JAYAPURA (PB.COM)—Direktur RSUD Jayapura drg. Aloysius Giyai, M.Kes mendukung peningkatan dan pengembangan kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih (FK Uncen) Jayapura untuk membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) guna memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Tanah Papua.
“Pada prisipnya, kami siap berkolaborasi dan bersinergi, baik dengan FK Uncen maupun fakultas pengampu seperti FK UI dan FK UGM. Kami manajemen akan berupaya menyiapkan fasilitas pelayanan yang lebih baik dengan alat-alat kesehatan modern dan gedung yang representatif. Saya meminta agar masing-masing pihak harus bertanggung jawab atas panggilan hati untuk mengurus program ini,” tegas Aloysius saat bertemu dengan sejumlah profesor dari FK Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) di ruang kerjanya, Kamis, 31 Agustus 2023.
Menurut Aloysius, saat ini, di RSUD Jayapura, memiliki 60 dokter spesialis dan subspesialis, namun permintaan kebutuhan dokter spesialis di fasilitas kesehatan lain di seluruh Papua sangat tinggi dan belum tersebar secara merata. Oleh karena itu, pihaknya setuju dan mendukung niat baik ini untuk dibukanya PPDS di FK Uncen ke depan.
“Saat ini RSUD Jayapura masih Type B Pendidikan, tentu jika program ini dilaksanakan maka kita harus naikkan status ke Type A. Sementara kita masih di akreditasi madya pada 2019, rencana November 2023 kita akreditasi lagi semoga dapat paripurna,” tutur Aloysius.
Dalam rapat itu, Dr. dr. H. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, M. Kes mengatakan dalam rangka mendukung dibukanya PPDS ini, maka fasilitas di RSUD Jayapura harus-benar-benar disiapkan sebagai tempat pendidikan yang baik, terutama standar pelayanan di setiap polikliniknya.
“Sebab prinsipnya, pendidikan dokter yang baik akan menghasilkan dokter yang bisa melayani pasien dengan baik. Ini hanya mungkin terjadi jika di rumah sakitnya itu harus memiliki standar mutu dalam keselamatan pasien,” kata Slamet yang juga mantan Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya ini.
Sementara itu, mantan Dekan FK Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ratna Sitompul, Sp(M)K mengatakan, pihaknya sebagai lembaga tinggi pengampu sangat berharap RSUD Jayapura menjadi salah satu motor penggerak bagi PDDS di Papua. Salah satunya ialah dengan memasukan visi pendidikan dan penelitian dalam rencana pengembangan RSUD Jayapura ke depan.
“Dan karena itu, kami berharap para dokter spesialis yang ada di RSUD Jayapura harus mulai menyiapkan diri menjadi pengajar yang baik. Dan untuk jadi pengajar yang baik, harus dimulai dengan keunggulan dulu di masing-masing spesialis. Kalau kita unggul dalam pelayanan kita, pasiennya puas, yakinlah kelak saat dibuka program ini akan menjadi pengajar yang baik bagi residen. Kami percaya, teman-teman di rumah sakit ini bisa. Apalagi. Dokter Aloysius hebat dalam hal melobi dana,” tutur Prof. Ratna.
Didorong Alumni FK Uncen
Sementara itu, Ketua Alumni Fakultas Kedokteran Uncen dr. Tommy Numberi, Sp.BS mengatakan pihaknya sangat mendukung apabila ke depan mulai dibuka PPDS di FK Uncen bekerja sama dengan RSUD Jayapura.
Menurutnya, berdasarkan data terakhir, alumni FK Uncen kini mencapai 1.400 lebih dokter yang sedang mengabdi di seluruh Tanah Papua. Namun rata-rata ialah para dokter umum.
“Saya sepakat dengan apa yang disampaikan dengan Profesor Ratna bahwa hanya orang-orang yang punya benang merah dengan Papua, terutama orang Asli Papua dan juga orang yang mungkin lahir besar di Papua atau punya koneksi di sini yang bisa bertahan mengabdi di Papua. Oleh karena itu, jika Program Pendidikan Dokter Spesialis ini hadir, bisa jadi salah satu solusi untuk meningkatkan profesi para alumni FK Uncen,” kata dr Tommy.
Menurut dr. Tommy, sebenarnya pihak Alumni FK Uncen diinisasi dirinya, dr. Andreas Pekey, Sp.PD dan beberapa dokter lainnya telah membentuk tim kecil beberapa tahun lalu untuk berjuang mendorong pembukaan program pendidikan dokter spesialis bagi dokter umum lulusan Uncen. Langkah mereka ini mengikuti dr. Suhartono dan dr. After Patay untuk spesialis obgyn.
“Tahun 2018 kita mulai dengan mengirim residen untuk bedah dan anastesi. Awal tahun 2022 sebelum Gubernur Papua terkena kasus, beliau kasih disposisi dan menugaskan Kepala Dinas Kesehatan untuk mendorong percepatan program pendidikan dokter spesialis. Langsung kita mulai MoU dengan FK UGM. Per Juli, kita sudah terima 4 residen perdana untuk anastesi tapi masih sistem dengan kerjasama dengan UGM,” katanya.
Ia berharap jika tahun depan PPDS ini dibuka di FK Uncen, maka pemerataan tenaga dokter spesialis di Tanah Papua dapat terwujud. Sebab selama ini, wilayah Papua Pegunungan Tengah bagian barat atau Lapago dan Animha di Papua Selatan masih sangat terbatas tenaga dokter spesialis, terutama putra-putri asli Papua.
“Kalau Tabi Mamta Saereri dan Mee Pago sudah cukup banyak,” katanya.
Sementara itu Wadir Yanmed RSUD Jayapura dr. Andreas Pekey, Sp.PD berharap jika program PPDS ini dibuka di FK Uncen bekerja sama dengan RSUD Jayapura bisa mengatasi sejumlah persoalan kesehatan, terutama masih rendahnya derajat kesehatan di Papua.
“Angka Harapan Hidup di Jawa bisa sampai 70-an, kami di Papua rata-rata 64. Juga angka kematian bayi dan ibu masih tinggi. Ini salah satu indikator dan jadi PR juga bagi kami para tenaga kesehatan di Tanah Papua,” tegasnya. (Gusty Masan Raya)