Bertus Asso, S.Pd,M,Pd bersama buku Huruf Bung Karno yang ditulisnya.

 

JAYAPURA (PB.COM)Jangan sekali-sekali melupakan sejarah (JASS MERAH). Begitulah pesan Presiden RI pertama Ir. Soekarno atau akrab dikenal Bung Karno.

Berangkat dari pesan bernas inilah, Bertus Asso, S.Pd,M,Pd, salah seorang intelektual dan politisi PDI Perjuangan asal Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, menulis sebuah buku baru berjudul Huruf Bung Karno.

Menurut Bertus, keinginan untuk menulis buku dengan tema literasi Bung Karno berangkat dari kepeduliannya bahwa presiden pertama Indonesia itu memiliki banyak jejak sejarah memberantas buta aksara dengan metode pembelajaran yang mudah dipahami. Sayangnya, sejarah ini belum pernah ditulis dan diangkat sebagai arsip sejarah dan kurikulum sekolah.

“Sudah ada situs, museum, tulisan tangan Bung Karno yang disebut Naskah Proklamasi, patung Bung Karno, nama jalan, gelora, bandara, bahkan kapal yang diberi nama Bung Karno. Namun ada satu situs yang belum didirikan yaitu Huruf Bung Karno. Huruf itu masuk dalam sebuah situs karena setelah Indonesia Merdeka, mulai tahun 1948 Bung Karno menggerakkan upaya pemberantasan buta huruf,” kata Bertus Asso saat memberikan keterangan kepada sejumlah wartawan di Jayapura, Senin, 5 Februari 2024.

Menurut Bertus, berdasarkan hasil riset sejarah yang dilakukannya, ketika itu Bung Karno menggerakan 17 ribu lebih guru untuk mulai mengajar warga. Mulai dari Blitar, Tulungagung, hingga Alun-Alun Yogyakarta. Karena saat itu di Jawa, sekitar 98 persen rakyat Indonesia belum bisa membaca dan menulis.

“Jadi setelah membebaskan Indonesia dari penjajah, Bung Karno merasa ada lagi yang harus dibebaskan yakni buta aksara yang dialami rakyatnya. Dia turun jalan kaki dan buat banner dengan nama Bantulah Usaha Pemberantasan Buta Huruf seperti yang ada di cover buku saya ini, tepatnya 15 Maret 1948. Beliau mengajar huruf vocal a, i, u, e bagi rakyatnya,” tutur Bertus.

Jadi Metode Pembelajaran 

Menurut lulusan Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cendrawasih Jayapura tahun 2015 ini, keinginannya untuk mengangkat giat sejarah literasi Bung Karno lewat buku ini, selain untuk merawat arsip sejarah bangsa, tetapi juga sekaligus diinovasi sebagai metode pembelajaran di Indonesia, terutama di Tanah Papua.

“Dari sekian banyak orang di Indonesia, saya bukan yang paling hebat atau pintar, tapi  sayalah orang pertama yang ingin menjabarkan terkait sejarah Huruf Bung Karno ini untuk dijadikan bahan belajar bagi anak-anak, terutama PAUD, TK dan masyarakat umum yang masih buta huruf melalui buku ini. Jadi metode pengajaran Bung Karno ini kita terjemahkan dan inovasikan dalam seni mengajar dengan 4 metode mengajar yaitu gaya visual, auditif, perasa dan gaya gerak. Dan itu saya patenkan,” kata politisi PDI Perjuangan yang pernah maju bertarungdi Pilkada Jayawijaya ini.

Sebagai praktisi pendidikan, Bertus ingin agar Huruf Bung Karno ini menjadi metode pembelajaran yang asyik dan menyenangkan bagi peserta didik. Pola pengajaran yang langsung memborong 26 huruf yakni 5 vokal dan 21 konsonan, baginya sangat memberatkan peserta didik di Papua.

“Jadi di buku ini, 5 huruf vocal dari Bung Karno lalu saya tambahkan 5 huruf konsonan B, K, L, S, M sehingga jadi 1o huruf. Yang 10 huruf ini dulu yang kita ajar, lalu disusul 6 huruf lagi. Sebab kalau kita ajar langsung A-Z sebanyak 26 huruf, ini memberatkan anak murid. Saya sendiri merasakan saat kecil. Karena tidak semua anak di Papua langsung bisa paham, hanya ikut ramai saja,” tegas Bertus yang juga mantan ASN Dinas Pariwisata Kabupaten Jayawijaya ini.

Kemudian, lanjutnya, ada beberapa huruf konsonan seperti X, Q, Z, F dan V yang merupakan huruf-huruf mati yang jarang digunakan di Indonesia. Oleh karena itu, Bertus setuju perlu adanya pembatasan pengenalan huruf di awal bagi peserta didik seperti yang dilakukan Bung Karno

“Ini yang dinamakan pembelajaran ekilasem yaitu pembatasan huruf untuk bagaimana kita mengajar sesuai konteks wilayah masing-masing. Sangat disayangkan kalau metode Bung Karno ini terapkan ini,” tegasnya.

Siap Diluncurkan

Menurut Bertus, butuh waktu sekitar setahun bagi dia untuk melakukan riset, menulis dan merampungkan buku Huruf Bung Karno ini. Ia mengaku, idenya untuk menulis buku ini saat ia mengikuti Sekolah Partai yang diselenggarakan PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta pada 2022 lalu.

Ketika itu, Bertus diberi kesempatan memberikan materi tentang metode pembelajaran Huruf Bung Karno di hadapan ratusan kader PDI Perjuangan dari Sabang sampai Merauke.

“Saya jabarkan metode pembelajaran yang asyik dari Bung Karno ini selama 5 menit di hadapan Bung Komarudin Watubun, Tjahjo Kumolo, dan Bambang Pacul. Karena mendapat banyak tanggapan positif, saya pulang dan rumuskan metode pembelajaran Bung Karno ini, lalu riset dan jadi buku ini,” kata Bertus yang juga mantan Ketua Fraksi PDIP DPRD Jayawijaya ini.

Saat ini, kata dia, buku Huruf Bung Karno yang terbitkan Yayasan Anugerah Wiaima Wamena, baru dicetak terbatas sebanyak 600 eksemplar, dimana setiap provinsi di Tanah Papua akan dibaginya merata sebanyak 100.

“Rencananya kita akan luncurkan di Wamena tanggal 15 Maret 2024 sesuai tanggal di cover buku ini yaitu 15 Marer 1948, saat Bung Karno mengajar di alun-alun Kota Yogyakarta,” kata Bertus.

Ia menambahkan, buku karyannya ini akan disebarkan secara komersil dengan sasaran kepada masyarakat yang belum mengenal huruf supaya bisa cepat melek huruf. Tetapi target utamanya ialah untuk para guru, gembala Gereja, dan para TNI-Polri khusus di daerah-daerah konflik untuk bisa digunakan sebagai metode mengajar.

“Rencananya saya akan serahkan buku ini dan lakukan simulasi kepada Menteri Pendidikan, Menteri Dalam Negeri, dan terutama kepada Ibu Megawati sebagai anak dari Bung Karno. Saya berharap ke depan pemerintah RI membantu untuk menggaungkan buku ini sebagai arsip nasional dan bisa jadi kurikulum pembelajaran di seluruh Indonesia,” tutup mantan Kepala Distrik Itlay Hisage, Jayawijaya ini. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box