Sejumlah anak yang terindikasi menderita lepra di Kampung Kotyo Distrik Okhika.

OKSIBIL (PB.COM)—Sebanyak 15 warga di Kampung Kotyo, Distrik Okhika, Kabupaten Pegunungan Bintang (Pegubin) terindikasi diserang penyakit kulit jenis lepra atau kusta. Para pasien ini terdeteksi saat Dinas Kesehatan Pegubin melakukan survei kesehatan di wilayah itu pada pekan kemarin.

“Saya bersama 3 rekan kerja dan 4 kader PKM Okhika membuat posko penanganan penyakit Kusta di Kampung Kotyo Distrik Okhika guna melakukan survei. Kami menangani 5 orang dewasa dan 8 anak sekolah dasar (SD) asal Kampung Kotyo yang terserang positif penyakit kulit,” kata Ketua Tim Penanganan Penyakit Menular (P2M) dari Dinas Kesehatan Pegubin, Paulus Uropmabin melalui telepon selulenya, Minggu, 11 Juni 2023.

Paulus Uropmabin bersama Tim PKM Okhika.

Menurut Paulus, mula-mula penyakit lepra ini muncul di Kampung Nenas, lalu menyebar ke Kampung Tengnong, dan selanjutnya menjangkit warga di Kampung Kotyo. Oleh karena itu, pihaknya menghimbau kepada seluruh warga Pegubin, terutama di Distrik Okhika dan sekitarnya agar tetap waspada dengan mematuhi protokol kesehatan yang disarankan oleh Tim P2M Dinkes Pegubin.

“Kami dari Tim Penanganan Penyakit Menular mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk waspada dan proaktif mencegah dan menghindari penyakit lepra atau kusta ini. Caranya menjaga kebersihan diri sehari-hari dengan rajin mandi, rajin membersihkan bak mandi setiap dua hari sekali, mencuci pakaian setiap habis dipakai dalam satu hari, dan memastikan rumah dan lingkungan sekitar bersih jauh dari risiko kuman bersarang,” tegas Paulus.

 

Paulus Uropmabin menjelaskan, penyakit lepra atau kusta tak hanya merusak kulit, namun juga bisa dengan cepat merusak saraf, anggota tubuh gerak, dan mata. Hal ini yang membuat lepra menjadi penyakit yang ditakuti dan pasiennya juga seringkali dijauhi karena masyarakat takut tertular.

“Ini baru terdeteksi di Okhika. Kita berharap distrik tetangga seperti Kiwirok, Okbemtau dan, Abmisibil tetap waspada dengan menjaga kebersihan, dan selalu jaga jarak dari pasien positif lepra,” tegasnya.

Berdasarkan Situs Kemenkes, penyebab lepra adalah serangkan bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini termasuk jenis bakteri yang hanya dapat berkembang pada beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderitanya batuk atau bersin.

Selain bakteri Mycobacterium leprae, ada beberapa faktor lain yang turut menjadi penyebab lepra, seperti melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita lepra, melakukan kontak secara langsung dengan hewan penyebar bakteri Mycobacterium leprae tanpa pelindung, seperti sarung tangan, tinggal di daerah endemik lepra, dan mengalami cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.

Gejala penyakit lepra yang dapat dikenali antara lain bentol kemerahan, mati rasa, seperti kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit, terjadi pembesaran pembuluh darah biasanya di sekitar lutut dan siku, perubahan bentuk wajah, sering mengalami mimisan, dan hilangnya jari jemari.

Ancaman lepra di Papua masih tinggi. Berdasarkan data, angka prevalensi lepra di Papua hingga 2022 mencapai 5,8 per 10.000 penduduk. Angka ini tergolong tinggi karena masih di atas target nasional yakni kurang dari 1 per 10.000 penduduk. (Aquino Ningdana/GMR)

Facebook Comments Box