pindah ke Dusun Apom, yang kini masuk dalam wilayah pemerintahan Distrik Oklip. Sementara keluarga lainnya pindah ke Oksamol dan berkembang biak hingga Papua New Guinea sampai hari ini.

“Setelah tamat SD tahun 1989, yang bawa saya ke Oksibil masuk SMP YPPK Bintang Timur itu Kaka Sipri Uropmabin. Saat itu, kami tinggal sama-sama dengan dia, kerja kebun,” cerita Spei.

Sipri Uropmabin sudah meninggal beberapa tahun lalu. Sama seperti dua sosok lain yang dikenang Spei sebagai orang yang juga sangat berjasa bagi hidup dan iman Katoliknya yaitu Thomas Taplo dan Anton Kasipdana.

“Thomas Taplo guru agama, pewarta dari IPI Malang. Baru saja meninggal tahun lalu. Kemarin saya sempat tarik ke Bappeda dan siapkan jadi kepala distrik, tapi sayang Tuhan punya rencana lain. Anaknya sekarang di ITB, Teknik Penerbangan,” bilang Spei.

Sedangkan Anton Kasipdana adalah pewarta tertua di Paroki Oklip. Dedikasi dan jasanya untuk Gereja Katolik setempat sangat besar. Tahun 2018, ia meninggal dan dikubur tepat di samping gereja Stasi Oklip.

“Anaknya satu yang sekarang frater, namanya Oka Kasipdana. Ini ada mamanya, Anita Mimin,” kata Spei lalu berjabatan tangan dan ngobrol dalam bahasa Ngalum.

Spirit Tukang Sapu Pastoran

Menurut Spei, peran guru agama dan pewarta di paroki pedalaman Papua sejak dulu sangat penting bagi perkembangan Gereja Katolik. Termasuk di Paroki Oklip tempat ia berasal. Para pewarta ibarat pastor awam yang bekerja rangkap, mulai dari urusan liturgi gereja, katekese, hingga membantu keperluan makan minum, dan mendampingi perjalanan pastor ke stasi-stasi yang jauh.

Bupati Spei Bidana bersama kedua orang tua calon pastor.

Spei bersyukur bahwa dari anak-anak Sipri, Thomas dan Anton, ada yang mengikuti jejak ayah mereka. Saat ini, putra sulung Anton Kasipdana sedang menjalani masa pendidikan calon pastor di STFT Fajar Timur. Namanya Dominikus Oka Kasipdana.

“Selain itu ada juga Yeremias Delka. Mudah-mudahan dua orang ini bisa ditahbiskan, yang penting mereka setia dan konsisten. Nanti saya turun kasih motivasi mereka. Kita berharap, berkat karya Roh Kudus mereka bertahan sampai ditahbiskan jadi pastor sulung Paroki Oklip,” harap Spei.

Orang tua Yeremias Delka, Beni Delka mengatakan, Yeremias adalah anak angkat yang dipeliharanya sejak kecil. Dia sosok yang patuh dan cerdas. Ketika ia menyampaikan keinginan masuk Seminari Menengah di Waena, Beni dan istrinya Madike Bawi pun mendukungnya.

Beni Delka, orang tua dari calon pastor Yeremias Delka.

“Kami bangga dia bisa sekolah jadi pastor. Anak kandung kami, Depilson Delka juga lulus Seminari Menengah Waena, tapi karena sudah ada kakaknya Yeremias sehingga dia tidak lanjut ke Seminari Tinggi di STFT,” tutur Beni dari Stasi Pelepkon.

Sementara Mama Anita Mimin, orang tua dari Dominikus Oka Kasipdana mengaku sang anak sulung itu ia persembahkan kepada Tuhan laksana ketaatan iman Abraham kepada Yahwe.

“Oka anak pertama dari enam bersaudara. Sebagai orang tua tunggal, saya selalu doa agar dia sekolah sampai selesai jadi pastor gantikan tugas bapanya,” tutur Anita.

Sosok Anton Kasipdana memang istimewa bagi umat Katolik Oklip. Hal itu diakui Pastor Dekan Dekenat Pegunungan Bintang, RD James Kossay, Pr yang pernah bertugas sebagai Pastor Paroki Oklip selama 2013-2016. Ia mengenal Anton sebagai pewarta Katolik yang sangat setia.

Pastor Dekan Dekenat Pegubin, RD Imanuel James Kossay.

“Dia selalu menyebut dirinya tukang sapu pastoran. Setiap kali saya pulang pelayanan jalan kaki berjam-jam dari stasi yang jauh, dia sudah datang bawa keladi, dia kikis-kikis lalu bilang ke saya: Ade, kaka ada ini. Makan ini, supaya kuat. Saya begitu tiba kemarin di sini, saya langsung ingat dia, makanya tadi saya langsung ambil batu lempar ke kuburnya untuk menyapanya,” tutur Pastor James.

Harapan di Atas Bukit

Kabut mulai tersibak. Bandara Oklip di seberang gereja tempat kami berdiri dan bukit-bukit menjulang mulai tampak nun jauh di sana. Seiring cahaya matahari pagi yang perlahan mulai menyingsing.

Bupati Spei Bidana dengan hamparan bandara Oklip dan bukit di depannya.

Di tepi bangunan gereja itu, selain menjejaki kenangan masa kecilnya, Bupati Spei Bidana terlihat agak lama memandang hamparan bukit. Pandangannya tajam dan lama.

“Kita rencana ibukota kabupaten Okmin Papua Pegunungan kita bangun di atas sana, bandara bangun di situ. Nanti baru bangun ke arah utara, lalu ke Pelebakon sana,” kata Spei Bidana.

Sejak 10 April 2023, Bupati Spei memang sudah mendorong pemekaran tiga kabupaten baru secara resmi ke Pemerintah Pusat yakni Kabupaten Ketengban dengan ibukota Teiraplu, Okmin Papua Pegunungan dengan ibukota Kiwirok, dan Okmin Papua Selatan dengan ibukota Iwur. Spei telah mendatangi Gedung MPR RI di Jakarta dan menyerahkan dokumen usulan pemekaran tiga DOB itu.

Bupati Spei sesaat sebelum naik pesawat AMA di Bandara Oklip

Alasan utama Spei, Kabupaten Pegunungan Bintang sangat luas mencapai 15.683,09 km² dengan 34 distrik 277 kampung. Hal ini membuat pemerintah daerah sangat sulit membangun infrastruktur dan fasilitas publik yang merata.

“Kalau ini kita mekarkan, kita bisa berkembang. Daerah ini sebenarnya sangat kaya potensi alamnya, baik di pertanian, kehutanan dan sumber daya lainnya,” tuturnya.

Spei mengaku, Pemda Pegubin melalui dinas terkait sedang berupaya membangun infrastruktur jalan menuju Distrik Kiwirok dan Oklip. Wilayah ini sejak dulu dianggap paling tertinggal di Pegubin karena ketiadaan akses jalan raya penghubung antardistrik.

“Tinggal belasan kilometer sudah masuk Kiwirok. Sebenarnya kalau tidak ada gangguan keamanan kemarin, sudah masuk. Jadi saya minta masyarakat harus mulai tanam supaya pas jalan masuk, hasil pertanian bisa diangkut jual ke Oksibil,” tegas Spei.

Bandara Oklip yang sebenarnya sudah bisa didarati Pesawat jenis Caravan.

Sulitnya akses transportasi memang membuat harga barang kebutuhan di distrik ini sangat tinggi. Harga beras rata-rata Rp 80-100 ribu per kilogram. Rokok sebungkus Rp 50 ribu. Apalagi semen. Tembus Rp 1,2 juta per sak.

“Kami dari dulu minta Pesawat AMA Caravan yang masuk, tapi belum juga. Selama ini hanya Pesawat Pilatus muat 6 penumpang. Bandara kami panjang dan sudah bisa Caravan yang masuk,” kata Kepala Distrik Oklip Daniel Sipka.

Daniel senang mendengar rencana bupati. Ia berharap, jika dilakukan pemekaran, masyarakat bisa mendapat pelayanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang lebih baik. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box