dr. Izak Samay, Sp.KJ, dokter spesialis kejiwaan RS Jiwa Daerah Abepura.

JAYAPURA (PB.COM)—Dokter Spesialis Kejiwaan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura Dr. Izak Yesaya Samay, Sp.KJ mengatakan, hampir 80 persen para pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang mendatangani fasilitas kesehatan itu adalah pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain (NAPZA).

“Terutama para pemakai ganja dengan umur rata-rata usia produktif 15-35 tahun dan didominasi Orang Asli Papua. Ini sangat mengkhawatirkan,” kata dr. Izak kepada sejumlah jurnalis di Jayapura, Sabtu, 12 Agustus 2023.

“Termasuk di Lapas Narkotika Doyo, 90 persen adalah mereka pemakai ganja. Mereka ini berpotensi menjadi calon-calon ODGJ berikutnya. Remaja dan kaum muda di Papua saat ini benar-benar rusak akibat ganja ini yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan masa depan mereka. Tanggung jawab siapa, ya ini tanggung jawab kita bersama,” tegas dr Izak.

Menurutnya, dampak ganja sangat berpengaruh bagi kejiwaan seseorang. Jika ganja sudah masuk dalam tubuh, maka zatnya itu akan merubah pola pikir si pemakainya. Ia menjadi emosional, tidak stabil mengendalikan emosi, curiga berlebihan, bahkan menjadi temperamen yang memicu perkelahian, saling memukul dan menyerang.

Sayangnya, kata dr. Izak, di seluruh Tanah Papua belum ada fasilitas Balai Rehabilitasi Psikososial untuk membina, melatih skill, dan menyiapkan mereka untuk kembali dan hidup produktif di tengah masyarakat. Rumah Sakit Jiwa Abepura, saat ini hanya sebatas mengobati, tetapi peran stakeholder lain sangat dibutuhkan.

Rumah Sakit Jiwa Abepura

“Jika ada pusat rehabilitasi, mereka para pengguna NAPZA dan ganja ini harus di-brainstorming, dibersihkan cara berpikirnya. Fungsi berpikirnya dipulihkan dulu,” bilang Izak.

Oleh karena itu, ia meminta semua stake holder lintas sektor harus bergerak bersama, antara lain Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Dukcapil, TNI/Polri, semua harus bersama-sama. Perlu dibuat regulasi untuk menangani persoalan ini secara holistik. “Sebab mereka yang mengalami ODGJ juga dilindungi oleh HAM,” tegasnya.

Ilustrasi

Selain itu, kasus ODGJ yang cukup tinggi juga menimpa anak-anak di Papua. Dokter Izak membeberkan, saat ini pihak RSJD Abepura sedang menangani sekitar 80 kasus anak autis. Pemicu utama kasus ini ialah penggunaan gadget berlebihan, terutama sejumlah game atau permainan yang membuat si anak terisolasi secara sosial, lebih memilih menyendiri, tak punya teman, sehingga menjadi temperamen dan gampang emosi.

“Jadi itu ditangani langsung oleh psikiater anak dan remaja, tetapi penangannya cukup holistik dengan melibatkan dokter-dokter lain juga seperti dokter anak, dokter syaraf, dokter fisioterapi,” kata Izak.

Langkah Direktur RSJD Abepura

Sementara itu, Direktur RSJD Abepura dr. Guy Yama Emma Come, MPH mengakui, salah satu tantangan terbesar dalam penanganan ODGJ ialah belum adanya Balai Rehabilitas Psikososial. Banyak pasien harus dikirim ke luar Papua. Ia mengaku pernah mendorong pembangunan balai rehabilitasi ini di Koya plus rumah sakitnya, namun hingga kini masih terkendala keterbatasan anggaran.

Direktur RSJD Abepura dr. Guy Yama Emma Come, MPH saat menjawab wartawan.

“Kami sangat senang, jika salah satu dari 4 provinsi pemekaran baru ini bisa membangun Balai Rehabilitas Prikososial, supaya kita bisa merawat para pasien ini, baik secara medis maupun secara sosial dengan melibatkan lintas sektor. Mulai dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pertania, Dinas Perikanan, dan Dinas Pemberdayaan Ibu dan Anak bisa terlibat dalam program rehabilitasi ini,” tutur dr. Emma.

Namun, untuk menangani tingginya kasus ODGK di kalangan remaja dan anak, terutama yang dipilu oleh konsumsi NAPZA, dr. Emma mengatakan pihaknya telah mengusulkan di APBD Perubahan 2023 untuk membangun satu poli yang representatif di lingkungan rumah sakit yang dipimpinnya.

“Karena itu, kami sudah dorong anggaran dana DAK, mudah-mudahan diterima kami mau bangun satu Poli yang representatif guna menangani pasien NAPZA dan anak remaja,” tegas dr. Emma.

Sementara itu, dalam meningkatkan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas), memang ada program di luar rumah sakit dimana pihaknya sudah membangun koordinasi dan kerja sama dengan Dinas Sosial Kota Jayapura.

Dalam waktu dekat, kata Emma, apabila anggaran Dinas Sosial yang diajukan itu disetujui, maka pihaknya akan melakukan penjaringan ODGJ di Kota Jayapura yang sangat marak akhir-akhir ini.

“Kepala Dinas Sosial Kota Jayapura sudah datang bertemu kami dan menunggu anggaran APBD Perubahan. Tetapi kami hanya di muara, jadi butuh tim terpadu yaitu Tim TPKJM atau Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat yang diketuai oleh Sekda Kota Jayapura dan melibatkan lintas sectoral seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Satpol PP, TNI/Polri dan sebagainya,” tegasnya. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box